Chapter 2- Ingenuo

33 7 6
                                    

Klise banget emang. Kalau ku-baca lagi rasanya lucu. Awkwk

_______________________________________

Sang Fajar masih malu-malu menampakkan dirinya.
Udara lembab dan dinginnya air embun menetes di ujung daun yang ku-amati.

Aku memeluk udara pagi yang sejuk, sungguh nikmat bisa berjalan-jalan di saat langit masih agak petang.

Memang masih terlalu pagi, sekalipun aku menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Aku hanya tak ingin terlambat seperti kemarin dan dicap sebagai anak yang biasa terlambat.

Ketika sampai di sekolah, semua tampak sepi. Gerbang memang telah dibuka, tetapi kurasa belum ada anak-anak yang datang.

Aku memilih memasuki sekolah. Dan sialnya, pagi-pagi begini aku sudah harus melihat si sapu tangan. Niko yang hanya memakai kaus hitam tanpa seragamnya yang tergeletak di dekat sana. Dia sedang duduk memangkas rumput terakhir dan meletakkannya ke keranjang di halaman sekolah bersama tukang kebun.

Pak kebun menyapaku. Namanya Pak Afif. Aku tahu karena pernah menanyakannya. Sekali lagi hanya tahu, tanpa megenal secara personal.

"Wah, sudah dateng, Neng. Pagi bener."

Niko menoleh dan terkejut menyadari kehadiranku di pagi buta. Buru-buru kualihkan pandanganku dan memilih masuk ke kelas.

Hal pertama yang muncul di benakku adalah dia anak tukang kebun. Oke, satu hal lagi yang telah kuketahui darinya.

Setelah meletakkan tas di kelas yang masih sepi, aku memutuskan untuk mengelilingi sekolah, meskipun sedikit merinding karena suasana yg sepi dan menyeramkan sisa semalam.

Aku melewati beberapa kelas. Eminent of Young High School adalah sekolah SMA swasta berbasis internasional. Halamannya cukup luas. Gedung sekolah dibagi menjadi gedung baru dan lama. Gedung baru didesain amat modern. Tiap gedung terdiri dari lima tingkat. Kelas saja dibagi menjadi A-F. Ada satu lantai khusus olahraga dari berenang, futsal, sepak bola, basket dan yang lainnya. Satu lantai khusus untuk ekstrakurikuler dan kesenian. Juga satu lantai khusus lab. Sisanya adalah kelas. Kantor berada di gedung lama.

Ada jadwal pergantian kelas setiap tahun. Selama sebulan kami bergilir untuk menempati kelas-kelas baru setiap hari.

Aku berkeliling, hingga ke tempat-tempat yang jarang dipakai. Bahkan hingga ke belakang sekolah yang digunakan bercocok tanam dan amat banyak bunga.

Di ujung sekolah ada masjid dan tempat ibadah lain, tempat berkumpul dan melakukan kegiatan keagamaan.

Aku menemukan Niko yang baru saja turun dari Masjid sekolah dan kepalanya masih basah akibat guyuran air

Aku mengambil langkah seribu sebelum dia menangkap basah diriku lagi. Eh, bukannya dia yang tertangkap basah?

Aku memilih kembali ke kelas, memeriksa tas dan melihat kembali jadwal pelajaran yang belum sempat kuperiksa. ternyata aku lupa membawa buku paket untuk pelajaran Kimia.

Aku berpikir dan menemukan ide terbaik untuk mencarinya di perpustakaan.

Sedikitnya, aku mulai hafal di mana letak beberapa ruang.

Yang jadi pertanyaannya adalah, apakah ruang itu akan terbuka di jam segini?

Sepertinya ini adalah hari keberuntunganku, karena tempat itu terbuka lebar menyambutku.

Aku mencari ke beberapa rak di ruang yang juga sepi dan tenang itu. Sayangnya, perpustakaan itu cukup besar, dan aku sepertinya butuh sedikit bantuan.

Terdengar suara berisik buku-buku bergesekan dengan kayu, seperti suara buku yang digeser dan diletakkan ke dalam barisannya.

Souvenirs Inoubliables (Vers.HER) [Complete]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin