1. Ayah, Aku takut.

9K 768 42
                                    

Menyembunyikan segudang luka demi secarik senyum simpul untuk menebarkan kebahagiaan ke orang lain.

-Naila Bilqis A-

*****

"Nai, aku balik dulu ya." pamit Elsana.

"Iya hati-hati, El,"

"Yoi Nai!"

Elsana Meilia Zola. Dia adalah teman satu-satunya yang bersedia berteman denganku. Bukannya yang lain tidak mau berteman denganku hanya saja tidak terlalu dekat.

Aku berjalan sendiri kearah perpustakaan, mengeratkan tas punggung berwarna coklatku. Hari ini tampak cerah sekali, angin yang meniup hijab panjangku. Menyusuri lorong kampus berteman dengan sepi sesekali memejamkan mata untuk merasakan kesegaran angin sore.

Tok.. Tok...

"Assalamualaikum Bu Iin," sapaku kepada pengurus perpus bernama Bu Indarti.

Wanita memakai baju batik yang sedang membawa kertas sambil menghitung jumlah buku itu mendongkak. "Waalaikumussalam Naila, mau pinjem buku Nai?"

"Iya Bu, boleh kan?"

"Boleh dong, itu dikardus kamu buka banyak buku baru loh!"

Aku tersenyum simpul lalu mengangguk. "Iya bu, terimakasih."

Bahaya tentang Bullying

Alone and Broken Home

Dua judul buku itu membuat perhatianku terpusat kepada buku itu. Senyum getir tampak diwajahku bayangan masa lalu terngiang dikepala, Sayangnya aku tidak mengambil buku itu, memilih buku pengetahuan tentang mental illnes.

Membawa buku itu kemeja dipojok perpustakaan, tempat kesukaan. Kepalaku mendadak pusing, detak jantungku tak beraturan, duduk pada kursi saja badanku gemetar dan setelah duduk, aku remas kepala yang tertutup hijab. Menggigit mulut untuk menyalurkan rasa sakit ini.

Drrrttt...

Panggilan masuk dari ponselku menampilkan nomor salah satu teman yang dijuluki dengan kata sahabat. Rasa sakit itu hilang perlahan pudar, sebelum mengangkat video call darinya, aku merapikan hijab yang tadi sempat berantakan.

"Assalamualaikum Nai!" sapa mereka dari sebrang.

"Waalaikumsalam, apa kabar kalian?"

"Baik nih, kamu Nai?"

Aku tersenyum, mereka terlihat sangat kompak. "Baik juga,"

"Kamu masih diperpustakaan kampus Nai?" tanya mereka, lantas aku mengangguk sebagai jawaban. "Nai turun kekantin gih, ini kita dikantin! beli bakso dehhh!"

"Iya iya bentar, aku kesana ya."

"Iya ditunggu bye Nai!"

Tut.

Aku membereskan buku, mengambil kartu perpustakaan dan menandatangani buku peminjaman disana.

Berjalan dikoridor kampus jam segini sudah lumayan sepi karena sore kebanyakan kelas sudah selesai. Ada kelas sih, beberapa tidak banyak juga.

"Nai!" sapa Syifa.

Aku mempercepat langkah menuju mereka. "Assalamualaikum," sapaku.

"Waalaikumussalam.." jawab Syifa dan Hana.

Hana berdiri. "Aku pesenin bakso ya, udah laper nih,"

Aku mengangguk sembari mendudukan tubuhku di kursi kantin kampus. "Iya boleh, maaf kalau aku kelamaan kesininya."

SENDU (On Going)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum