40 - Kehilangan

Mulai dari awal
                                    

Ratu yang masih diam dengan pikirannya sendiri, membiarkan Sahla berujar.

"Gue tau." Sahla menyimpan kembali ponselnya dalam saku. "Pasti semalem lo maraton nonton drakor yang gue saranin itu. Kalo gak salah judulnya Uncontrollably Fond. Sumpah endingnya pasti yang bikin lo nangis, 'kan?"

Kemudian terdengar suara pekikan Sahla, tepat setelah Alana menarik ujung rambut cewek itu.

"Oh, jadi ini kerjaan lo." Alana mencibir. "Gue pikir Ratu kenapa. Eh gak taunya cuma masalah drakor."

Ratu berharap kedua sahabatnya itu berhenti mengoceh. Apalagi di saat Alana bertanya suatu hal yang membuat tubuh Ratu menegang ketika mendengarnya.

"Oh, ya. Kemaren Keenan dateng, 'kan?" tanya Alana yang diangguki Ratu. "Bener dugaan gue. Itu cowok gak mungkin gak dateng ke pesta pacarnya sendiri. Terus-terus, dia kasih lo hadiah apa?"

Di saat bibir Ratu bergetar karena tidak tau ingin menjawab apa. Kedatangan Bu Afti secara tiba-tiba ke kelasnya membuat Ratu perlu berterimakasih pada guru itu dalam hati.

Namun, kelegaan itu tidak bertahan lama sampai sebuah suara membuyarkan lamunan Ratu.

"Ada apa ribut-ribut?!" dengan gaya angkuhnya Bu Afti menoleh ke arah pojokan. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah tempat duduk Ratu dan kedua sahabatnya. "Kalian pasti sedang menyontek, 'kan?"

Hari ini memang ada jadwal ulangan harian. Adalah kesalahan besar jika Ratu memilih untuk masuk kelas seperti sekarang.

"E-enggak kok, Bu." Sahla menggeleng. "Saya udah selesai dari tadi."

"Saya juga udah selesai ngerjain, Bu." sahut Alana menimpali.

Dengan mata yang menyipit ke arahnya, Ratu menyadari jika Bu Afti sedang berjalan mendekati mejanya sambil melipat kedua tangan di atas dada.

"Ratu," mendengar namanya disebut saja Ratu merasa kulitnya meremang. Dengan enggan ia terpaksa menoleh ke arah Bu Afti. "Mata kamu bengkak. Kamu tadi tidur di pelajaran saya, ya?"

Kalau pun sebuah alasan yang membuatnya seperti ini terlalu mudah untuk diucapkan. Ratu tidak akan segan-segan mengatakan pada wanita yang tengah menjulurkan tangan ke arahnya itu.

"Sudah saya duga." belum sempat Ratu membuat alasan sendiri. Bu Afti lebih dulu berujar. "Kemarikan lembar jawaban kamu."

Tanpa pikir panjang, Ratu menyerahkan apa yang wanita itu minta, meski sebenarnya jawaban yang ada di lembaran tersebut hanya berdasarkan hasil tebakan cewek itu. Membuat Bu Afti yang memeriksa mengerutkan dahi heran.

"Kamu pikir soal ujian itu teka-teki silang? Asal jawab, begitu?" suara yang saat ini dikeluarkan Bu Afti mengalihkan seluruh mata yang ada di kelas untuk tertuju pada Ratu. "Benar-benar kamu, berdiri sekarang!"

Ratu yang sedang tidak ingin berdebat segera menuruti permintaan wanita itu.

"Kalian jangan pernah sekali-kali mencontoh pelajar yang seperti ini," ucap Bu Afti pada anak-anak di kelas sambil menunjuk ke arah Ratu dengan gulungan lembar jawaban milik cewek itu. "Sudah tidur di kelas saya. Lalu dengan enaknya mempermainkan soal ujian saya. Mau jadi apa kamu nanti?"

Ratu mengangkat bahu, tidak tau ingin menjawab apa. Kemudian dari tempatnya berdiri Ratu melihat Bu Afti membenarkan kacamatanya sebelum berujar. "Sudah-sudah. Percuma saya menasihati kamu kalo ujung-ujungnya tidak didengar. Lebih baik kamu antarkan buku-buku saya ke perpus."

Tidak ada waktu untuk Ratu menyela. Ketika wanita yang memakai kacamata itu lebih dulu meninggalkan cewek itu bersama dengan umpatannya yang kali ini tidak perlu repot-repot Ratu pendam.

RATU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang