32 - Darmawisata

9.7K 1K 58
                                    

***

SIAPA sangka? Jika menghabiskan waktu beberapa jam hanya untuk duduk di kursi bus sambil sesekali menikmati pemandangan diluar jendela. Mungkin hal yang sebenarnya membuat Keenan tidak tenang.

Bukan karena suasana di dalam bus yang riuh oleh sebagian anak-anak yang tengah menyanyikan berbagai macam lagu atau suara ribut Niko dan Rendi di belakangnya yang sedang membanding-bandingkan model dalam majalah yang mereka bawa masing-masing.

Melainkan ada satu pikiran yang sewaktu-waktu akan terlempar ke masa lalu jika Keenan membiarkan dirinya duduk terhenyak di dalam bus. Itu sama saja mengingatkan Keenan pada hal yang menyebabkan ayahnya meninggal beberapa bulan lalu.

Seakan mengerti dengan jalan pikirannya jika Keenan membiarkan hal tersebut larut-larut. Cowok itu justru langsung menggelengkan kepala dibarengi sebuah umpatan di sebelahnya yang membuat Keenan menoleh.

"Wah, parah. Mikirin yang mesum yah, lo?!" dalam sekejap Rendi mampu membuat Keenan berjengit kesal. "Lagian, ya...Bukannya bantuin temen bikin tenda. Eh, yang ini malah asik bengong mikirin cara buat nyusup ke tenda anak-anak cewek begimana."

"Gue tonjok mulut lo sekali lagi ngomong begituan!" Keenan berdecak tidak suka sambil membantu Rendi untuk memasang tenda, sedang Niko entah berada dimana.

"Terus mikirin apa, bego?" tanya Rendi yang membuat Keenan semakin gusar. "Apa lo lagi mikirin gosip yang sekarang beredar luas di anak-anak?"

Tidak butuh setengah detik bagi Keenan untuk mengetahui apa yang dimaksud oleh Rendi. "Bukan urusan lo!"

"Yailah, gue cukup simpati buat lo padahal." kata Rendi dengan nada sedih yang dibuat-buat. "Sekalinya punya pacar malah dibikin buat jadi bahan gosipan. Kasian banget sih, lo."

"Sapa yang mulai coba?" tanya Keenan tanpa mengalihkan tatapannya dari benda yang sedang ia pasang itu. "Bukannya lo duluan yang berkoar-koar ke anak-anak masalah gue sama Ratu yang udah jadian?"

Rendi yang terkekeh tanpa sadar membuat Keenan ingin menendang cowok itu jauh-jauh dari hadapannya.

"Emang ide gue aslinya." ujar Rendi lalu menunjuk dengan dagu ke arah Niko yang baru saja datang membawa tikar. "Tapi si kunyuk itu yang ngomong ke anak-anak. Bukan salah gue dong berarti?"

"Sialan." umpat Niko kesal sambil memberi alas tikar pada tenda yang berhasil didirikan oleh Keenan dan Rendi. "Kan, lo yang nyuruh, anjir!"

Suara keributan yang mampu diciptakan kedua sahabatnya membuat cowok berambut hitam itu memilih menjauh dari sana. Sesudah memasang headshetnya dan kedua tangan tenggelam di saku. Keenan mengambil jalan lebih ke sisi saat melihat anak-anak lain berjalan melewatinya sambil sesekali menyapa.

Tidak perlu melakukan hal lebih selain mengangguk untuk membalas sapaan anak-anak lain jika di detik yang sama setelah Keenan melewati mereka, kalimat yang tidak ingin didengar justru dengan demikian terjadi.

Meski, Keenan mencoba untuk tidak peduli dengan rumor yang saat ini beredar tentang hubungannya dengan Ratu. Tapi mau tidak mau Keenan justru membiarkan hal itu berputar di kepalanya.

Sialan.

Cowok itu menggelengkan kepala seiring dengan langkahan kakinya yang terhenti tepat di sebuah bangku, di bawah naungan pohon. Sesaat ia mencoba untuk melemaskan otot-otot punggungnya yang tegang dengan bersandar pada bangku tersebut. Sebuah suara justru membuat Keenan menutup mata erat-erat, terlihat tidak terusik.

"Hayoo, sendirian aja. Nanti diculik setan mampus lo!"

Bahkan ketika sepasang headshetnya masih berada di telinga dan kedua matanya terpejam erat. Tidak perlu waktu lebih untuk mengetahui siapa yang saat ini tengah mengambil posisi duduk di sebelahnya sambil mengalungkan tangan di lengannya.

RATU (TAMAT)Where stories live. Discover now