31 - Hello, Bandung!

10.4K 1K 41
                                    

***

SEBUAH kisah terbiasa terbentuk dari pengalaman dan masa lalu pencerita. Entah itu hal yang baik atau sesuatu yang berusaha untuk dilupakan tapi justru menjadi pengalaman yang paling mudah ditemukan dalam ingatan.

Itu yang tengah dirasakan Keenan.

Di saat pikirannya masih tenggelam oleh masalah-masalah Ratu mengenai Marry yang ternyata adalah penyebab kehancuran keluarga cewek itu.

Ternyata ada hal lain dibalik pikiran Keenan yang melayang entah kemana sejak ia mengambil posisi duduk di sebuah meja kedai makan depan sekolah. Yang tidak lain dan tidak bukan adalah kedai milik orangtua Bobby. Salah satu cowok yang pernah menjadi korban pembullyan Ratu.

Mengingat hal itu sama saja dengan melemparkan ingatannya ke masa lalu kalau saja di saat yang bersamaan sebuah suara tidak melenyapkan lamunannya.

"Lo beneran ikut darmawisata ke Bandung, Ken?" Keenan perlu menyimpan kembali sendoknya di atas piring ketika tiba-tiba saja rasa laparnya menghilang. "Waktu goes to campus kelas 11 ke ITB aja lo gak mau ikut."

Alih-alih menjawab kalimat Niko, Keenan justru memutar matanya penuh. "Bukan urusan lo."

"Yailah," kemudian terdengar decakan tidak suka dari Niko yang membuat Keenan menghela napas kasar. "Dipikir gue gak tau alasan lo ikut kenapa?"

Sesaat Keenan berpikir akan meninggalkan Niko di sini. Hal yang tidak terduga terjadi karena ia kembali mengurungkan niatnya. Bersamaan dengan umpatan Niko yang menyebabkan Keenan bergerak cepat lalu mengikuti arah kemana sahabatnya itu melihat.

"Gue tau itu dari Ratu, 'kan?" Niko mendengus sambil menunjuk dengan dagu ke arah pergelangan Keenan, lebih tepatnya ke arah jam tangan yang tengah cowok itu pakai. "Bener dugaan gue, tai. Lo beneran pacaran sama Ratu!"

Tanpa perlu Keenan menjawab, Niko adalah cowok yang mudah mengambil kesimpulannya sendiri.

"Dulu lo terang-terangan banget gak suka sama pembully. Eh, Sekarang?" Niko menggelengkan kepala tidak percaya saat melihat Keenan tampak mengeraskan rahangnya. "Sekalinya pacaran malah pacaran sama mantan pembully—anjir, sakit!"

Kembali menyentak Niko. Keenan bahkan menemukan dirinya bergerak cepat untuk memberi tonjokan yang sama hingga Niko tidak sempat mengelak.

"Woy, si bangsat!" Niko memegangi bahu seraya melotot ke arah Keenan. "Pengen matahin tangan gue lo ceritanya?"

Keenan menatap sahabatnya dengan terengah. Ia mengusap wajahnya kasar saat emosi asing tiba-tiba menelusup ke dalam raganya. Tangannya seolah bergerak refleks untuk kembali menghajar Niko. Hampir saja Keenan melintirkan lengan itu kalau ia tidak mendengar suara ringisan di depannya.

Jangan tanyakan dari mana perasaan itu datang. Keenan sendiripun tidak tau jawabannya. Yang pasti, telinganya merasa tidak enak saat Niko mengatakan kalimat yang pernah ia ucapkan dulu.

"Gue udah gak peduli masa lalu Ratu." Keenan melipat tangan di dada. "Jangan bikin gue pusing cuma gegera omongan gak penting lo."

Keenan kembali menghela napas, entah sudah keberapa kalinya ia melakukan hal itu. Tapi ia juga beruntung karena Rendi tidak ada di sini. Karena selain Niko, Rendi cukup pantas masuk ke dalam orang yang paling menyebalkan.

"Munafik kalo lo gak peduli." Niko menyelipkan batang rokok, yang diambilnya dari dalam saku, diantara kedua jarinya sebelum dinyalakan dengan pemantik api. "Gue masih inget banget lo paling gak suka pergi-pergi ke Bandung. Bahkan sebelum bokap lo meninggal dan sering dinas keluar kota, terutama Bandung. Lo tetep gak mau ikut dan milih buat tinggal di rumah."

RATU (TAMAT)Where stories live. Discover now