22 - Perpustakaan

12K 1.1K 111
                                    

PERPUSTAKAAN

Titik.

Rasa yang tak lagi sama dan cerita yang tak lagi bisa bersambung.

—Ratu Kenarya—

***

BAGI setiap orang pasti ada sesuatu yang akan dirindukan. Entah itu kisah lama atau hal yang baru saja dialami. Dan di mulai dari situ pula sebuah cerita terbentuk.

Jika bukan karena traktiran, tidak mungkin Sahla dan Alana akan membiarkan dirinya termakan oleh bosan karena celotehan Ratu sejak pagi. Bahkan sampai harus meninggalkan kelas Pak Darto, selaku guru sejarah, tengah menerangkan materi di dalam kelas.

Berawal dari ceritanya di panti asuhan juga rasa kagumnya pada Keenan yang diam-diam ia sembunyikan dari cowok itu, tanpa sadar telah membuat Sahla maupun Alana memutar mata untuk kesekian kalinya.

"Oh ya, kemarin gue juga dikenalin ke nyokapnya coba." seolah tidak peduli dengan dengusan Alana, Ratu tetap melanjutkan kalimatnya. "Sempet kesel sih gue waktu dia ngenalinnya cuma temen. Sinting emang itu cowok. Untung langsung gue ralat jadi pacar."

Oleh Sahla dahi Ratu didorong dengan telunjuknya. "Heh, gue yang udah dikenalin Denis ke orangtuanya biasa aja tuh. Bahkan udah ke kakek buyutnya malah."

Terdengar geraman dari Ratu sebelum suara dentingan sendok berbunyi. Setelah menghabiskan makanannya, kali ini Alana bangkit dari kursi. "Kenyang gue. Balik ke kelas yuk."

Pada jus mangga yang sibuk diaduk dengan sedotan, Sahla menatap Alana dengan mata memincing. "Nanti abis ini kan istirahat, Al. Udahlah duduk di kantin aja. Mumpung ada yang traktir gitu."

Alana tidak menyadari jika giginya sudah menggertak karena itu. "Gue lagi males denger gosipan lo bedua betewe. Bikin gerah."

"Emang lagi manas-manasin lo ceritanya. Sapa tau lo kepengen punya pacar gitu." Sahla semakin tergelak saat mendengar decakan Alana. "Gue itu tipe-tipe sahabat yang peduli. Gue takutnya lo belok haluan kan gawat."

Lebih dulu Alana menarik rambut Sahla dan berujung saling jambak-jambakan sebelum beberapa detik setelahnya mereka dibuat termenung oleh kalimat Ratu.

"Mampus gue," cewek itu bangkit lalu menepuk dahinya sendiri. "Gue lupa kalo abis ini ada ulangan susulan Matematika."

Yang satu detik selepasnya, keheningan mereka mendadak menjadi sebuah gelak tawa.

"Ratu," kekehan Sahla tertahan karena cewek itu menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan. "Sejak kapan lo peduliin itu ulangan? Simulasi buat UN aja lo malah bolos."

Dibandingkan dengan Sahla yang menutup mulutnya agar tidak terjatuh karena saking tergelak, berbeda bahasaan jika Alana yang mendengar penuturan Ratu justru menyatukan kedua alisnya.

"Bagus deh lo tobat." ujar Alana. Mereka bertiga berjalan bersisian keluar kantin dengan Ratu yang tetap bungkam sambil memainkan ponselnya. "Setidaknya lo itu masih punya otak."

Dengan berat hati Ratu mengangkat wajahnya dari layar ponsel. "Bacot lo! Gue disuruh ikut ulangan susulan Matematika juga sama Bu Afti."

Di sela-sela kekehannya yang masih berkumpul di mulut, kali ini Sahla menatap Ratu. "Perlu bimbingan belajar dari kita-kita gak nih?" Sahla menyikut Alana. "Gue sama Alana bersedia kok. Apalagi orang tipe kaya lo itu udah seharusnya dituntun ke jalan yang benar."

Kemudian terdengar suara mengaduh setelah Alana mendorong dahi Sahla menjauh. "Lo sendiri aja belom waras. Gak guna lo ngomong kayak gitu ke sesama orang gak waras."

RATU (TAMAT)Where stories live. Discover now