16 - JEMPUTAN

11.1K 1K 80
                                    

JEMPUTAN

Banyak orang yang memilih untuk menikmati senja daripada menyambut fajar.

Karena mereka perlu banyak belajar untuk menghadapi kehilangan.

—Ratu Kenarya—

***

SEHARUSNYA Keenan bisa tidur dengan tenang semalam.

Akan menjadi sangat mudah apabila Keenan memilih mengosongkan pikiran dan menenangkan dirinya ketika sesuatu yang dilihatnya kemarin memberinya banyak hal untuk dipikirkan.

Seperti keadaan Ratu yang mengidap gangguan tidur atau seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan menjadi wali Ratu adalah awal dimana Keenan tidak mengijinkan rasa kantuk untuk menguasai dirinya semalam.

Kenapa dia tidak menjadi Keenan yang dulu saja? Cowok yang suka mengabaikan apapun disekitarnya. Dikatakan, jika setiap detik mampu merubah orang ke depannya. Keenan mengakui hal itu. Disadari ataupun tidak.

Sama halnya dengan sebuah foto berbingkai putih yang terletak di atas nakas. Di dalamnya ada foto seorang pria yang merangkul kedua anak laki-lakinya sambil tersenyum lebar. Entah? Sejak kapan Keenan menatap figura itu. Seperti belum termakan oleh bosan jika sebuah ponsel yang bergetar mengalihkan pandangannya.

Setelah membuka kunci, Keenan lalu menatap pop up dari jadwal yang sudah ia setting. Merasa telah cukup untuk menghela napas. Ia sejenak memandang ke arah figura sebelum terdiam sesaat ketika hal yang sama terulang di setiap tahunnya.

Dan hatinya justru mencelos begitu ia melantunkan kalimat seperti ini.

"Selamat ulang tahun, Pa."

Keenan hanya diam. Tidak menanggapi keheningan yang mungkin menertawakannya karena menemukan dirinya berbicara pada sebuah foto berbingkai putih di atas nakas. Ketika berusaha untuk melupakan, hal itu justru yang paling mudah ditemukan dalam ingatan.

Seperti bagaimana ayahnya yang tersenyum karena ucapan selamat yang selalu Keenan berikan di setiap tahunnya. Meski tahun ini senyuman itu hanya akan Keenan lihat melalui foto yang sama.

Sebuah panggilan masuk muncul di layar ponselnya. Cowok itu bahkan perlu mengumpat setelah melihat kontak nama yang tertera di sana.

"Dimana kampret?!" Keenan langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Begitu suara nyaring terdengar dari ujung telepon.

"Gue masih siap-siap, Nik" Keenan tersenyum sejenak pada foto ayahnya sebelum mengambil jaket denim yang disematkan di belakang pintu kemudian beringsut keluar kamar.

"Lama banget! Lo gincuan dulu?!" Keenan terkekeh sambil menuruni undakan anak tangga. Melewati ruangan tamu sebelum mengambil jalan lurus untuk keluar rumah.

"Gue bentar lagi ke sekolah."

Terdengar gerungan kesal dari Niko yang membuat Keenan memutar mata.

"Lagian kenapa pake telat, sih?" kali ini Rendi yang bersuara. "Lo pasti abis nonton ya semalem? Terus paginya sibuk nyuci sprai? Ngaku lo!"

"Lo minta gue tonjok, Ren?!"

Meski, terdengar tawa yang meledek dirinya dari ujung panggilan. Keenan hanya perlu mengabaikannya.

Ketika langkahnya tepat di depan garasi, dimana motor hitam miliknya terparkir di dalam sana. Keenan memilih berhenti karena teringat sesuatu.

"Gue ada urusan. Lo duluan aja sama anak-anak ke panti."

RATU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang