"Papapaa" Fio sudah memberontak dan ingin segera menghampiri Zeyan namun sudah terlebih dulu Zeyan mengahmpiri nya "Dedek kenapa nangis sayang?"

"Titt paa (sakit pa)" sambil menunjuk pipinya mengadu. Zeyan segera menciumi pipi gembul Fio yang membuat anak nya itu memberontak geli "Udah gak sakit Kan? Udah papa cium"

"Iyo tium uga (Lio cium juga)" Lio menatap Zeyan dengan tatapan polosnya.

Segera lelaki itu menggendong jagoan nya yang satu lagi dan menghujami pipi Lio dengan ciuman "udah papa cium"

"Mamah nya gimana? Mau papa cium juga?" Goda Zeyan yang di balas pelototan oleh Aviela "Gak usah macem macem!" ujar nya.

Zeyan tertawa pelan "Aku bawain Pizza pesanan kamu tuh"

Satu box Pizza di letakkan Zeyan di atas meja, Aviela melebarkan senyum nya "Makasih papa"

"Sama sama sayang" balas Zeyan seraya duduk di sofa, Lio maupun Fio masih setia di gendongan nya.

"Ma ma ayang (sama sama sayang)" celotehan Lio membuat kedua orang itu memandang satu sama lain. Zeyan terbahak ketika melihat raut wajah Aviela yang malu akibat ucapan cadel anak nya.

"Pinter banget sih anak papa" Zeyan mengacungkan jempolnya pada Lio sambil sesekali menciumi pipi gembul nya. Tak mau kalah, anak lelaki itu pun ikut memperlihatkan jempolnya pada Zeyan sambil tersenyum.

"Yo au ma (Fio mau ma)" Fio terlihat ingin turun dari pangkuan papa nya saat melihat Aviela membuka box Pizza.

"Adek makan ini aja ya sayang" Aviela memberi satu biskuit bayi kepada Fio yang langsung di terima oleh anak perempuan nya itu.

"Satu lagi ma buat abang" pinta Zeyan. Satu biskuit kembali iya berikan untuk Lio.

"Kamu gak mau Pizza nya?"

Zeyan mengangguk "Mau tapi entaran aja. Ini mereka masih nempel di aku"

"Dudukin aja di situ" Aviela menunjuk ke arah banyak nya mainan yang berserakan
"Mereka bakal asik sendiri, kamu mandi dulu gih sana nanti turun baru makan. Aku tungguin"

Zeyan menurut saja. Lagian badannya terasa sangat lengket sekarang. Tadi, ia sampai ke rumah pukul 5 sore karena memang dari seminggu yang lalu jam pulang kantor telah di tetapkan yaitu pukul 16:30.

Setelah suaminya berlalu ke kamar, Aviela beranjak ke dapur untuk mengambil minum. Ia kembali ke ruang keluarga dengan membawa 2 gelas jus jeruk kesukaan nya juga suaminya.

15 menit kemudian Zeyan turun dengan wajah yang terlihat lebih segar. Ia juga mengganti pakain nya dengan kaos polos dan celana selutut.

"Mereka di rumah rewel gak?" Tanya nya ketika sudah duduk di karpet bersama Aviela.

"Dikit sih, tadi Fio nangis karena kena pukul abang nya"

"Yang tadi pas aku masuk rumah?"

Aviela mengangguk "Iya, soalnya Fio teriak suruh telpon kamu tapi malah di tabok sama Lio"

"Kok gitu?"

Aviela mengendikkan bahunya "Gak tau deh, tapi ya anak anak emang udah gitu kali"

Percakapan mereka terhenti sebentar, keduanya memilih untuk menyantap Pizza yang sudah tersedia di depan mereka. Aviela makan dengan lahap karena perempuan itu memang sangat menginginkan nya.

"Kenyang mah?"

Aviela mengangguk "kenyang banget, sampe aku rasanya males berdiri soalnya kekenyangan"

Zeyan mengusap kepala istrinya "siapa suruh kamu rakus, makan aja kayak orang kelaparan setahun"

Belum Aviela membalas ucapan Zeyan, Fio sudah terlebih dulu berdiri di depan mereka sambil menatap Aviela "Papa yo ma! (Papa Fio mah!)"

Anak perempuan itu langsung mendudukkan dirinya dalam pangkuan Zeyan, sepertinya merasa kesal karena Zeyan mengusap kepala Aviela.

"Paa au uga (Pa mau juga)" Sambil menarik tangan Zeyan untuk mengusap kepalanya. Zeyan terkekeh, anak perempuan nya itu terlalu cemburu jika dirinya sedang bersama Aviela.

"Dasar cemburuan" Ujar Aviela mencubit gemas pipi Fio yang ternyata anak nya itu balas memukul pelan tangannya "emuluan (cemburuan)"

"Ngeselin banget sih dek,ngikut papa ya" Aviela menggeleng kan kepalanya sambil tertawa melihat kelakuan Fio.

"Aku ngeselin emang?" Tanya Zeyan yang masih setia mengelus lembut rambut anak perempuan nya.

"Iya, ngeselin nya pake banget"

"Masa sih?" Goda Zeyan mendekatkan wajahnya pada Aviela namun lagi, sebuah tangan kecil memukul wajahnya "Papaa da yeh! (Papa gak boleh!)" Teriak Fio yang tidak suka.

Zeyan yang mendapatkan tampolan gratis itu menatap Fio tanpa ekspresi "Kok beneran ngeselin ya?" Ujarnya kemudian.

Aviela terbahak, apalagi ketika melihat wajah polos Fio yang tidak merasa bersalah sama sekali "Gak usah heran, aku bilang juga apa. Ngeselin nya nurun dari kamu haha"

Zeyan menyentil pelan dahi istrinya "Durhaka ngetawain suami tau"

Walaupun susah untuk menghentikan tawanya tapi Aviela tetap mengangguk "Iya deh gak ngetawain lagi" masih terdengar tawaan kecil di akhir kalimat nya.

°°°

Malam ini, di dalam kamar utama tepatnya kamar Zeyan dan Aviela terdengar banyak celotehan dari anak mereka.

Baik Lio maupun Fio,sama sama meminta untuk tidur di kamar papa mamanya. Keduanya bahkan menangis ketika di tidurkan di kamar mereka. Terpaksa pula Aviela membawa mereka untuk ikut tidur di kasur king size kamarnya.

Zeyan dan Aviela tidur di sisi samping kasur, sedangkan kedua anaknya berada di tengah tengah mereka. Bahkan kedua anak kembar itu sekarang terlihat sedang becanda satu sama lain.

"Yo boboo (Fio bobok)" Lio menepuk nepuk pipi bulat adiknya menyuruhnya untuk segera bobok.

"Iyo boboo" Fio balas menepuk pipi Lio.

Aksi keduanya berhasil membuat Zeyan serta Aviela tertawa. Kedua anaknya begitu menggemaskan.

"Mamaa" Tangan Aviela di tarik oleh anak laki lakinya. Lio menyuruh Aviela untuk menepuk nepuk pantat kecilnya agar ia bisa segera tidur.

Aviela dengan senang hati menuruti keinganan anaknya itu. Begitupun dengan Zeyan yang sekarang juga melakukan hal yang sama. Fio sudah memejamkan matanya dengan jempol sebelah kanan berada di dalam mulut nya.

"Selamat tidur anak pinter nya papa sama mama" Zeyan mengecup kening Lio dan Fio ketika melihat kedua nya sudah terlelap.

Kemudian menoleh pada Aviela "Selamat tidur sayang " Ia mencium kening istrinya lama, begitupun dengan Aviela yang balas mencium bibir Zeyan singkat. Itu adalah kebiasaan yang menjadi rutinitas mereka ketika hendak istirahat di malam hari.

.
.
.
.
.

Kemampuan aku cuma segini maaf kalo gak memuaskan dan jauh dari kata bagus 🙂

Kasih voment jika berkenan dan terimakasih❣️

1374 kata cukup kan :' maaf kalo masih kependekan

-eblisce

Cusss di baca juga ceritaku yang ini :

Cusss di baca juga ceritaku yang ini :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Bad Husband [Completed] Where stories live. Discover now