Empat Puluh

57.2K 1.6K 57
                                    

Sindy menatap Rafi dengan helaan nafas beberapa kali "Raf, kamu dengerin aku napa sih? Dia sepupu aku"

"Bisa gitu gue percaya sama ucapan lo?" Balas Rafi yang bahkan menggunakan kata lo-gue.

"Lo pelukan sama dia,ngerangkul lo sampe segitunya. Itu yang lo bilang cuma sepupuan?" Lanjutnya

Sindy memegang tangan Rafi yang duduk di sofa yang sama dengan nya "Aku gak bohong Raf, selama ini dia di jerman. Wajar aja kalo dia meluk aku karena kita lama gak ketemu"

"Wajar? Menurut lo iya tapi menurut gue engga!" Tangannya melepas paksa tangan Sindy.

Sindy tersentak kaget, Rafi sekasar ini dengan nya "Kamu kok kasar sih? Raf aku gak mau kita berantem. Please percaya, dia emang sepupu aku. Gak mungkin juga aku ada hubungan apa apa sama dia" jelasnya panjang lebar namun Rafi masih dengan emosinya yang memuncak.

"Udah lah gue capek. Tunangan kita batalin aja! Muak gue sama kelakuan lo!"

"Rafi! Kok kamu ngomong gitu? Acaranya beberapa hari lagi. Mama Papa aku juga bakal pulang 3 hari lagi dari luar Kota. Please jangan gini" Sindy memeluk tubuh Rafi erat, tidak ingin cowo itu pergi.

"Lepas! Gue mau pulang! Bilang sama mama Papa lo semuanya di batalin!" Rafi menyentak tangan Sindy hingga terlepas dari nya. Ia berjalan cepat untuk keluar dari rumah itu tetapi Sindy terus menahan nya.

"Rafi aku mohon jangan kayak gini.." cairan bening sudah membasahi pipinya. Sindy memegang tangan Rafi yang cowo itu sekarang sudah duduk di atas motornya
"Jangan pergi Raf..aku mohon,Kita bicarain baik baik.."

Tanpa mempedulikan gadis nya yang menangis terisak, Rafi seolah menulikan telinganya. Ia langsung saja menancapkan gas motornya dan pergi dari sana.

Sindy semakin menangis. Rafi terlihat sangat marah padanya. Sindy merasa tubuhnya hilang tenaga, kakinya terasa lemas hingga membuatnya luruh ke lantai depan teras rumah.

Apa yang harus di lakukan nya sekarang? Pertunangan nya batal, bukan lah hal yang di harapkan bahkan ia sama sekali tidak menyangka jika Rafi mengucapkan kalimat itu tadi.

°°°

Aviela sedang memangku Fio seraya menyusui nya. Ia menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Setelah pulang dari rumah Qila kemaren sore, ia masih sedikit merasa kecewa dengan Sindy. Pikirannya masih mencerna tiap kata yang keluar dari mulut sahabatnya itu tadi. Rencana yang sudah dari sebulan yang lalu di susun, baru ia ketahui kemaren. Namun Aviela merasa dirinya tidak harus terlalu memusingkan masalah itu,ia tidak mau ada pertengkaran kecil yang akan terjadi antaranya dan Sindy jika terus mempermasalahkan hal itu.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dari luar yang kemudian muncul Zeyan yang menggendong Lio. Lelaki itu berjalan keseberang ranjang dan ikut duduk di atas kasur bersama Aviela.

"Lagi ngapain" Tanya Zeyan seraya meletakkan tubuh kecil Lio di tengah tengah mereka.

"Mata kamu burem?" Balas Aviela sambil menatap suaminya. Zeyan hanya terkekeh
"Kenapa jadi galak begini sih?" Tangannya mengacak pelan rambut Aviela.

"Ya kamu sih udah tau aku lagi susuin Fio malah nanya"

"Kan basa basi doang sayang" Zeyan mencubit pelan pipi Fio yang berada dalam pangkuan Aviela serta mengusap sayang kepala anak perempuan nya itu.

Kata itu. Aviela menyukainya tapi juga sedikit merasa malu "Apasih pake sayang sayangan? Geli tau gak"

Zeyan tertawa melihat wajah istrinya yang menahan malu "Ya emang kenapa? Udah seharusnya kan kita pake kata itu?"

My Bad Husband [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang