Dua Puluh Empat

45.6K 1.9K 39
                                    

Pulang sekolah, zeyan berniat menunggu Rafi dan Alfa di depan gerbang, namun dua orang itu tak kunjung datang.

Ia sebenarnya sangat malas harus menunggu seperti ini, namun karena beberapa saat yang lalu Alfa menyuruhnya untuk menunggu, maka ia rela harus berpanasan di depan gerbang sekolah dengan keadaan yang sepi itu.

Ting

Zeyan segera mengeluarkan handphone nya dari saku celana, lalu memeriksa sebuah pesan yang masuk.

AlFa
Yan, gue sama Rafi udah nyampe rumah:) sorry gue lupa bilang, motor
Kita berdua tadi parkir di belakang, jadi langsung pulang deh hehe

Zeyan berdecak kesal ketika membaca pesan Alfa, pasalnya ia sudah hampir 20 menit berdiam di sana hanya untuk menunggu kedua sahabatnya itu.

Ia menyimpan kembali ponselnya, lalu segera menghidupkan motor untuk segera beranjak dari sana,sebelum sebuah suara menyerukan namanya.

"Zeyan"

"Hmm" sangat malas untuk meladeni nya.

Gadis di depannya itu menatap zeyan dengan raut wajah memelas, namun sungguh zeyan ingin segera pergi dari sana, melihat nya saja ia merasa muak.

"Boleh anterin gue pulang? Hari ini gue gak bawa Mobil,nyokap juga barusan bilang gak bisa jemput. Please" mohon gadis itu yang jika bisa zeyan ingin menyumpal telinga nya dengan benda apapun yang bisa menghalangi suara itu masuk ke pendengaran nya.

"Gak, gue lagi buru buru" Zeyan menepis tangan chika yang memegang lengan nya.

Chika tanpa menyerah tetap berdiri di depan cowo itu "Lo tega sama gue? Masa gue harus pulang sendiri?"

"Bukan urusan gue" ketus nya, kemudian melajukan motornya dengan kecepatan rata rata, zeyan pergi dari sana untuk segera menuju ke rumahnya.

Chika, gadis itu sekarang tersenyum puas ke arah seseorang "Gimana? Lo videoin Kan?"

Gadis yang berstatus sebagai sahabatnya itu mengangguk "iya lah gue videoin, dan perlu lo tau, posisi lo sama zeyan tadi pas banget, dan meyakinkan kalo Kalian lagi bicara hal serius berdua" ujarnya menyunggingkan senyuman.

"Bagus" Puas chika seraya ber tos riya dengan sahabatnya itu.

°°°
"Viela" panggil zeyan ketika memasuki rumah, namun anehnya tidak ada yang menyahut.

Ia melepaskan sepatunya, melemparkan tas nya ke sofa lalu berjalan ke segala arah untuk mencari Aviela.

Tak lama setelah itu, ia melihat sosok Aviela yang sedang duduk di meja makan, dengan segelas air putih di depannya,namun terlihat sedang termenung.

Zeyan berjalan mendekat dan segera memeluk gadis itu dari belakang
"aku panggil kok gak di jawab? Malah bengong di sini"

Mendengar suara seseorang,Aviela tersadar dari lamunan nya lalu menatap zeyan yang kini juga menatap nya seraya tersenyum.

Bukannya balik membalas dengan senyuman,Aviela malah menatap tanpa ekspresi ke layar hitam handphone nya.

"Kenapa?" Heran zeyan yang merasa aneh.

"Aku udah siapin makanan,kalo kamu laper makan aja. Aku ke kamar dulu" Tanpa basa basi lebih, Aviela segera beranjak untuk ke kamar meninggalkan zeyan dengan tatapan bingungnya.

Cowo itu menurut,ia memang sedang lapar dan memutuskan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu kemudian​ menyusul Aviela ke atas.

Ia membuka pintu kamar dan melihat gadis itu sedang berbaring dengan tatapan mata yang sendu. Zeyan jelas semakin bertambah bingung,apa Aviela sakit?

Tanpa menunggu,ia mendekati kasur dan duduk di tepi nya "Kamu sakit?" Sia sia, tidak ada respon dari Aviela.

Diam, itu yang sekarang zeyan lakukan,percuma saja ia melontarkan pertanyaan tapi satu pun respon tidak di dapat nya.

Namun nyatanya, memilih untuk diam semakin membuat zeyan tidak tenang. Ia khawatir jika sekarang Aviela dalam kondisi yang tidak baik.
"Viela,jawab aku,kamu kenapa? Jangan bikin khawatir"

"Kalo kamu emang gak bisa nerima apa yang kita jalani sekarang, kamu bisa jujur Yan. Jangan bikin aku terpuruk hanya karena kepura puraan kamu" Aviela berujar tanpa menatap zeyan,ia malah sedari tadi menggenggam handphone.

Zeyan mengernyit "maksud kamu? Kepura puraan? Apa hal yang aku harus jujur? Kamu ngomong apa? Aku gak ngerti"

"kamu bisa jujur Yan,Jangan bersikap​ seolah olah kamu bahagia dan sayang sama aku. Kalo kamu merasa terbebani sama ini semua,Kita bisa akhiri sekarang juga" Pertahanannya runtuh,air mata tak dapat lagi di bendung nya. Aviela lelah. Satu hal yang paling membuat nya benci 'Dikecewakan'.

Di dalam bayangan nya,zeyan sudah betul betul menyayangi nya. Bahagia dengan kehidupan mereka sekarang,menerima dirinya di dalam hidup cowo itu. Namun nyatanya, ia harus selalu mengingat penyebab yang sekarang membuat mereka bersama. Ikatan yang di buat tidak atas dasar rasa cinta dan kasih sayang yang tulus. Wajar saja jika salah satu di antara keduanya memiliki perasaan yang tidak sejalan.

"Akhiri ini semua?" Kaget zeyan menampilkan wajah tidak percayanya," Viela,kamu minta aku jujur? " Tanya nya namun seperti sebelumnya,tidak ada jawaban.

Tidak masalah,zeyan tetap melanjutkan ucapan nya "Aku bahagia,kamu di sini,di sisi aku. Beberapa waktu yang lalu aku sadar,kamu yang udah di pilih untuk menjadi tanggung jawab aku"

Aviela menutup matanya seraya menarik nafas,namun tetap tidak mengeluarkan suara nya.

Lagi lagi,zeyan yang kembali harus mengeluarkan suara "Ada hal yang bikin kamu kayak gini? Jujur aku gak tau kamu kenapa viela, tapi aku mohon bilang sama aku, kalo aku ngelakuin kesalahan yang mungkin aku gak sadar. Jangan gini pliss"

Handphone gadis itu kini berada di tangan zeyan,Aviela sendiri yang menyerahkan nya.

Mengerti dengan apa yang harus ia lakukan,zeyan segera membuka handphone itu dan menemukan rekaman singkat tetapi bisa menjadikannya masalah yang besar.

Ia menggeram tertahan, mulai sadar jika memang tadi di depan gerbang sekolah,ia hanya di jebak oleh seorang gadis dengan raut wajah palsu nya.

"Kamu bisa balik ke dia kalo mau, dan lepas dari aku" Lagi dan lagi, ucapan Aviela hampir membuat zeyan frustasi.

"Itu gak benar. Aku bisa kasih tau kamu yang sebenarnya"

Aviela menggeleng "perasaan emang gak bisa di paksa Yan, dan aku sadar itu. Perasaan kamu gak sepenuhnya buat aku"

" Jangan salah paham kayak gini vi,"

"Aku izin istirahat ya, soalnya capek banget " Gadis itu menarik selimut hingga menutupi tubuh nya,mengistirahatkan pikirannya yang begitu lelah walau hanya sekedar untuk berpikir jernih.

.
.
.
.
.

Segini dulu, lanjutan permasalahan sama penyelesain nya bakal ada di part berikut nya.

:v

My Bad Husband [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang