Berusaha Mengikis

2.4K 132 6
                                    

"Ikhlaskanah dia, dan percayalah Allah akan gantikan dengan yang lebih istimewa"
-AR-

Tinggal di rumah Reza ternyata nyaman dan menyenangkan, bagaimana tidak? Bunda Reza yang supel dan open mindid dengan pemikiran anak muda membuat Uliya mengurangi rasa canggungnya. Awalnya Uliya mengira jika Bunda Reza pasti seperti usadzah-ustadzah di televisi yang selalu banyak menasihati para anak muda dengan cara tausiah yang hmm begitulah menurut Uliya.

Faktanya, Bunda Reza lain caranya ketika menyalurkan nasihatnya untuk anak-anaknya, termasuk untuk Uliya.

Lalu bagaimana komunikasi antara Uliya, Reza, dan dr. Akbar? Ini adalah masalah sejak pertama kali Uliya menginjakkan di rumah Reza, ia sangka akan ada keributan yang ia ciptakan.
Ternyata, hari ke enam ini Uliya masih aman.

Reza tinggal di kost temannya, menurutnya untuk sepekan ini ia tidak tinggal di rumah karena banyak tugas yang harus ia selesaikan. Sedangkan dr. Akbar, kata Bunda Reza, ada tugas di luar kota.

"Terus dr. Akbar pulangnya kapan Bu?" tanya Uliya yang sedang mengaduk adonan kue

"Hari ini pulang katanya, memang kenapa? kangen sama dokter gantengmu itu ya...?" Uliya tersepi malu, ia merutuki dirinya sendiri karena telah menceritakan pertemuannya dengan dr. Akbar.

Entahlah, Uliya biasanya tidak seterbuka ini dengan orang lain. Namun ketika bersama Bunda Reza, ia merasa nyaman dan tidak canggung.

Uliya menceritakan dulu ketika ia bertemu dengan dr. Akbar hingga menjadikan dr. Akbar sebagai guru privatnya. Bahkan panggilannya pada dr. Akbar lun ia ceritakan. Jadilah Bunda Reza meledeknya, seperti tadi.

Namun satu yang tidam ia ceritakan. Ya, kisah kagumnya pada dr. Akbar, tentu saja ia tidak berani menceritakannya.
Lagi pula, menurutnya ini tidak perlu lagi dibahas.

"Kamu nggak tanya aku kapan pulangnya?" tiba-tiba Reza muncul di antara mereka.

Uliya tersentak, kali ini ia merasa tertangkap basah seperti maling.
Sejenak menghilangkan rasa gugupnya, Uliya tersenyum ada Reza "Nggak ditanya juga kamu udah ada di sini"

"Kemarin-kemarin aku nggak ada di sini, kamu tanya aku kapan pulang nggak?"

"Kan kamu udah bilang, sepekan ini tinggal di kost temen. Artinya kamu bakal pulang minggu atau senin, ya kan"

Jawaban sempurna. Uliya tidak mengada-ada atau mencari alibi, faktanya memang begitu.

"Iya iya, ya udah aku ke atas dulu ya" baru saja Reza mau berbalik meninggalkan dapur, ia terlupa akan sesuatu.

"Bundanya sendiri nggak disapa dan disalimi yah?" sindir Bunda Reza dengan leluconnya.

"Maksud Reza, Reza mau cuci tangan dulu Bun, masa mau salim sama bidadari syurga tangannya kotor sih" Reza bicara dengan cengir kudanya.

"Alasan aja kamu, bilang aja lupa karena ada bidadari satu lagi di rumah ini" Ucap Bunda Reza melirik Uliya sekilas, lalu menaruh loyang ke dalam oven.

Sedangkan Uliya diam melihat interaksi seorang Bunda dan anaknya.

***

Pintu rumah Bunda Reza kembali di ketuk, orang itu pun kembali mengucapkan salamnya.

Akhirnya Uliya memberanikan diri untuk membukanya.

"Wa'alaikumussalam" jawaban salam dari orang itu tepat ketika pintu dibuka Uliya, tepat pula senyum sekilas terbit dari bibirnya segara luntur ketika mendapati Uliya yang ada di hadapannya.

"Silakan masuk Dok eh Kak, Bunda mungkin ada di belakang jadi tidak mendengar Kak Akbar" Pernyataan Uliya ingin sekali disanggah oleh dr. Akbar, berani sekali Uliya mempersilakan dr. Akbar masuk, siapa Uliya? seolah-olah Uliya tuan rumahnya.

    KEMBALI (REVISI)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu