Pergi?

1.3K 115 39
                                    

Assalamu'alaikum, guys!
Aku kembali 🤗

Terima kasih sekali untuk kalian yang masih dan sabar menunggu cerita ini up date🌹

Bagaimana kabar kalian? Semoga yang tidak baik-baik saja, kembali menjadi baik aamiin.
Jaga iman dan imun yaaa!

Oh iya, saya pengin tau sekali kalian dari mana aja asalnya? Komen yaaaa

Ingat!
1. Tap bintang
2. Komentar, dan
3. Koreksi typo

Selamat membaca🤗

***

Bagian dari bahagiaku hilang
Itu karena kamu pergi
-AR-


Katakan saja perempuan itu adalah seorang istri yang nusyuz. Karena ia tidak menghiraukan batasannya.

Uliya bukan melupakan kewajiban seorang istri. Iya paham betul hukum itu. Tapi, kalian tahu kan bagaimana situasi Uliya saat ini? Dan kalian mungkin akan melakukan hal yang sama dengan Uliya, betul?

Kalau ada yang bilang ia seorang istri yang nusyuz, sungguh ia tidak akan menyangkal. Sebab, jika dilihat-lihat, memang dr. Akbar sedikit keberatan dan melarang kepergiannya. Jika dr. Akbar tidak ridho, dan ingin menalaknya, silakan saja. Uliya beranggapan, toh juga memang ia sudah mengkhuluk dr. Akbar. Tapi, dasarnya dr. Akbar saja yang egois dan keras kepala, ia kekeh mempertahankan status pernikahan mereka. Apa maksudnya coba?!

Sudah enam hari, Uliya ada di salah satu rumah sakit Semarang. Esok, ia sudah diizinkan pulang.

Rencannya sudah dipikir dengan matang. Uliya mantap, ia akan mengasingkan diri, bukan lagi di Semarang. Lah, berati Uliya sudah bohong dong?! Bukannya ia bilang bahwa dirinya akan dirawat di Semarang?!

Tidak, Uliya tidak berbohong sama sekali. Uliya bilang 'Aku mau terapi di Jawa' bukan 'Aku mau terapi di Semarang.' Artinya, ia boleh-boleh saja terapi di rumah sakit manapun yang ada di Jawa, selain Semarang.

"Kamu yakin mau terapi di sana?" Ibu Uliya bertanya setelah beberapa saat tadi Uliya menceritakan niatnya.

Uliya yang sedang menunduk menatap makanan di pangkuannya mengangguk.

"Kalau Akbar datang ke sini gimana? Dia itu masih suamimu lho."

"Bilang aja lagi isolasi mandiri."

"Masalah serius kaya gini kamu masih bisa bercanda, Uliya?"

Menghela napas, Uliya menatap sang Ibu.
"Aku capek, Bu."

"Makanya cepet selesaikan, biar capeknya nggak berkepanjangan. Inget, namanya rumah tangga itu dibangun sama dua orang, suami-istri. Akbar nggak bakal bisa menyelesaikan masalah rumah tangga kalo kamu sebagai istri nggak mau ikut menyelesaikan."

"Aku bukannya nggak mau ikut menyelesaikan, Bu. Aku cuma butuh waktu."

"Sampai kapan? Sampai capeknya ilang sendiri? Ya nggak mungkin lah. Yang ada nanti kamu bakal ketemu lagi dengan capek yang lain, rasa capek yang disebabkan sama diri kamu sendiri yang keras kepala misal."

"Kok Ibu kesannya malah ngebelain Mas Akbar sih?"

"Lha siapa yang ngebelain, wong Ibu nuturi kamu kok. Halah, anak bahasa Indonesia masa nggak bisa menafsirkan kalimat."

"Wong kalimat Ibu menyiratkan kalau Ibu itu ngebelain Mas Akbar kok."

"Mata kuliah dulu semester tiga, yang kamu pernah cerita ke Ibu. Tik tik apa itu, ilmu yang bahas maksud tuturan orang itu lho..."

    KEMBALI (REVISI)Where stories live. Discover now