Dokter Ganteng

15.4K 327 10
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Halo readers kembali!

Part ini adalah revisi dari part yang dulu. Yang sudah baca mungkin paham, dan ya isi cerita part ini berbeda. Tapi intinya sama, menggambarkan awal pertemuan dan kedekatan Uliya dan si dokter ganteng.

Kalau kalian tanya, apa bedanya dengan part sebelum direvisi? Bedanya, part yang dulu masih ada typo dan alurnya agak riweuh. Jadi, saya coba buat alur yang lebih simpel dan nggak keliatan menye-menye hehe.

Selamat membaca🌹

***

Suara ketukan sepatu seseorang terdengar mendekati hospital bed Uliya. Perhatiannya dari gadget nya pun ia alihkan ke sepatu Pantofel hitam mengkilap.

"Hai, Uliya!"sapa seseorang tepat dengan dibukanya tirai yang menutupi hospital bed Uliya.

"Waktunya makan siang." ujarnya.

Aaah rupanya si dokter itu.

Beberapa hari di rawat di rumah sakit ini, Uliya paham dengan wajah itu. Hidungnya mancung bak keturunan arab, alis hitam tebal, dan kumis tipis menghiasi wajahnya. Ia, dokter ganteng.

Uliya membenahi duduk tegak, membenahi hijabnya.

"eh, halo Dok!" Balas Uliya, sekilas menatap sang dokter.

"Ini, makan siangnya." dokter itu mengarahkan nampan berisi makanan ke Uliya.

"Hm tolong taruh aja di nakas Dok, nanti saya makan." ujar Uliya sopan.

"Lho kok nanti? Tidak mau sembuh ya kamu?"

Oke, ini kedua kalinya dokter itu datang menghantarkan makan siangnya. Dan dengan sok kenal juga sok dekatnya, dokter itu mengomeli Uliya dengan kata-kata pedasnya.

"Ya saya belum lapar, Dok. Nanti kalau lapar saya makan." Ujar Uliya, nampak menyingkap selimutnya.

"Sekarang, Uliya."

Uliya yang berniat merebahkan tubuhnya, ia urungkan karena mendengar penuturan sang dokter

"Ih dokter dari kemarin cerewet banget ya! SKSD banget sama saya."

"Saya kan dokter, wajar dong saya pendekatan dengan pasien saya, biar mereka nurut apa kata saya dan lekas sembuh."

"Calon dokter! Masih di tahap koas kan?"

Ya, dokter ganteng adalah salah satu mahasiswa koas.

"Sama saja, mahasiswa kedokteran saat koas itu disebut dokter muda. Meski belum resmi menjadi dokter, tapi sudah mendapat tittle dokter kan? Buktinya kamu manggil saya dokter."

Uliya geram, ia menarik kedua sudut bibirnya dengan terpaksa. "Ya, suka-suka L aja deh."

Uliya heran, wajahnya yang teduh berbanding terbalik dengan sikapnya. Bikin hati gerah.

"Harusnya kamu terima kasih lho, saya sudah repot-repot bawa makan siang mu."

"Saya nggak minta."

    KEMBALI (REVISI)Where stories live. Discover now