Kembali?

2.3K 129 4
                                    

Hiruk pikuk perkotaan, berdesak-desakan di dalam kendaraan umum, melihat dihadapan ada orang-orang duduk diam dan ada pula yang bercengkerama. Lucu ketika melihat ekspresi setiap orang, Uliya tertawa dalam hati. Bukan mengejek, hanya saja Uliya melihat ekspresi setiap orang yang berbeda memang lucu.

"Kiri Pak" minta Uliya pada supir angkutan.

Pak Supir pun menghentikan angkutnya perlahan.

Bertepatan Uliya turun dari angkut, bukannya segera membayar ongkos, Uliya melihat penampakan gadis kecil cantik yang pernah dijumpainya dan meminta cokelatnya. Iya, gadis kecil itu adalah Difa. Di samping Difa ada sosok laki-laki berjongkok sedang menenangkan Difa.

Uliya menyipitkan matanya, melihat jeli sosok laki-laki itu. Tidak mungkin laki-laki itu adalah dia.

Uliya mengerjapkan matanya, bermaksud menghilangkan halusinasinya. Namun, sosok laki-laki itu masih ada, itu berarti Uliya tidak sedang berhalusinasi.

"Difa sayang jangan nangis lagi yah, kita beli cokelat yuk" Ajak laki-laki itu.

Uliya masih belum yakin laki-laki itu adalah dia, karena laki-laki itu hanya tampak dari samping. Laki-laki itu belum menyadari jika mereka berdua sedang diperhatikan Uliya. Hingga laki-laki itu beranjak menggandeng tangan gadis kecil, Uliya segera mengalihkan pandangannya dan berjalan terburu-buru.

***

Uliya merebahkan tubuhnya dikasur, menatap langit-langit atap kamarnya. Pikirannya masih pada sosok laki-laki dan gadis itu.

"Uliyaaa bukain pintu woi! pingsan lo di dalem? kue uliii!" Suara Amila menyeru sambil menggedor-gedor pintu kamarnya.

"Subhanallah Amila, lo bertamu ngga ada sopan santunnya. Salam dulu kek, main gedor-gedor aja. Kalo pintu kamar jebol gimana?" Uliya membukakan pintu

Amila menghelakan nafasnya, memutarkan bola matanya. "Alhamdulillah akhirnya dibukain pintu juga. Gue udah salam dari tadi dengan suara merdu gue kali. Lo aja yang ngga denger."

Uliya meringis" Mau apa lo kesini Mil?" tanya Uliya

"Amnesia lo? besok kan libur, gue kan udah bilang kalo gue mau nginap di sini"

"Oh iya, gue lupa"

"Ngga dipersilakan masuk nih gue?" Sindir Amila

"Tuan rumah macam apa, ada tamu dibiarin matung di depan pintu gini" lanjut Amila.

"Biasanya juga lo langsung nyelonong masuk, yuk masuk lah"

Amila menaruh tas nya di bangku sebelah ranjang lalu merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Mau minum apa Mil?"tanya Uliya

"Nanti gue ambil sendiri aja"

"Ya udah, gue mandi dulu ya" Uliya mengambil pakaian dan handuk di dalam lemarinya.

"idih anak perawan jam segini baru mandi, pantesan masih jomblo aja"

"Dih maaf ya, gue mah nggak jomblo"

"Lo nggak jomblo? kok nggak bilang-bilang sih? saiapa doi lo? " Amila yang tadinya berbaring, kini menegakkan tubuhnya, duduk di atas kasur menghadap Uliya meminta jawaban.

Uliya mengangguk.

Melihat anggukan Uliya, Amila pun melotot dibuat terkejut. "Lo bilang sendiri kan Li, kalo pacaran itu dosa karena menuju zina. Putusin pacar lo Li!"

Uliya terkekeh melihat raut wajah sabatnya, beruntung Uliya memiliki sahabat yang selalu mengingatkan dan melarang pada hal maksiat atau pun dosa.

    KEMBALI (REVISI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz