520 Uliya

1.6K 107 31
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Halo, Guys!
Terima kasih selalu mensupport aku untuk terus melanjutkan cerita ini.
Terima kasih masih setia membaca dan menunggu cerita ini.
Semoga ada kebahagiaan yang mampu menutup luka kalian, aamiin

Selamat membaca🌻

Ingat!
1. Tap bintang
2. Komen, dan
3. Koreksi typo











































Warning 18+

***

Banyak hal tidak akan kamu duga
Termasuk masa lalu yang sudah berhasil terkikis dari kepala, namun kini kembali di depan mata

Kamu memang tidak meminta, tapi itu adalah takdir sang pencipta
Bukan apa-apa, ia didatangkan hanya untuk memastikan bahwa tidak ada lagi hati yang luka dan lara
-AR-

Karangan rustic garbera menyambut mesra sepasang mata manusia yang menyapanya. Tidak lupa harum semerbak mereka suguhkan untuk yang menciumnya.

Kalau saja mata dan telinga tidak disita sejenak perhatiannya, si puan masih menemani si cantik garbera.

"Lihat siapa yang menikah!" Perintah dr. Akbar pada Uliya, tegas.

"Aku enggak mau nonton orang nikah, aku maunya bukti yang udah Kak Akbar janjikan."

Uliya memberontak, ia mengunci kursi rodanya.

Menghiraukan Uliya, dr. Kabar menyingkirkan tangan Uliya agar kursi rodanya bisa kembali berjalan.

Uliya tidak tinggal diam, dr. Akbar kembali mencekal tangannya, menariknya agar mengikuti langkahnya.

"Mas, stop!" Sentak Uliya dan sempat mendapat perhatian dari beberapa tamu undangan.

dr. Akbar seolah tuli dengan rengekan Uliya. Ia tetap berjalan melewati barisan kursi-kursi yang sudah diisi oleh banyak manusia.

"Aku bilang stop!"

"Diam!" Desis dr. Akbar.

Uliya menciut, hawa panas di matanya mulai terasa.

dr. Akbar membawanya di sisi kanan pelaminan. Uliya yang masih menunduk, dagunya diangkat paksa oleh dr. Akbar. "Lihat siapa yang menikah." Tutur dr. Akbar.

Uliya terpaksa mendongak, menuruti perintah sang suami. Ia melihat pengantin wanita yang berjalan menunduk, menghampiri pengantin laki-laki. "dr. Andri" ucapnya dalam hati.

Uliya memicingkan matanya, menunggu pengantin wanita mengangkat wajahnya. Sekian detik, pengantin wanita belum juga mengangkat wajahnya. Ia terlihat sedang menjulurkan tangan kanannya, meminta tangan pengantin laki-laki, kemudian menciumnya. Setelahnya, pengantin wanita baru mengangkat wajahnya. Namun sayang, wajah pengantin wanita segera ditangkup dr. Andri, kemudian keningnya dicium oleh dr. Andri.

Jantung Uliya berdegup kencang, wajah pengantin wanita alias istri dr. Andri terlihat jelas. Bahkan, istri dr. Andri itu sedang menatapnya.

"Mbak Naura." Lirih Uliya.

Uliya semakin dibuat linglung, Naura senyum kepadanya. "Nggak mungkin." Ucap Uliya masih dengan lirih, namun dr. Akbar masih mendengarnya.

"Ini buktinya." Ujar dr. Akbar.

"Kita ke pelaminan, ngasih selamat buat mereka." dr. Akbar menggiring Uliya, sementara Uliya yang masih shock pun terhenyak.

"Enggak, aku nggak mau ketemu Mbak Naura."

    KEMBALI (REVISI)Where stories live. Discover now