38 - Tamu Tak Diundang

Start from the beginning
                                    

Dikatakan Niko sedang asik membuat Alana kian marah atau Denis yang sibuk berduaan dengan Sahla. Maka Rendi adalah satu-satunya cowok yang hidup terbelenggu dalam rasa sepi. Ah, seharusnya tadi ia menolak saja untuk datang ke sini.

Di sisi lain, Ratu masih tercenung di tempatnya berdiri ketika melihat Keenan membuka lemari yang ada di dapurnya lalu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan ke atas pantry.

"Ken, kenapa gak di rumah lo aja, sih?" Ratu melihat Keenan sedang mengeluarkan semua bahan dari dalam kantung plastik yang tadi cowok itu bawa. Lalu dikumpulkan bersama yang lain di atas pantry. "Kan enak bisa dibantuin nyokap lo gitu."

"Lo pikir bikin kue kaya gini aja gue gak bisa?" Keenan melepas jaket denimnya lalu disampirkan di dekat kursi makan.

"Lo beneran bisa bikin kue, Ken?" Ratu tidak terlalu yakin. Tapi ia menemukan Keenan yang tersenyum sambil memberikan beberapa butir telur ke arahnya.

"Pecahin dulu telurnya." kata Keenan mengabaikan ekspresi terkejut Ratu.

"Nanti tangan gue bau amis, Ken!" Ratu menolak dengan menaruh semua telur-telur itu di samping wadah. "Gue bantu ngocok telurnya aja, deh. Kalo yang mecahin mending lo aja, Ken."

"Sampe tangan lo keriput juga telurnya gak bakal ngembang kalo dikocok pake tangan." Keenan lalu memecahkan satu butir telur ke dalam wadah sebelum menunjukkan tangannya ke arah Ratu. "Tangan gue gak bau amis, 'kan?"

"Issh, itu kan lo!" malas berdebat dengan Keenan. Akhirnya Ratu terpaksa untuk memecahkan satu butir telur ke dalam wadah, namun sayangnya pecahan cangkang telur tersebut malah ikut masuk ke wadah. "Ah, kan! Telurnya malah ancur duluan di tangan gue."

Keenan memalingkan wajah, berusaha menahan kekehannya yang bisa membuat Ratu semakin kesal. Beruntung jika nalurinya menyuruh untuk mengambil alih perkerjaan Ratu sambil memerintah cewek itu untuk mencuci tangan lebih dulu.

"Sekarang lo masukin terigunya ke sini." kedua tangan Keenan tengah berkutat mengadukkan bahan menggunakan mixer. "Buruan, Ratu."

Yang dipanggil berdecak. Rupanya Ratu masih kesal masalah tadi dan membuat dirinya dengan asal memasukkan terigu ke dalam wadah.

"Itu terlalu kebanyakan." lagi. Ratu tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Keenan. Padahal, yang ia masukkan ke dalam wadah adalah terigu yang sebelumnya sudah ditakar oleh Keenan. "Maksud gue masukkinnya dikit-dikit aja. Kalo yang di wadah udah ngaduk baru lo masukkin lagi."

"Ih, jangan nyuruh gue kalo ujung-ujungnya diomelin, mah!" Ratu yang kesal akhirnya terpaksa menabur sisa terigu itu ke rambut Keenan menggunakan tangan sambil menyeringai puas saat melihat Keenan melotot ke arahnya dibarengi mesin mixer yang berhenti mengaduk.

Ratu tau ia akan berakhir sama. Apalagi sepertinya Keenan tidak akan segan-segan melempar terigu dalam genggamannya ke arah dirinya kalau saja ia tidak lebih dulu mengeluh.

"Engghh," Ratu mengucek sebelah matanya dengan punggung tangan. "Kayaknya mata gue kelilipan gara-gara tadi, deh, Ken."

Keenan tentu tidak bodoh, jika tau itu hanya gurauan Ratu untuk menghindarinya. Tapi tetap saja cowok itu tak bisa menahan kekhawatirannya apalagi di saat Ratu terus menerus mengucek dengan sebelah tangannya.

"Ih, perih, Ken!" oke. Sepertinya itu bukan sebuah gurauan.

Membuat Keenan memilih membersihkan sisa tepung di telapak tangannya sambil merangsek maju ke arah Ratu. Menangkup sebelah wajah cewek itu dengan sebelah tangan di saat tangan lainnya menyingkirkan tangan Ratu yang sibuk mengucek mata. Sebelum akhirnya memutuskan untuk meniup mata berbulu mata lentik itu secara bergantian.

RATU (TAMAT)Where stories live. Discover now