BAB 10 - SAHABAT

59 10 8
                                    

Restoran A&M - 17 Mei 2016, 10.00 WITA

"Kamu tahu kenapa restoran siap saji ini bernama A&M?" ucap Akher, saat menikmati ayam goreng tepung komplit nasi putih di piringnya. Suasana restoran itu sedang ramai-ramainya.

Mustakim menyesap soda berwarna coklat perisa tanaman herbal dan awalnya ditebak Akher itu balsem cair. "Singkatan Akher dan Mustakim," jawab Mustakim menahan untuk muntah.

"Sumpah, gara-gara kamu pula saya sampai ketagihan dengan minuman surgawi ini."

"Mungkin, surga punya yang lebih enak daripada soda coklat ini. Semoga lebih keras!"

"Kalau kamu mau yang keras!" Akher bersendawa. "John Jack bersaudara jawabannya!"

"Tidak akan pernah, Akher!" Setiap kali menyebut namanya, Mustakim merasa tercekik.

Ya, Akher, kamu harus menyempitkan tenggorokan dan menekan lidahmu lebih dalam hingga suara napas terjepit sampai kamu bisa menyebutkan namanya. Sungguh, memiliki teman yang satu ini sejujurnya menyiksa sekaligus menarik bagi Mustakim. Akher layaknya orang yang serba tahu, juga menyebalkan. Pemuda ini sulit ditebak apakah dalam situasi serius atau sedang meracik lelucon.

"Seumur hidup di dunia kampus ini, baru rasanya kepalan tangan saya bermanfaat."

"Kamu bikin Dunya tidak kuliah hampir sebulan. Mode pukulanmu bukan sepekan."

"Setidaknya kamu tahu, casanova genit itu tidak jauh berbeda dengan senior keparat."

"Bukan begini cara membalasnya. Seharunysa mode pukulanmu diset seumur hidup."

Saling menatap dan hening sejenak pun, mendadak pecah dengan pekikan tawa keras.

"Tidak perlu khawatir, kalaupun kita harus mencemaskannya." Akher menyesap soda rasa herbal itu yang kini dipadukannya dengan apungan es krim coklat. "Dunya sangat mudah mengejar ketertinggalannya. Absensi yang jarang hadir, Dunya membuatnya dirinya selalu hadir. Tugas yang memaksa kita seringkali begadang, sekejap mata bisa diselesaikan tanpa harus bersusah payah. Mata kuliah dengan nilai rusak pun diubahnya menjadi nilai sempurna tanpa perlu mengulang tahun depan. Dunya mengakhirinya dengan wisuda, lebih cepat daripada mahasiswa rajin semacam kamu!"

"Dunya Dimor adalah laki-laki setaniah sempurna." Serangkaian kata pujian ingin diucapkan Mustakim mengenai kawannya yang terkenal akan ketampanan, kekuasaan, kekuatan, kehebatannya. Menjelaskan karateristiknya akan terasa menjijikkan. Dunya Dimor merupakan kesempurnaan yang menyetubuhi kenikmatan fana di planet ini. Mustakim tidak akan salah menebak karena daftar laknat Dunya lebih dari empat nomor. Limabelas mahasiswi dalam angkatannya dijamin bertekuk lutut dan menyerahkan lahir dan batin untuk Dunya. "Baik, aku tidak sudi merusak makan siangku ini."

"Kamu tidak keberatan, kalau Dunya mengambil anu Seyla. Keterlaluan menolakmu?"

Mustakim menusuk tatapan Akher, karena kalimat yang mengundang untuk dihantam.

"Rupanya tidak, Dunya punya banyak pilihan di daftar anunya. Seyla tetap untukmu."

Mustakim memukul meja, seketika pengunjung restoran A&M melempar tatapan sebal.

"Tapi bukan berarti dia kelak menjadi milikmu seutuhnya. Dia tetap milik Tuhan-Nya."

"Seyla menyembah kuasa yang kita gak yakini. Seyla menyangkal Tuhanku, Tuhanmu."

"Harapnya bukan alasan utama bagimumenjauhinya. Bagaimana dengan kompas itu?"

... Bersambung ...

Sisi SelatanWhere stories live. Discover now