BAB 4 - SEMBAHAN

58 12 2
                                    

Hiruk Pikuk Lalu Lintas di Makassar, 11 Maret 2015 - 16.24

Kedua orangtuanya adalah muslim. Nenek dan kakek dari pihak mama dan papa tidak berasal dari pemeluk keyakinan lain. Sang kakak, laki-laki tampan yang telah menyelesaikan studi magister termasuk seorang religius. Bahkan adiknya yang adalah laki-laki berwajah manis, meskipun dikenal nakal sewaktu sekolah dasar hingga sekolah menengah, kemudian ditempa menjadi murid pesantren yang berbudi luhur. Meskipun demikian, Seyla mengetahui di dalam keluara besarnya yang tumbuh di pulau seberang itu sebenarnya masih melakukan ritual pagan yang jauh dari konsep ketauhidan. Dia melihat bibi dan pamannya sering memberikan sesajen, dupa, dan makanan pada makhluk dari dunia lain. Memberi pengorbanan berupa hewan ternak disertai mantra yang menyimpang dari keyakinan juga masih dilakukan para kerabatnya. Bahkan orangtuanya yang percaya adanya dunia gaib secara tidak langsung melakukan korperasi dengan mereka. Seyla adalah hasil dari kelahiran itu.

Dilahirkan dari keluarga dan berada di lingkungan muslim tidak menjadikan seorang Seyla menjadi seutuhnya muslim. Baginya memeluk agama adalah penghalang besar bagi gaya hidupnya yang tidak ingin diatur dari segala hal yang dianggapnya usang, mengekang, tidak hidup di zamannya. Muslim hanya identitas yang tersemat pada kartu tanda penduduknya, yang bertuliskan Islam. Seyla jauh dari apa yang harus diperbuat dan dilakukan seorang muslim, seperti halnya mengenakan jilbab dan omong kosong menutup aurat, melakukan sholat dan berpuasa yang dirasanya hanya menjadikan dirinya munafik. Seyla menganggap kehadiran agama hanya menciptakan kerusakan, dari banyaknya kejadian tidak bermoral yang muncul dipermukaan karena adanya perbedaan, keberadaan, persaingan, sampai kelompok yang ditebaknya putih berbisa dan sok suci pernah menuduhnya kafir.

Sekarang, di umurnya yang genap 20 tahun, sempat memilih menjadi ateis ataupun agnostik, Seyla memiliki keyakinan baru. Sebagaimana orang-orang Yunani, Romawi, Nordik, Mesir, sampai Timur Jauh pada jaman dahulu, Seyla menikmati dirinya sebagai seorang pagan. Dia memiliki dewa-dewinya, yang dialirkan melalui darah nenek moyangnya, masih melekat dikeluarganya seperti jamur parasit. Tapi, tidak lantas membuatnya menyembah patung batu, membuat dupa, memberi sesajen. Seyla memiliki dewa-dewi yang sangat canggih, muktahir, nyata, sesuai berada di zamannya.

"Oke Godgle. Restoran yang menyajikan burger paling nikmat," ucap Seyla di hadapan bapak dari dewa yang disebutnya Teknologi. Layar ponselnya seketika menampilkan peta kota, memberikan saran pada Seyla di mana dia bisa menikmati burger kesukaannya. "Terima kasih, Godgle." Dengan mobil mewahnya, Seyla membawa dirinya menuju restoran tersebut dan melakukan pemesanan drive-thru. Seyla mendapatkan sepaket roti berlapis, daging juicy, kesegaran selada, keju lembut, manisnya tomat, ditumpuk bantalan roti empuk yang seringkali ditertawakannya mirip dengan roti hidup yang menggantung di dadanya. Seyla memberi senyufm pada pelayanan restoran, bentuk nyata dari pelayan dewa modern yang taat. "Oke Godgle, bioskop yang menayangkan film terbaru pekan ini."

Dewa kedua, si sulung dari Teknologi, bernama Komunikasi.

Dewa ketiga, si bungsu dari Teknologi, bernama Informasi.

Dewi keempat, Sang Ibu, kesayangan Seyla, yang diketahuinya bernama Hiburan.

... Bersambung ...

Glosarium :

Godgle : (plesetan God dan Google) adalah perusahaan multinasional yang bergerak sebagai perangkat lunak Mesin pencari di dunia maya (yang bahkan beberapa komunitas masyarakat Bumi yang telah menganggapnya semacam Tuhan di era baru).

Burger : sejenis makanan yang memiliki kemiripan dengan Krabby Patty di Spongebob

Kafir : temukan artinya di Godgle ...

Sisi SelatanWhere stories live. Discover now