Chapter 41

41 3 0
                                    

"Bang Adlan... Lama banget, sih?" teriak Lina di depan kamar mandi. Ia sudah sebal menunggu Adlan yang tak kunjung selesai mandi sejak setengah jam yang lalu.

"Iya ini udah selesai kok," balas Adlan dari dalam.

"Selesai tapi nggak keluar-ke-"

Cklek

"Ni udah," potong Adlan menampakkan diri. Seolah tak bersalah, ia malah terkekeh ringan dihadapan kembarannya yang tengah memasang muka masam.

"Lama banget, sih?" Lina berkacak pinggang mengintimidasi Adlan. "Ngalain cewek aja mandinya."

"Hehe, sorry. Keasyikan nyanyi sampe lupa waktu."

"Cih. Mentang-mentang baru jadian. Udah telat tau," cibir Lina masih tak bisa santai. "Segitu senengnya ya?" sindirnya lagi.

"Iya dong. Seneng banget." Tapi bukannya merasa tersindir Adlan malah semakin melebih-lebihkan ucapan yang menggambarkan perasaannya. "akhirnya Abang tercintamu ini punya pacar setelah sekian lama."

"Iuhh... Lebay. Awas-awas minggir! Mau mandi," sinis Lina merasa jijik sendiri. Ia mengusir Adlan agar tak menutupi pintu kamar mandi.

Adlan terkekeh geli. Melihat alis Lina tertekuk sebal membuatnya tak tahan untuk tak mencubit hidungnya gemas. "Ketus amat pagi-pagi."

"Ihh apaan sih. Lepasin Bang!"

"Makanya jangan ngomel terus, ntar cepet tua loh."

"Bodo. Lepasin nggak?" Lina memukul-mukul tangan Adlan yang masih mengapit erat hidungnya. "Aku aduin mama nih."

Mendengar kata aduan, otomatis Adlan melepaskan japitannya cepat-cepat. Ia pun menyengir lebar. "Peace, dek! Nggak lagi."

"Cih. Nyebellin." Lina tak menggubris. Ia segera masuk ke kamar mandi.

"Eh tunggu dek!"

"Apa lagi Bang?" Baru saja Lina mau menutup pintu.

"Ada yang ketinggalan."

"Buruan deh!"

"Iya-iya." Adlan pun mendekat. "Ini nih yang ketinggalan." Dengan cepat cowok itu menarik kedua pipi sang adik lalu kabur meninggalkannya yang sudah ngomel-ngomel.

"Mamaaa.... Bang Adlan jahat Maaa," adu Lina hampir menangis karena kesal.

Sementara itu Adlan ketawa-ketiwi menertawai betapa lucunya raut wajah Lina yang sudah sangat sebal karenanya.

"Adlan..." pekik Yumna melerai. Ibu kedua anak kembar tersebut tengah berkutat menyiapkan makanan di meja makan. "Nggak usah jahil. Buruan ganti baju terus sarapan."

Adlan menggaruk kepalanya yang tak gatal. Cowok tampan itu nyengir kuda, "hehe iya Ma."

Suasana hatinya tengah baik. Malah terlewat baik. Hatinya tengah berbunga-bunga karena hal yang selama ini terus mengusiknya tak lagi jadi masalah.

Sudah tahu kan mengapa? Tentu saja karena pujaan hatinya telah mengonfirmasi perasaannya pada Adlan. Nisa, cewek manis bertahi lalat imut itu menerima Adlan menjadi pacarnya. Cewek itu bahkan tak keberatan meski harus LDR-an sekalipun. Karena sebenarnya, Nisa sudah cukup lama menyukai Adlan. Meski sewaktu SMP tak bertemu pun, Nisa tak bisa melupakannya sejak hari pertama ia menyukai pahlawan kecil yang menolongnya sewaktu masih SD. Jadi, jarak bukanlah hal yang bisa menghalangi rasa cintanya terhadap Adlan.

#Flashback.On

Saat itu hari di mana Ujian Nasional terkahir di laksanakan telah usai. Nisa pun tak langsung pulang, ia pergi ke taman belakang sekolah bersama Adlan.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang