Chapter 39

33 5 0
                                    

Musim hujan yang terasa baru saja tiba beberapa bulan lalu, tahun ini berganti terlalu cepat. Matahari, perlahan kembali menguasai langitnya.

"Dhyas, aku kan udah bilang kalau beli es krim tuh jangan cuma satu," omel Lina kepada Dhyas.

Dhyas yang tak terima diomeli Lina pun menjitak kepala gadis itu, "kamu tuh masih pilek. Masih aja ngeyel. Mau aku aduin Adlan, hah?"

"Tau ah, pelit. Tukang ngadu." Lina membuang muka tak mau tahu. Ia segera membuka bungkus es krimnya dan langsung mencomotnya sebelum bel masuk kembali berbunyi.

"Pacar gue gini banget sih. Masa disuruh milih gue atau es krim dia milih es krim?" Dhyas mendumel sendiri, bermaksud menyindir Lina, "kan nggak lucu saingan sama makanan?"

"Bodo." Lina berbalik sebentar, lalu sepenuhnya membelakangi Dhyas.

"Ck. Untung sayang," lanjut Dhyas pasrah.

Dibalik tirai rambutnya, Lina diam-diam menahan senyum mendengarnya.

"Udah sini ngadep sini!" bujuk Dhyas.

"Nggak mau."

"Bandel banget sih jadi cewek?"

"Biarin."

"Ini tuh demi kebaikan kamu. Pilek mulu kan akhir-akhir ini?"

"Kan gara-gara musim hujan kemaren. Bukan karna es krim kok." Lina menyangkal, "survei juga udah membuktikan ka-"

"Tetep aja," potong Dhyas tegas. Sudah hapal betul jawaban apa yang akan Lina berikan kalau dilarang makan es krim terlalu banyak. "Makan yang dingin-dingin pas cuaca dingin tuh nggak bagus."

Lina langsung bungkam. Tak tahan dicueki, Dhyas pun menarik kedua pundak Lina agar menghadapnya.

"Liat sini nggak?"

"Ihh Dhyas, awas es krimnya... ja toh."

Lagi-lagi Lina merapatkan bibir. Melihat tatapan intens Dhyas yang tiba-tiba, membuatnya spontan terdiam.

Dhyas lagi serius?

"Kalau ngomong itu liat ke lawan bicaranya," kata Dhyas sungguh-sungguh.

Lina masih tak berkutik. Sepertinya ia sudah menciut mendapat tatapan tajam dari Dhyas. Melihat hal tersebut, Dhyas pun mengehela berat.

"Tuh kan, udah ingusan, makannya belepotan lagi." Dhyas menurunkan nada bicara jadi selembut mungkin, ia tak mau Lina mengira bahwa ia lagi marah atau bagaimana-bagaimana padanya.

"Iya sorry." Lina akhirnya mengaku salah.

"Tisyu mana?"

Lina pun menyodorkan sebungkus tisyu kecil pada Dhyas, lalu anteng-anteng saja memandangi Dhyas yang sedang membersihkan sisa es krim pada sudut bibirnya.

Si*l, gue cium juga lama-lama nih bibir.

Melihat Dhyas sejenak terdiam memerhatikan area bibirnya, Lina merasa canggung sendiri, malu kalau sampai tiba-tiba cowok itu berpikir hal yang aneh-aneh.

Emang Dhyas mikir apa? Positive Thinking Lin. Geer banget sih.

"Eung... Dhyas, udah bersih?" tanya Lina berusaha membuyarkan lamunan cowok itu.

Bukannya sadar, Dhyas malah bergumam pelan, "kalau gue cium gimana rasanya ya?"

"Ha? Apaan?"

Astajim. Hampir aja gue hilaf. Bego.

"Apaan? Bukan apa-apa kok." Dhyas berlagak linglung, membuat keduanya jadi kikuk seketika.

"Tadi kamu bilang ci-"

Twin'kle LoveWhere stories live. Discover now