Chapter 23

76 12 63
                                    

Di sela-sela heningnya malam, terdapat dua remaja yang masih berseragam sekolah sedang berdiam diri di taman tengah menatap kosong ke ujung jalan. Kini semuanya sudah terasa jelas bagi kedua remaja lelaki dan perempuan itu. Tak ada lagi rasa penasaran atau pun perasaan ganjal di antara keduanya.

Krik krik
Swuusshhhh

Seketika sunyi, suara jangkrik dan suara hembusan angin yang menerbangkan helai rambut sang remaja membangunkan lamunan salah satu remaja tersebut. Tidak. Ralat. Ternyata Dhyas, sang remaja lelaki itu sudah tersadar sejak tadi. Hanya saja dia bungkam. Tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.

"Ngapain lo liat-liat?" tegur Lina acuh saat mendapati mata Dhyas tengah menatapnya.

Yang menatap pun merasa kikuk. Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal kemudian beralih mengalihkan pandangan.

"Ehem hem." Dhyas berdehem menyiapkan jawaban. "Gu-gue mau minta maaf," katanya kemudian.

"Minta maaf buat apa?" suara Lina tiba-tiba melemah. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi taman lalu menatap rembulan sendu.

"Buat yang tadi."

"Soal lo nguping pembicaraan gue sama Bang Nando?"

Dhyas mengangguk semabari kembali menoleh pada lawan bicaranya yang sama sekali tak melihat ke arahnya. "Sorry karena gue terlalu ikut campur sama masalah keluarga lo."

Seketika itu Lina terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana berekspresi setelah mengetahui semua kebenarannya dari saudara kembarnya.

Selama ini ia sudah salah paham. Adlan sama sekali tak bermaksud meninggalkannya dan Yumna. Ia bahkan tak tahu kalau kakaknya itu menyimpan banyak rahasia yang juga Ferdinan pikul selama ini. Ia juga terluka.

Lina pikir Adlan meninggalkannya karena tak mau hidup susah dengan Yumna. Ia lebih memilih Papa yang sudah Lina anggap jahat dibanding Ibu dan adiknya sendiri.

Namun ternyata tidak. Dia salah besar. Hatinya seolah sudah tertutup besi baja. Seakan saat ia mengingat masa kecilnya yang suram membuatnya muak untuk kembali mengangkat pembahasan yang selalu coba Adlan jelaskan selama ini.

Ia menolak untuk mengerti. Hatinya terlalu sakit bahkan hanya untuk melihat saudara kembarnya sendiri.

Tetapi Lina baru tahu sekarang, bahwa Adlan pasti lebih menderita melebihi dirinya.

Bagaimana mungkin lelaki yang terkenal lembut itu menahan semua sesaknya sendirian di dalam rumah asing itu? Lina tak bisa membayangkan. Sama sekali tidak bisa.

Ternyata Adlan mengetahui semua kejahatan Mama tirinya sedari ia masih kecil. Dan ia memendamnya pula sendirian. Ia sengaja memilih ikut Ferdinan karena ia ingin melindungi keluarganya.

Sungguh, Lina sangat terkejut ketika mendengar hal itu. Ia menyesal sudah membuang semua dugaan positif dalam dirinya untuk semua ungkapan yang bahkan Adlan sendiri belum mendapatkan kesempatan untuk sebuah waktu penjelasan.

Tak pernah sekali pun terlintas dalam pikirannya, bahwa arti perhatian Adlan selama ini bukanlah semata-mata hanya karena ia telah menyesal pernah memilih hal yang salah. Namun ia ingin memberitahukan semua kebenaran yang selama ini tersembunyi.

Adlan mencari waktu yang tepat. Dengan berbekal kesabaran, ia sudah menyiapkan semua kejujuran untuk memperbaiki hubungan buruknya dengan keluarganya.

Dan Yumna, juga sudah mengetahui semua kebenaran ini. Namun dengan angkuhnya Lina malah menyalahkan saudara kembarnya yang ternyata telah berkorban banyak untuk keluarganya sendiri.

Twin'kle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang