Chapter 16

66 13 21
                                    

Hari menjelang malam, tapi Lina dan Dhyas masih belum juga sampai di rumah sejak tadi pulang sekolah.

Ini kenapa jadinya gue disini sih?

Lina duduk sendiri menyaksikan banyak orang berlalu lalang sembari menunggu Dhyas selesai dari toilet. Dengan meninting dua buah tas belanjaan berisi sepatu dan barang lainnya, dia mendesah berat.

"Ya Tuhan, kenapa mendadak gue jadi bego gini sih?" Lina menggerutu, "Harusnya kan gue ke Mall bareng Nisa. Kenapa malah sama Dhyas?"

"Huft..." Lina menghela berat. Lagi. Lalu bermonolog merutuki keputusannya sendiri. "Salah dia juga sih, kenapa mesti masang muka melas? Biasanya juga kek angry bird. Sungguh sebuah keajaiban bisa ngeliat tu anak anteng. Lagi puasa ngejahilin orang kali dia ya?"

Ya. Saat ini Lina dan Dhyas ada di sebuah Mall, menghabiskan waktu bersama membeli kebutuhan sekolah yang mereka perlukan.

Rencana Lina, dia akan pergi dengan Nisa lain waktu. Namun karena Dhyas bermaksud mengantar pulang Lina lantaran dia yang menjemputnya, Lina pun bersedia.

Awalnya menolak, tapi karena hari ini Dhyas sedang 'tak normal' dan meminta dengan wajah kalem tak memaksa, Lina malah menawarkan sendiri untuk pulang bersamanya asalkan dia mau mengantar Lina mampir ke Mall dulu. Tentu saja Dhyas kegirangan. Tapi Lina menyesali keputusan bodohnya itu. Kenapa tiba-tiba dia menjinak? Aneh kan?

"Woy, ngelamunin apa sih?"

Dhyas datang lalu mengagetkan Lina yang tengah bengong sendiri.

"Sekarang toilet pindah ke Amerika ya?" cecar Lina begitu tahu Dhyas sudah ada di hadapannya.

"Ya sorry, gue kan masih beli ini." Dengan senyum sumringah, dia menyodorkan sebuah waffle ice cream dengan anek rasa cone di dalamnya sebagai kejutan untuk Lina.

Lina menatap es krim itu sebentar, lalu ke Dhyas. "Buat gue?" tanyanya ragu-ragu.

Dhyas mengangguk. "Karena gue bukan maniak ice cream kayak lo, tentu aja ini buat lo."

Lina masih malu-malu untuk menerimanya. Berlagak sok cool dan berniat menolak pemberian Dhyas.

"Nih buruan ambil! kebanyakan mikir lo." Tanpa basa-basi Dhyas meletakkan sendiri es krim itu ke tangan Lina.

"Ya-yaudah thank's. Gue terima sebagai perminta maafan lo," timpal Lina kemudian, masih bersikap acuh dan bergengsi.

Cihh... kalo mau, bilang aja kali nggak usah malu-malu. Makin imut kan lo.

Dhyas tersenyum dalam hati. Lalu tak bersuara lagi, memilih menyimpan semua komentarnya di dalam hati. Padahal sebenarnya, dia sudah tak tahan ingin menggoda Lina.

Mereka pun berjalan menuju pintu keluar, berganti Dhyas yang membawa barang belanjaan milik Lina.

"Btw, lo koq tumben sih baik sama gue?" Tanpa berhenti memakan es krimnya, Lina bertanya.

"Emang gue baik kali," jawab Dhyas menimpali.

"Bukan itu. Maksutnya, tumben aja lo anteng gitu."

Ingin mengeluarkan semua unek-uneknya, Lina memutuskan untuk memastikan sendiri keanehan Dhyas hari ini. Karena dia tahu, Dhyas bukan tipe orang yang bisa merubah sifatnya dalam kurun waktu sehari.

Semalam saja dia berhasil menurunkan harga diri Lina sampai ke plosok terbawah gara-gara es krim. Dan sekarang dia malah diem-diem aja. Gimana Lina nggak heran coba?

"Maksud lo, gue anteng ga ngeledekin lo gitu?" Dhyas bertanya memastikan arti pernyataan Lina.

"Yapss. Tepat. Ternyata lo nyadar sering ngeledekin gue. Lo kan bukan Dhyas yang dulu. Lo yang sekarang jahilnya minta ampun," sindir Lina sarkastis.

Twin'kle LoveKde žijí příběhy. Začni objevovat