Chapter 10

77 17 13
                                    

"Ehem.... Tolong jangan ribut anak-anak! Waktunya masuk," teriak bu Retno di tengah-tengah keributan para muridnya yang masih sibuk sendiri dengan aktivitasnya meski telah mendengar bel berbunyi.

Sontak mereka pun fokus kedepan.  "Se-"

"Selamat pagi Bu, maaf saya sedikit terlambat."

Belum sampai Bu Retno membuka kelas, salah satu siswi perempuannya  memotong terlebih dahulu pembicaraannya lantaran terlambat masuk kedalam kelas.

Lalu masih tergesa-gesa siswi itu berusaha membenarkan rambut panjangnya yang sedikit berantakan akibat berlari. Terlihat jelas peluh yang masih menetes di keningnya karena terburu-buru datang ke sekolah.

Melihat gerak-gerik dan tingkah siswinya yang ngos-ngosan itu, Bu Retno pun menghela berat. "Ya sudah langsung duduk! Lain kali Ibu nggak akan menoleransi keterlambatan kamu lagi Lina," katanya memperingati.

"Baik Bu, terima kasih." Lina pun mengangguk senang sembari bernapas lega. Dia lalu sedikit membungkukkan badannya melewati meja Bu Retno lalu melenggang ke belakang menuju bangkunya di pojokan paling kanan.

"Gue pikir, lo nggak masuk sekolah," sahut Dhyas tiba-tiba.

Namun tak ada jawaban dari Lina yang baru saja duduk menempati kursinya. Meski mendengar cowok itu berbicara, Lina hanya diam tak menanggapi.

"Baik, selamat pagi anak-anak," sapa Bu Retno kemudian.

"Pagi Bu." Serempak murid kelas XII IPA 1 menjawab bersamaan.

"Ibu nggak akan buang-buang waktu lagi, segera kumpulkan tugas kalian didepan kelas sekarang juga."

Mendengar hal itu, Dhyas lantas menatap Lina. Ingin bertanya 'Apakah tugasnya sudah?' namun tak bisa ia lontarkan pertanyaan itu sebab Lina sama sekali tak mau menoleh ke arahnya.

Lina hanya mengeluarkan buku tugasnya lalu menyulurkannya ke depan melalui teman yang duduk di depannya. Itu tandanya dia sudah selesai dengan tugasnya. Dhyas pun mengerti, lalu melakukan hal yang sama seperti yang Lina lakukan.

"Gabungin buku gue sama Lina," katanya pada teman di depannya. Karena ia tahu, itu adalah tugas kelompok satu bangku.

Meski kemarin mereka tak sempat menyelesaikan tugasnya bersama lantaran Lina pulang karena marah. Tapi Dhyas bersyukur Lina masih mau melanjutkan tugasnya di rumah. Cowok itu pun tersenyum lega.

Karena kemarin setelah mengetahui kebenarannya, Lina marah besar pada Dhyas dan kembarannya. Mereka seolah bersekongkol untuk mempermainkan Lina dan membohonginya. Padahal sama sekali tidak. Bukan itu maksud mereka. Dhyas mengetahui masalah keluarganya pun bukan karena Adlan yang memberitahunya. Semua terjadi begitu saja.

Malah Dhyas berkata seperti itu lantaran tak ingin berlama-lama berpura-pura tak mengetahui apa-apa tentang mereka. Tentang dua orang yang sudah Dhyas anggap penting dalam hidupnya.

"Ibu akan cek tugas kalian. Selama itu, kalian pelajari dulu Bab selanjutnya di buku paket kalian sebelum Ibu menjelaskan," ucap Bu Retno setelah melihat tumpukan buku yang sudah terkumpul di atas mejanya.

Perintah Bu Retno itu kemudian membuyarkan lamunan Dhyas. Cowok itu berhenti menatap Lina yang membelakangi dirinya dalam keadaan menyandarkan kepalanya di atas meja.

Sedari tadi dia berpikir bagaimana cara untuk meminta maaf pada gadis itu dan menjelaskan semua padanya. Memulai pembicaraan dengannya saja sudah sangat sulit, apalagi menjelaskan apa yang di permasalahkan dengan panjang lebar? Lina jelas akan menghindar darinya.

Serius. Semalaman Dhyas tak bisa tidur pulas karena memikirkan hal ini.

"Adhyasta Prasaja. Adlina Lucia Fernanda. Kajian materi kalian sama, tapi kenapa jawaban dan tanggapan kalian berbeda? Kalian tidak bekerja sama? Kenapa tugas kalian tidak beraturan seperti ini?" bentak Bu Retno tiba-tiba. Membangunkan Lina yang sejak tadi tak memperdulikan pelajaran.

Twin'kle LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora