Chapter 12

67 13 19
                                    

Gusar. Itulah yang tengah dirasakan oleh gadis berambut panjang yang tengah menyembunyikan diri di atas brankar bertutup selimut tipis berwarna biru muda milik fasilitas UKS di sekolah Puri Anta Bangsa.

Dia tak kembali ke kelas lantaran belum jam istirahat. Tentu saja dia akan di usir dari sana karena lari dari tugasnya. Dia pun tak pergi ke rooftop karena tahu Dhyas akan mencari dan menemukannya disana.

Dia pun akhirnya pergi ke UKS dengan membual bahwa dirinya tengah tak enak badan. Tapi tak sepenuhnya bohong, memang saat ini otaknya di penuhi dengan banyak pikiran yang membuatnya pusing. Apalagi, di rasa dadanya sedang sesak. Degup jantungnya tak berhenti berpacu cepat setelah selesai berdebat dengan Dhyas di perpustakaan tadi.

"Ya Tuhan... Gue mesti gimana kalau ketemu sama tu cowok tengil? Pasti canggung banget... Harus gue maafin nggak ya? Tapi dia nggak sepenuhnya salah sih." Lina berpikir sembari menggigiti kukunya merasa dilema.

"Lagian, ngapain si pake meluk-meluk segala? Pake bilang kangen lagi. Bikin gue gugup aja," keluhnya merasa kesal sendiri.

"Hah..." Seketika Lina terbangun dan membuka selimutnya. Dia menendang-nendang asal kakinya di atas matras karena sebal.

"Capek gue mikirin itu muluk. Aargghhh," pekiknya frustasi. Rambutnya sudah terlihat berantakan lantaran ia acak-acak tak jelas.

"Berisik banget sih cewek songong?" Tiba-tiba datang seorang pemuda yang membuka gorden pembatas di seberang tempat tidur Lina.

Kedua alis Lina pun terangkat heran. "Ngapain lo disitu? Udah kayak jelangkung aja lo dateng nggak di undang," cercanya ketus.

Sementara yang di pandang juga membalas tatapan sinis Lina.

"Apa liat-liat? Lo masih suka sama gue?" sembur Lina lagi.

Pemuda bertampang sangar itu pun semakin memandang Lina dengan tatapan benci. "Suka? Nggak usah sok PD deh lo. Cuman karena lo nolak gue di depan mereka, lo udah bangga?"

Siapa juga yang bangga sama hal begituan? Lina memutar bola matanya jengah.

"Yaudah bagus kalo lo udah nggak suka sama gue. Jadi lo dan antek-antek lo itu nggak perlu ganggu hidup gue lagi."

Setelah membalas ucapan pemuda itu, Lina turun dari ranjang lalu pergi meninggalkan UKS bersama tatapan tajam dari mata elang pemuda itu.

Sialan. Liat aja, lo bakal nyesel udah nolak seorang Kerald. Cih...

Pemuda bernama Kerald itu mengepalkan tangannya geram. Dengan sikap Lina yang selalu mengacuhkannya sejak dulu, membuat dirinya semakin membenci gadis itu.

Keraldo Pratama, seorang pemuda tampan yang selalu merasa bangga dengan status sosialnya sebagai anak pemilik yayasan sekolah. Pemuda yang menyukai Lina sejak pertama kali ia duduk di bangku kelas X.

Semua lelaki yang menyukai Lina selalu coba ia singkirkan jauh-jauh dari hadapan Lina. Dan hal itu selalu berhasil. Karena tak ada yang berani melawannya lantaran dia anak pemilik sekolah ini.

Kerald selalu merasa berkuasa, merasa bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Bahkan terkadang untuk mendapatkan hal yang di inginkannya, dia sampai bertingkah semena-mena kepada teman-temannya.

Namun ada satu hal yang tak bisa di dapatkannya selama ini. Yaitu mendapatkan hati Lina. Sangat sulit untuk hanya sekedar mendapatkan perhatiannya saja.

Dia bahkan sudah mencoba bersikap lembut dan merubah kepribadiannya demi seorang Lina. Tapi tetap saja, Lina tak pernah menaruh sedikit pun rasa kepada pemuda itu.

Kini sepertinya dia menyerah, dia lebih memilih membenci mantan gadis pujaannya itu. Apalagi setelah kejadian di lapangan sekolah beberapa minggu yang lalu.

Twin'kle LoveWhere stories live. Discover now