19

1.2K 139 36
                                    














Renjun sudah melewati masa koma'nya, hari ini tepatnya setelah seminggu sejak kejadian itu Renjun siuman. Semua keluarga Renjun bernapas lega mengetahui Renjun sudah sadar. Namun, ada satu hal yg mengganjal di hatinya. Hingga detik ini dirinya tidak melihat sosok Amerta, apa gadis itu tidak mau melihatnya setelah sadar. Bahkan yg menyambutnya tadi Heejin dan ibunya.

"Sayang, kenapa melamun? Kamu mikirin apa?"

Renjun menoleh menatap manik mata Xiao, maminya, ia menghela napas berat. Apakah ia harus bertanya hal ini ke maminya.

"Mi, keadaan Amerta gimana? Dia baik-baik saja kan mi."

Xiao tersenyum dan mengelus kepala Renjun sayang, "Dia baik-baik saja sayang. Selama kamu koma dia selalu kesini setiap hari, bahkan jagain kamu saat mami ataupun Chenle gk bisa kesini."

"Tapi kenapa sekarang dia tidak kesini mi?"

Xiao menghela napasnya berat, mengelus surai putranya dan tersenyum hangat ke arahnya.

"Kata Chenle, Amerta balik lagi ke Kanada. Urusannya disini sudah selesai, dia hanya titip pesan buat kamu kalau udah siuman. Dia minta maaf atas kejadian itu."

Renjun memejamkan matanya mencoba memahami perkataan maminya tadi, jadi Amerta sudah kembali ke Kanada. Apa dia tidak akan kembali kesini lagi? Berbagai macam pertanyaan terus muncul di kepalanya.

"Kamu fokus dulu sama penyembuhan luka kamu ya, jangan mikirin hal lain dulu. Mami gk mau kalau kamu tambah sakit lagi, ya?"

Renjun mengangguk, "iya mi." Pandangan matanya beralih menatap pemandangan di luar.

Bagaimana bisa ia tak memikirkan Amerta, ia terlalu takut jika gadis itu akan kenapa-napa. Karena seorang Wang Yiren bisa melakukan tindakan apapun dan dimanapun. Ia berdoa dalam hati semoga gadisnya tidak apa-apa, semoga Soobin menjaganya dengan benar disana.

Setelah dua hari tersadar dari koma'nya, Renjun akhirnya sudah di perbolehkan pulang. Tentunya ia tidak boleh banyak bergerak, luka bekas jahitan belum sembuh total. Dan yg dilakukan Renjun hanyalah tiduran di kasur atau gk ya di sofa ruang keluarga. Bosan? Jelas Renjun rasakan, tapi mau bagaimana lagi ia tak boleh bekerja dalam waktu sebulan ini.

Ting! Tong!

"Ck! Siapa sih yg siang bolong gini bertamu." Renjun menekan tombol yg langsung tersalur di ponsel masing-masing maidnya. "Tolong bukakan pintu, suruh orang itu ke kamar saya."

Sambil menunggu Renjun memilih melihat TV, selang beberapa menit suara decitan pintu terdengar. Renjun enggan untuk melihat siapa yg masuk, paling yg akan mengganggunya itu sahabatnya sendiri.

"Hey! Huang Renjun, kenapa tak mengangkat telpon ku!!"

Renjun langsung menatap horor seseorang yg barusan mengegertaknya itu, kenapa bisa orang ini berada di sini.

"Cici, k-kok...."

"Apa hah!! Mentang-mentang sekarang jadi CEO ya kamu lupa sama Cici. Jahat!"

Renjun meringis kecil ketika wanita dewasa itu memarahinya, tadi memang ia terlalu malas untuk mengangkat telepon. Tapi ia tak menyangka jika kakak sepupunya ini akan ke Indonesia.

"Cici sudah berada di Jakarta selama kamu koma, Cici kaget waktu dapet kabar kamu masuk rumah sakit dan koma. Makanya Cici langsung terbang ke sini."

"Iya-iya ci, maafin Renjun."

Wanita itu menghela napasnya lalu duduk disamping Renjun.

"Cici udah ketemu sama dia."

Renjun menoleh, "siapa?"

Destiny :: Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang