30

730 92 13
                                    


Happy Reading♡




"Kamu enggak harus kesini sayang, kalau kamu kecapekan gimana??"

Amerta menggeleng dan menggenggam tangan Soobin erat.

"Bagaimana bisa aku tetap berdiam diri di rumah, setelah mendengar kabar kalau kamu jatuh dari tangga rumahmu, hmm? Aku khawatir sayang, bahkan kamu yg menyuruhku untuk jaga kesehatan dan berhati-hati. Tapi apa sekarang. Hiks..."

Soobin menghela napasnya, rasanya sakit melihat gadisnya menangis karena dirinya. Tangannya terulur dan mengelus kepala Amerta sayang.

"Jangan menangis," ucapnya lirih. Bahkan saat Amerta mendongak dan menatap matanya sambil menangis itu Soobin merasa gagal sebagai kekasih Amerta.

"Bagaimana aku tak menangis, aku mengkhawatirkanmu Choi Soobin. Hiks..."

"Sebentar lagi hari bahagia kita, kamu jangan menangis ya. Aku gapapa kok, aku hanya kecapekan saja."

"Jangan kamu ulangi, satu bulan lagi hari pernikahan kita. Aku tahu kamu mempersiapkannya sebaik mungkin, tapi jangan sampai kelelahan seperti ini, lihatlah.. sekarang kamu yg harus terbaring di rumah sakit. Ugh! Aku benci ini," ungkap Amerta.

Soobin terkekeh kecil, melihat wajah kesal Amerta membuatnya sedikit terhibur.

"Kenapa tertawa, tidak ada yg lucu disini!?" Seru Amerta.

"Kamu yang lucu," jawab Soobin.

"Huh? Aku?"

Soobin mengangguk, tangannya lantas mencubit pipi Amerta gemas membuat si empu mengaduh kesakitan. Merasa puas Soobin menyudahi acara mencubitnya dan tersenyum memandangi Amerta.

"Terimakasih ya sudah memilihku," ucapnya kemudian.

Amerta menatap Soobin bingung, entah mengapa ia merasa ada yg janggal dengan kekasihnya ini.

"Kamu ngomong apa sih, aku tetap milih kamu lah. Kamu itu sangat penting buat aku, Soobin." Amerta menggenggam tangan Soobin dan mengelusnya perlahan.

"Aku berharap yg terbaik buat pernikahan kita nanti, semoga tidak ada hal yg terjadi sampai hari itu tiba. Aku sayang kamu, Amerta Lee," kata Soobin tulus. Matanya bahkan memancarkan binar ketulusan disana.

Amerta tersenyum dan mengangguk, "iya, aku juga sayang sama kamu, Choi Soobin."

Setelah seharian menemani Soobin di rumah sakit Amerta memilih untuk pulang, rumah nenek dan kakeknya adalah tempat yg terbaik untuk sekarang. Terlalu malas jika harus ke apartemennya.

"Grandma, dimana?"

"Di dapur sayang."

Setelah mendengar suara neneknya ia lalu bergegas ke dapur, lihatlah, neneknya yg sudah berumur tujuh puluh tahun itu sedang memasak sesuatu.

"Dimana grandpa?"

"Di belakang, sedang berkebun. Cucu Grandma tumben datang ke rumah. Ada apa?"

Amerta memeluk neneknya sayang, "tidak apa-apa, hanya merasa rindu dengan kalian. Bibi Falen masih sering kesini kan?"

"Masih kok, kamu lapar tidak? Grandma sedang memasak sup ikan nila, sana duduk dulu."

Destiny :: Huang RenjunWhere stories live. Discover now