8

1.6K 161 24
                                    

Happy Reading♡




Deting jam terdengar nyaring di pendengaran Amerta, sudah hampir lima belas menit ia duduk di cafe ini. Helaan napas terdengar beberapa kali darinya, harus berapa lama lagi ia menunggu disini.

"Yeji, jika sepuluh menit lagi mereka tidak datang batalkan saja kerjasama ini," ucapnya kesal.

Yeji hanya dapat mengangguk, ia tidak bisa melawan atasannya.

"Maaf saya terlambat."

Amerta dan Yeji kompak mendongak, melihat orang yg berucap tadi yg sekarang sudah menarik kursi dihadapan mereka.

"Baiklah kita mulai saja, jadi Amerta saya ingin menawarkan kerjasama dengan kamu. Saya tahu memang agak gk masuk akal sih buat saya yg notabenenya bergerak di bidang furniture, ini hal yg baru buat saya. Jadi saya mohon bimbingannya juga ya." Renjun lantas tersenyum di akhir kalimatnya.

Amerta hanya dapat tersenyum tipis, "soal itu tenang saja, nanti sekretaris saya," sambil menunjuk Yeji, "akan mengarahkan Anda, dan mohon maaf juga jika saya jarang bertemu Anda nantinya, bukannya bermaksud sombong hanya saja urusan saya juga cuk...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amerta hanya dapat tersenyum tipis, "soal itu tenang saja, nanti sekretaris saya," sambil menunjuk Yeji, "akan mengarahkan Anda, dan mohon maaf juga jika saya jarang bertemu Anda nantinya, bukannya bermaksud sombong hanya saja urusan saya juga cukup banyak dan terjadwal semua."

"Saya memaklumi, baiklah kalau begitu saya akan menjelaskan proyek yg akan saya tawarkan kepada Anda." Renjun lantas membuka map merah yg sedari tadi ada dihadapannya.

Amerta dan Renjun sama-sama berdiri dan saling berjabat tangan, meeting hari ini selesai dan Amerta menerima semua saran dan pendapat Renjun. Dan, mereka sepakat melakukan meeting kedua setelah Amerta pulang dari Korea.

"Amerta, Yeji, hati-hati ya." Ucap Renjun begitu Amerta dan Yeji ingin berbalik pulang.

"Anda juga tuan Huang, mari." Amerta tersenyum terlebih dahulu sebelum akhirnya pergi dari resto itu.

Di dalam mobil Amerta memilih diam dan memandang ke luar jendela, ia masih memikirkan ucapan Renjun tadi.

"Nona?"

Amerta tersentak kaget dan menoleh cepat ke Yeji, "ada apa?"

"Ah, tidak apa nona, saya kira Anda tertidur. Oh iya, penerus perusahaan Huang memang tampan-tampan semua ya, saya tadi sempat terpesona dengan tuan Renjun."

Amerta hanya terkekeh kecil melihat sekretarisnya yg antusias bercerita itu, dulu pun dia sama, "Mau saya dekatkan?"

Yeji langsung melotot dan menunjukkan gestur tidak dengan menggelengkan kepalanya, "saya tidak mau bersaing dengan model yg tengah melejit nona, rumornya tuan Renjun kan tengah dekat dengan model terkenal, saya lupa namanya."

"Benarkah?"

"Iya nona, tapi kalau dibandingkan dengan nona masih cantikan Anda. Hehe," ucap Yeji sambil nyengir.

Destiny :: Huang RenjunWhere stories live. Discover now