3

2.3K 217 27
                                    


22 Januari 2025,
Toronto, Kanada.

"Tuan mobil jemputan dari tuan Jeno sudah datang, mari tuan."

Renjun yg masih sibuk melihat orang lalu lalang itu menoleh dan mengangguk, ia lantas menyeret kopernya dan mengikuti langkah Yohan.

Dua puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di salah satu hotel yg bisa di bilang cukup terkenal di Toronto, namanya The Hazelton Hotel. Mungkin kalian bisa memelesetkan nama hotelnya menjadi hazelnut ya, kan hampir mirip. Oke gk penting.

"Thank you sir," ucap Yohan membungkuk kepada sopir itu dan langsung turun. Tapi sebelum itu ia membuka pintu belakang dan Renjun langsung keluar.

Begitu melakukan check in kepada resepsionis, mereka berdua pun berjalan ke kamar masing-masing. Kamar mereka bernomorkan 76 dan 78, bersebelahan. Berada di lantai tiga.

"Yohan, kalau kamu mau jalan-jalan silahkan. Kita masih punya waktu tiga jam kan, saya mau istirahat sebentar di kamar."

"Ah, baik tuan. Nanti saya akan ke kamar anda jika sudah waktunya pergi."

Renjun mengangguk, ia kemudian membuka knop pintu kamarnya dan masuk kedalam tak lupa juga untuk menutup pintu. Kamar yg cukup nyaman. Ia menaruh kopernya di samping meja dan membaringkan tubuhnya di kasur King size ini, ah nyaman sekali.

Nanti Sore dirinya akan melakukan kunjungan di cabang perusahaan milik Jeno, jadi ia memanfaatkan waktu yg ada ini untuk beristirahat sejenak. Niat awal emang mau tidur, tapi ia teringat satu hal. Kerjaannya belum selesai, mau tak mau ia beranjak dan mengambil laptopnya di tas.

"Tau gini, gue gk bakalan jadi CEO. Capek banget anjir." Keluhnya, jemarinya lalu bergerak cepat mengetik beberapa ide yg ada di dalam kepalanya, sehabis pulang dari Kanada dia ada rapat dengan klien. Dan, klien itu sangat penting dalam perusahaannya, Mark Lee.

"Gue berharap bang Mark balik kayak dulu, dia selalu bersikap dingin ke gue. Huft, gue tau emang dosa gue banyak banget sama Sora." Renjun menghela napasnya.

Tak mau berlarut lama dalam kesedihannya dia kembali menggerakkan jari-jarinya, menyelesaikan pekerjaannya. Dulu saat pertama kali menjadi CEO ia mendapat training langsung dari papinya selama sebulan, dan setelah itu langsung dilepas. Tentunya, papinya itu mengajarinya dengan keras karena ia tahu papinya sangat mengharapkannya dengan hal ini. Saat mencari kandidat sekretaris ia tidak memilih sekretaris perempuan, padahal banyak sekali yg melamar. Ia memilih Yohan, yg saat ini calon pelamar sekretaris yg lelaki sendiri. Namun, papinya tetap memilihkan satu sekretaris lagi untuknya, yaitu Lia. Tak masalah untuk dirinya, Lia tipe anak yg pekerja keras dan profesional sekali dalam bekerja. Dulu memang Renjun sempat berpikir jika memiliki sekretaris wanita, ia takut jika terjebak dengan masalah percintaan dengan sekretarisnya, makanya ia memilih Yohan. Tapi Lia berbeda, ia wanita yg baik dan tidak banyak tingkah, contohnya seperti menggoda dirinya.

Tok! Tok!

Renjun menghentikan pekerjaannya dan beranjak untuk membukakan pintu, ia yakin itu Yohan. Saat sekilas melihat jam tadi sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu Kanada.

Ceklek!

"Tuan, apa Anda sedang sibuk?"

"Ah tidak kok, masuk han." Renjun mempersilahkan Yohan untuk masuk lalu kemudian menutup kembali pintunya.

"Sebentar ya saya mau mandi sebentar."

Yohan hanya mengangguk.

"Kamu sudah membuat jadwal selama saya disini nanti?" Tanya Renjun saat dirinya membuka kopernya.

Destiny :: Huang RenjunWhere stories live. Discover now