Parfum 32

151 12 0
                                    

Pintu kaca terhempas kencang. Menerobos Kania dengan ransel di bahu dan helm sepeda menemple di batok keplanya. Napasnya terengah-engah dan mukanya tegang seperti baru berkejaran dengan setan.

"Bonjour, Kania." Arnaud menyapa khas, yang jika saja pengucapan itu dituliskan, niscaya yang tertulis "jeautie".

"Sorry, i'm late," sahut Kania terburu-buru, nyaris tidak mengindahkan kehadiran gurunya di kelas. Yang pertama diburunya adalah organ parfum

"It's oke." Arnaud mengamati muridnya. "Are you okey?"

"I want... make... something," Kania berkata terbata-bata. Tangannya sibuk mengambilkan botol-botol dari rak.

"May i know what? And whay?"Arnaud membelalakkan mata melihat kekacauan yang terjadi di depannya.

"Wait. " Hanya itu yang Kania bisa katakan. Napasnya masih satu-satu, tetapi fokusnya tunggal dna kostan. Ia mempelajari botol-botol yang ia pilih. Ada yang kurang. Kania berbalik ke gurunya. "Do you have...." kania memegang ujung rambutnya. "Hair?"

"You mean, the smell of hair?"

Kania mengangguk.

Arnaud berdiri "Let's see."

"Caraway seed." Mereka berdua bicara hampir berbarengan.

"Not perfeck. But , okey." Kania berkomentar sambil mengambil satu botol dari rak.

"Can you tell me what's going on here, Kania."

"Wait."

Arnaud menghela napas, lalu kembali duduk. "Let me know when you're ready." Sudah hampir genap tiga minggu kebersamaan mereka. Sedikit banyak ia bisa memaklumi jika kejadian aneh macam itu terjadi.

"Arnaud..."

"Hmm?" Arnaud menggeser kacamata bacanya dan menjauhkan buku sedari tadi ia baca sambil menunggu Kania melakukan entah apa.

"Smell."

Arnaud berdiri dan menghampiri botol sampel yang menampung hasil racik Kania. Ia mengambil satu strip kertas, mencelupkan ke dalam botol, mengibaskannya beberapa kali sebelum mendekatkan ujung kertas itu ke hidungnya.

"Not perfek. But , close," Kania berkata pelan sambil menatap cemas Arnaud yang belum berkomentar sepatah katap pun.

"Putain de merde." Arnaud berguma.

"What?"

"You crazy son of a bitch."

"You....like?"

Arnaud memajamkan mata, mengendus ujung kertas itu sekali lagi. "Who's the luck boy?"

Kania menelan ludah "You know?"

"I don't know her. I just know you're making this for someone." Arnaud tersenyum melihat Kania yang terkejut. "I observe my students, Kania and we're in a private class for three week. What do you expect?" Arnaud mendekatkan lagi kertas itu ke hidungnya, lalu menghela naps panjang. "Ah. You made this one whit passion, whit impluse. Beautiful."

Sebagian besar yang diucapkan Arnaud dapat Kania pahami, tetapi Kania belum mendapatkan jawaban yang ia cari."You like?" tanyanya sekali lagi.

"Warm, but not spicy. Rich, but far from heavy. Creamy. Sensual, yet feel innocent. Did you put lychee? I usually never liked lychee."

"Rose apple."

"Rose apple? I would expech that." Arnaud menegdus lagi. "But, this mixture, the light rose de mai, the faint cedar, the dense latte...it's like breathing fresh air from a sunggly bed...." mata Arnaud kembali meemjam. "Oh. The base. Briliant musky accord, Kania."

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now