Parfum 11

148 17 0
                                    

Hari ini adalah hari pertama festival berlangsung setalah UTS. Sebelum memulai membuka booth untuk jurusan kimia. Semua yang terlibat di dalam festival ini berkumpul dulu di ruang jurusan. Guna, memastika apa-apa yang sudah direncanankan semuanya sudah siap di hari pelaksanaannya, sekarang.

"Oh, Kania kamu sudah datang?." Sapa Zahra saat melihat Kania memasuki ruangan. Dengan mengunyah roti di tangannya.

"Pagi, semuanya." Sapa Kania. Menebar senyumannya dipagi ini.

"Kalian sudah sarapan? Aku bawa roti sobek nih." Zahra menyodorkan bungkus roti sobek yang sama. Seperti yang dia makan sekarang. "Apa paling ga bisa kompromi. Kalau memulai sesuatu dalam keadan perut lapar, kalian pasti berpikir sekarang aku seperti babi kan? Yang tidak seperti wanita yang lain. Sangat mementingakn tubuhnya yang ideal." Jelasnya kembali.

"Kakak cantik ko, jangan pusingkan kata orang lain." Kata Syabil.

"Kania, aku iri dengan tubuhmu yang langsung."

"Ah, terus terang. Apa yang kalian lihat aku yang sekarang langsing, mendapat komentar diriku sekarang kalau aku cantik. Dibelakangnya ada usaha. Aku mencoba menuruti permintaan orang lain, apa yang mereka sebut cantik. Yah harus langsing, aku berusah keras diet. Akhirnya aku turunkan berat badan sebanyak 20 kg. Namun jika kita terus mengejar permintaan orang lain mengenai apa itu cantik. Rasanya seperti berlari maraton yang jaraknya tak terhingga. Sekarang aku sadar, cukup menjadi cantik apa yang kamu mau. Jadikan dirimu apa yang kata hatimu mau, buka kata orang." Terang Kania.

"Yah, kau benar. Emangnya diet itu gampang. Aku sekarang sudah panas dengan komentar orang-orang yang sering bilang aku akan cantik kalau diet."

"Kak Zahra sekarang juga sudah cantik ko. Yang penting menjadi diri sendiri." Kania mencoba menyeangkan hati Zahra kembali.

Tak lama Geri, Yuda, Tirta, Tomi. Memasuki ruangan fakultas. Yuda mengahmpiri Zahra. Dan mengabil roti yang ada ditangannya.

"Wah, wah, wah. Zahra, ini aku sita untuk kebaikanmu."

"Ah, apaan sih, kembalikan rotiku." Zahra tidak terima pelakuan Yuda. Dengan memasang muka berangnya.

"Zahra, sudah aku bilang, jika niatmu kuat untuk diet. Pasti hidupmu akan berubah. Emang kamu tidak mau, laki-laki melirikmu. Dan memujimu cantik."

"Kak Tirta bicara apasih! Kalau mau diet juga, biarkan kak Zahra yang melakukanya karena keinginanya. Kenapa harus menyinggung perasaanya." Kata Syabil.

"Jujur yah, kau bisa secantik Syabil kalau diet. Bagaiman Syabil? Pendapatmu tentang diet?." Komentar Tirta.

"Aku tidak pernah menjalani diet. Keluargaku keturuanan badan yang susah untuk gendut." Jawab Syabil cuek.

"Aduh, anak perempuan yang dengar pasti kesal." Komentar Tomi. Diakhiri dengan tawanya.

"Tapi, berusaha untuk menjadi cantik bukanlah itu hal yang baik. Kan, bukan menggunakan pisau pada wajah atau menyedot lemak. Usaha alami untuk menjadi lebih cantik adalah PR perempuan sepanjang hidupnya." Jawab Syabil kembali.

Mendengar perkataan Syabil. Reva psasang muka sebal sekaligus muak. "Reva, jangan cemberut gitu. Kenapa kau? Kau langsing kok. Tapi, kau akan lebih cantik lagi kalau suntik pemutih. Setelah tau, ternyata benar perempuan itu batu permata, kalau merawat diri semuanya jadi cantik." Kata Tomi. Dengan nada mengcemoohkan

"Itu apa artinya ya?! Sekrang juga aku mau merawat diri ko!." Dengan suara mulai meninggi.

"Hey, berhenti membicarakan hal tidak penting!." Suara meninggi dari Rizka mengakhiri percakapan yang tak ada hentinya saling mengjatuhkan. "laki-laki sebaiknya bawa barang-barnagnya ke booth. Dan untuk yang menjadi penjaga meja booth. Cepat ganti baju dengan seragam." Peritnahnya.

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now