Parfum 29

101 11 0
                                    

Sinta dan Danil yang berada di jembatan taman kampus. Dengan segelas kopi di tangan mereka. Menikmati hari senja yang tak bolah mereka lewatkan bersama semenjak mereka resmi menjadi pacaran.

"Ka Danil, apa alasan kakak mau jadiin aku pacar kakak?." Tanya Sinta, menyesap kopi dari ujung cupnya.

"Gak ada," Jawab Danil datar.

"Ih, ko gak ada sih?" Kesal Sinta mendengar jawaban dari Danil.

"Yah terus, kamu mau kakak jawab apa? Karena kamu cantik, karena kamu baik, karena kamu pintar. Gak ada alasan yang pasti untuk kakak mau nerima kamu jadi pacar kakak. Karena kakak tau kamu itu adalah temannya Kania. Melihat Kania yang selembut itu, dan punya rasa maaf yang besar biarpun orang sudah berapa kali melukainya. Kakak yakin kamu adalah teman yang bisa membawa dia dalam kebaikan."

Sinta tertunduk mendengar pernyataan Danil. "Jadi kakak mau sama aku karena Kania."

"Saat awal iya," Danil menyekat perkataanya, meneguk, tegukan terakhirnya dari kopinya. "Tapi sekarang berbeda." Danil membuang cup bekas kopinya. Memandang dalam-dalam ke bola mata milik Sinta.

Sinta yang baru mendapat tatapan sedalam itu dari Danil. Hanya bisa tertegun, mengalihkan pandangnya kesembarang arah. Dengan terpaan angin sore yang hangat. Di bawah langit senja ini, yang sudah di ufuknya. Danil memegang dagu Sinta yang lancip. Perlahan napasnya terus mendekat, hingga jarak napas mereka tak terjarakan lagi. Mereka saling mengisi dan menyambut. Dengan saling menautkan rona merah jambu itu yang ada di bibir.

□□□

Kania yang baru keluar dari Pandora.melangkah dengan senang karena akan bertemu dengan Kemal. Setelah selama satu pekan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Kania yang sibuk di Pandora seusai kuliah selaku anak kepercayaan Ratna yang dingkat menjadi asistenya sudah diperbolahkan untuk merasakan berada di laboraturium utama Pandora, kerap membuat yang lain iri dan memandang Kania dengan tatapan dengkinya. Bisa langsung belajar dengan sang ahlinya, sejauh ini selama satu bulan setelah diangka menjadi asisten Ratna. Kania dapat melihat kinerja Ratna yang cekatan, rapih, terstuktur, dan sekalinya Kania salah. Ratna bisa rewel, dengan segala metode yang dimilikinya. Dia membetulkan dengan memberi penjelasakan, bahkan tak cape menjawab semua pertanyaan yang berulang-ulang dari Kania yang kerap tak mengerti.

Saat memasuki ruang daerah kekuasaan Ratna. Diruang kerjanya yang megah. Saat pertama memasukinya Kania dibuat takjub. Terhampar lantai marmer monokrom yang dikombinasikan dengan rak, partisi, meja dari kaca susu. Kursi-kursi bernoda berwarna putih dan aksen-aksen stainless di panrl dinding, mengungkapkan modernitasi dan selera seseorang yang berbeda.

"Bu Ratna, aku langsung pulang aja." Kata Kania

"Kamu nggak mau makan malam dulu, kita makan bareng aja." Kata Ratna.

"Emm, aku udah janji sama Kemal. Bu." Jawab Kania menundukan kepalanya menahan malu.

"Oh, hati-hati dijalan." Tutup Ratna, meemasuki mobilnya yang baru datang.

□□□

Kanai yang baru sampai di depan restoran tempat yang menjadi janji mereka bertemu. Merogoh ponsle di saku celananya untuk memberi tahu Kemal dia sudah sampai.

Kania :

Aku baru sampai, kau dimana?

Kemal yang baru sampai menghampiri Kania. Bermaksud ingin mengejutkan kehadiranya. Namun saat melihat Kania mengirim WA untuknya. Dengan nama kontak "jurusan kimia Kemal" membuat moodnya hancur.

"Mengecewakan. Apa aku hanya teman kampusmu?" keluh Kemal langsung.

Kania yang baru mengirim WA untuk Kemal langsung berbalik badan. Kaget dengan keberadaan Kemal yang sudah ada di belakangnya. "Sejak kapan, kamu di belakang ku." Kania menurunkan ponselnya, menahan malu dengan mengigit bibir bawahnya. "Aku baru akan menggantinya, tapi aku tidak tahu harus kunamai apa di ponselku. Apa nama kontakku di ponselmu?"

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now