Parfum 6

189 33 0
                                    

Kemal memandangi wajah Kania tenang tertidur pulas diatas tempat tidur. Kemal baru menyadari kalau gadis disampingnya ini, mempunyai karismatik. "Sebenarnya kau kemana saya, kenapa aku tidak memperhatikan gadis secantik dia dari dulu." Gemuruh suara hati Kemal.

Dengan napas terengah-engah. Sinta menghampiri ranjang yang ditiduri Kania. Dengan ekspresi khawatiran di wajahnya. "Kem, Kania kenapa?."

"Magh-nya kambuh. Saat di acara ulang tahun kakak tingkat. Kania dipaksa minum 2 gelas perasan air lemon."

"Ya ampun, dia kan paling gak kuat kalau harus minum atau makan yang asam-asam."

"Sorry, aku nggak tau hal itu. Kalau aku tau, pasti udah aku cegah." Jawab Kemla dengan nada penyesalannya.

"Bukan salah kamu ko, dia aja yang bodoh. Nggak bisa bilang tidak dari permintaan orang lain."

"Yah udah, kamu udah disini. Aku pulang, kalau ada apa-apa sama Kania, bilang aja ke aku."

Sinta menjawab dengan anggukan mengerti. Kemal berjalan melewati Sinta. Sebelum membuka pintu untuk keluar dari rung inap. Kemal membalikan kembali badanya sekedar untuk terakhir kalinya melihat wajah Kania yang tenang. Karena yang Kemal lihat saat di kampus wajah Kania selalu diselimuti kesediahan, baru kali ini Kemal bisa melihat wajah Kania setenang ini. Setelahnya Kemal membuka pintu berlalu dari ruang inap ini.

Baru beberapa menit Kemal meninggalkan ruangan ini. Kania sadar, membukan matanya dengan ekspresi kaget, melihat ruangan yang tidak dia kenal. Bukan kamar kosannya. "Sin, kita dimana?."

"Dirumah sakit, kamu tau nggak siapa yang bawa kamu kesini?."

"Siapa?."

"Kemal, aku bener-bener kaget. Saat yang nelepon aku adalah nomor kamu. Tapi, yang ada suara laki-laki. Ternyata Kemal laki-laki yang tanggung jawab yah. Dia temenin kamu sampai aku sampe disini." Terang Sinta dengan lirikan mata yang jahil.

Kania terperanjat dengan pernyataan Sinta. Bangun dari posisi tidurnya. "Apa, Kemal kaya gitu." Kania mengacak-ngacak rambutnya yang sudah berantakan menahan rasa malunya.

"Ko kaget gitu sih, biasa aja lah, ekspresinya."

Kania bangkit dari tempat tidurnya, menyambar tas yang ada diatas nakas. "Yuk, pulang!" Kania berjalan dengan langkah yang gontai.

Sinta mengikuti langkah kaki Kania dengan senyuman menang."Hey, kamu udah nggak apa-apa?."

"Dengar pernyataan kamu, seketika badan aku lebih membaik."

Kania yang baru keluar dari kelasnya merasa panas dengan suhu udaranya. Menghampiri mesin otomantis, memasukan beberapa uang koin, setelahnya memilih kopi untuk menghilangkan rasa kantuk dan dahaganya setelah berada didalam kelas untuk tiga SKS mata kuliahnya. Saat minumanya sudah keluar. Kania jongkok mengambil minuman kaleng di keranjangnya. Dari arah yang lain terlihat ada orang yang membawa troli yang panjang mengangkut beberapa kardus yang besar. Kemal yang tengah berdiri di koridor melihat itu, langsung menarik lengan Kania melipir ke pinggiran mesin otomantis itu, tangan kanan Kemal menyentuh tembok sebagai sekat jarak diantara mereka berdua, sedangkan tangan kiri kemal menyentuh lengan Kania. Mata mereka saling bersitatapan. Pada detik itu juga sang waktu terasa terhenti, detak jantung mereka memompa lebih kencang.

"Kamu tidak apa-apa?." Ujar Kemal.

"Iya, aku tidak apa-apa." Jawab Kania masih dengan ekspresi muka kagetnya. "terimakasih, kamu udah nolongin aku untuk yang kemaren dan yang sekarang."

"Aku kira kamu nggak masuk kuliah hari ini,"

"Bukan tipe aku, hanya bisa menghabiskan waktu seharian diatas tempat tidur."

parfum (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang