Yang terlahir untuk cantik

127 13 1
                                    

Kemal semalam tidak bisa tidur. Di ruang praktek pun tidak bisa fokus. Pikirannya dipenuhi dengan segala prihal. Pertanyaan yang saling nyambung-menyambung.

Sampai Danil harus menghampiri Kemal untuk mengingatkan larutan yang sedang dipanaskan olehnya sudah mendidih. "Kemal, kamu kenapa? cairan ditabung reksimu sudah mendidih."

"Maaf," Kemal terbangun dari lamunannya.

"Ada apa dengan kamu hari ini? Biasanya kamu selalu fokus disetiap pertemuan."

"Maaf, aku tidak apa-apa."

"Kalau tidak kosentrasi saat praktek. Bisa bahaya!."

"Iya, maaf."

Kania yang ada di samping Kemal hanya melihat dari ujung matanya. Tidak berani jika langsung melihat bola matanya. "Ada apa dengan dia. Apa dia memikirkan keadaan Bu Ratna?." Gemuruh saura hati Kania.

"Materi hari ini selesai. Jangan lupa semua barang dirapihkan kembali ke tempat semulanya." Kata Danil mengahkhiri pertemuannya.

Kania berjalan lebih dulu keluar dari lap. Setelah merapihkan semua barangnya. Kemal mengejar Kania dari belakang."Bisa temani saya. Temui dia ke rumah sakit." Kata Kemal dengan tatapan matanya yang meneduhkan hati siapapun yang melihatnya.

Kania menjawab dengan anggukan kepalanya, tanpa mau mengalihkan saling lempar pandang matanya.

"Tapi, jangan bilang ke dia. Kalau aku mau menemuinya." Perintah Kemal.

"Kenapa? Bu Ratna pasti senang dalam keadaanya yang sakit. Dijenguk oleh anaknya yang sangat dia rindukan. Kamu tau, semenjak Bu Ratna cerai dengan ayah kamu. Dia hidup sendirian dan tidak memiliki siapapun. Selain hanya bisa menyimpan rindunya di dalam dadanya untuk anaknya."

"Aku ingin menemui dia. Karena ada yang ingin aku sampaikan. Juga ingin mendengar langsung penjelas apa saja dari mulutnya."

"Apapun alasannya. Aku senang kamu punya keinginan untuk bertemu dengan Bu Ratna."

□□□

Sesampai di depan pintu ruang inap Ratna. Kemal beberapa detik terpatung. Sebelum pada akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintunya. Baru akan melangkah masuk. Kania memegang tangan Kemal dengan memberi senyuman untuk menyemangatinnya. "Aku tau ini tidak mudah untuk kamu. Semoga berhasil." Kata Kania dengan seulas senyuman.

Kemal menarik napasnya dalam. "Kamu, gak ikut masuk?."

Kania menggeleng kepalanya. "Aku antar kamu sampai sini aja. Aku harus langsung pulang." Pamit Kania. Setelahnya membalikan badan menjauhi dari tempat Kemal berdiri. Dan Kemal melangkah masuh ke dalam ruang inap. Ratna dirawat.

Ratna diatas tempat tidurnya. Yang diharuskan benar-benar beristirahat. Namun nyatanya tidak bisa benar-benar istirahat. Ridho membawa semua pekerjaan Ratna ke rumah sakit. Ratna yang tengah memegang ipad-nya. "Kamu akan terus merindukan anak-anakmu seumur hidup dan menua sendirian tanpa kekasih?." Tanya Ridho. Sembari memeriksa berkas-berkas yang harus ditanda tangan oleh Ratna.

"Kamulah yang harus mencari kekasih dan berumah tangga." Sahut Ratna.

Kemal yang baru memasuki kamar Ratna. Membuat Ratna terpanah dengan kedatangannya. "Kemal," Kata Ratna terpanah.

Ridho yang duduk di sisi ranjang Ratna tidak kalah keget. Berdiri dari tempat duduknya. "Ratna, aku akan keluar. Sepertinya ada hal yang harus kalian berdua bicarakan dari hati ke hati."

"Kamu yang kasih tau dia. Kalau aku di rumah sakit?." Bisik Ratna.

"Tidak, aku tidak memberitahu dia." Ridho menepuk pundak Ratna. Setelahnya berjalan melewati Kemal. Keluar dari kamar Ratna.

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now