Parfum 9

148 20 1
                                    

Ditengah langkah kakinya menuju kelas di pagi ini. Kania masih memikirkan kejadian semalam pertemuan yang tak terduga antara Kemal dan Ratna. Saat memasuki kelas. Kania melihat Kemal duduk dengan tatapan mata kosongnya ke depan, duduk di bangku paling belakang dekat pintu. Ingin rasanya Kania bertanya. Namun Kania urungkan niatnya saat melihat wajah murung Kemal. Kania hanya melewatinya dan duduk di bangku kosong paling depan. Tanpa Kania duga Kemal berpindah duduk di kursi kosong disampingnya. Dengan tatapan matanya datar ke depan. Tanpa melihat lawan bicaranya.

"bisa bicara sebentar, empat mata." kata Kemal.

Kania menuruti perintah Kemla. Berbicara secara empat mata di taman kampus yang masih sepi dipagi ini. Mereka tidak duduk dikursi panjang yang ada. Kemal lebih memilih berdiri dengan tatapan tajamnya ke Kania. Kania yang dilihat seperti itu, hanya bisa tertunduk.

"Kamu kenal perempuan itu dari mana." Akhirnya Kemal mengeluarkan suaranya setelah beberapa menit dengan suasana hening diantara mereka.

Kania sedikit heran dengan kata perempuan itu yang dilontarkan Kemal. "Kita bertemu diacara peluncuran parfum pandora. Ka Danil juga datang. Dia memperkenalkanku kepadanya, dan katanya dia alumni kampus kita juga." Jawab Kania dengan mata yang masih enggan menatap lawan bicaranya.

"Kamu, bisa ngobrol dan ngopi seasik itu. Dengan orang baru kamu kenal?."

"Itu terjadi begitu saja, mungkin karena kita memiliki pemikiran yang sama mengenai parfum."

"Itu saja?."

"Iya, kenapa kamu langsung pergi saat melihat dia?."

"Itu bukan urusanmu, jangan bilang apa-apa tentang ini pada siapapun." Ancam Kemal.

"tenang saja, untuk apa juga aku menyebarkan soal ini kepada orang lain."

Kemal menarik napasnya gusar. "Apa aku bisa percaya perkataanmu? Setelah melihat kamu orang yang gemar mengubah kata-kata. Aku benci orang-orang yang tidak bisa menepati janji.

Kania merasa tesinggung dengan arah pembicaraan Kemal yang sudah melenceng. Mencoba mengungkin kembali mengenai perjanjian mereka, untuk merahasiakan kalau mereka satu SMA. Namun Kania sendiri yang membongkarnya. "Aku juga membenci orang-orang yang melampiaskan amarahnya kepada orang lain. Pokonya aku tidak peduli dengan apa masalahmu. Jangan khawatir." Dengan langkah yang gusar. Kania berlalu melewati Kemal. Dengan langkah yang lebar-lebar rasa kesalnya. Kania meninggalkan Kemal di taman.

Dimalam yang sepi dan dingin. Kemal mentap layar ponselnya membaca beberap artikel yang menampilkan berita Ratna. Setelah membaca sekilas. Kemal melembar ponselnya ke samping kasurnya dengan mengusap muka. Pikiranya kembali melayang pada kejadian 8 tahun yang lalu.

Ratna didepan cerminnya menyemprotkan parfumnya kesekujur tubuhnya. Entah itu sudah menyeprotankannya keberapa, seakan indra peciumanya tak bekerja. Bahkan dari jarak jauhpun aroma parfum citrus sudah bisa tercium oleh orang yang melewati kamarnya.

Secara tiba-tiba Ratna melempar botol kaca parfumnya. Pecahan beling dari kaca botol parfumnya dia ambil. Untuk melukai denyut nadinya di pergelangan tangannya. Dengan cepat Martin menghampiri Ratna untuk menghentikan aksinya. "Lepaskan aku! Aku bukan bunga." Teriak Ratna saat pecahan beling di tanganya berhasil di ambil oleh Martin. Disusul dengan isak tangisan.

Kemal dan Amanda yang melihat itu dari celah pintu yang sedikit terbuka hanya bisa terdiam. Kemal menutup mata Amanda yang berdiri didepannya agar tidak melihat kejadian memilukan itu.

Sedangkan, Ratna masih menyibukan dirinya dengan pekerjaan di depan laptop. Sebagai pelarian rasa sedihnya setelah kejadian tak terduka kemaren. Matanya yang semula tefokus pada layar laptopnya. Badanya teralih berjalan menghadap kaca jedela ruang kerjanya. Yang menapilkan pemandangan kota Bandung yang sudah gelap. Perlahan air mata yang semula hanya menetes menjadi deras membasahi kedua tebing pipinya. Menahan sesak rindu di dadanya pada kedua anaknya disana.

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now