Parfum 7

176 26 0
                                    

Syabil berada di dalam bilik closet. Menduduki closet dengan raut muka kesal mengangkat celana jinsnya dan membersihkan cipratan hidroksida yang padahal yang tak memberi luka sama sekali pada lututnya. Saat di lab, Syabil hanya berpura-pura untuk mendapatkan perhatianya dari Kemal. Syabil merasa sudah kesal dengan setiap sikap Kemal yang selalu dingin padanya namun selalu memberi perhatiannya pada Kania. Yang sama sekali kasta kecantikannya dibawa dia. Setelah hati dan pikirannya sudah mendingin selama beberapa menit berada di dalam bilik closet. Syabil keluar. Langsung disambut dengan kehadiran Kania berdiri di depan closetnya.

"Syabil, apa lukanya parah? Ini aku bawakan salep untuk luka kamu." Ujar Kania dengan nada penyesalannya.

Sayabil tersenyum tipis menerima salep yang Kania berikan. "Terimakasih, Kania. Kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini bukan salah kamu. Lukanya tidak begitu berarti."

"kalau luka kamu tambah parah. Beritahu aku. Aku pasti akan bertanggung jawab membawa kamu ke rumah sakit."

Syabil menjawab dengan anggukan. "sudah tidak perlu mengkhawatirkan keadaan aku." Syabil mengusap air mata yang menetes membasahi kedua pipi Kania.

"kalau terjadi sesuatu dengan kamu. Aku pasti sangat menyesal. Kamu adalah prempuan tercantik dan terpopuler angkatan baru. Bagaimana kalau nantinya ada kecacatan di tubuh kamu. Semua teman satu kelas menyalahkan aku, atas kejadian itu."

Syabil menggemgam kedua tangan Kania dengan hangat saat sudah melihat wajah Kania begitu frustasi. "Kania, kamu kan tidak sengaja. Jangan salahkan dirimu sendiri." Syabil merubah posisi gemgamanya menjadi gandengan. "Dari pada mendramatisir keadaan. Lebih baik berdamain dengan diri sendiri. Dengan ke kantin, karena aku laper belum makan." Pinta Syabil, menuntun berjalan bersama ke kantin.

Sesampai di kantin Syabil dan Kania berpapasan dengan Kemal yang baru selesai makan. Mata mereka saling bertemu, mata Kemal mentap ke arah Kania. Kania hanya tertunduk diam.

"Kemal, kamu sudah makan?." Tanya Syabil.

Kemal mengangguk, "Kania, bagaimana keadaan tangan kamu?." Tanya Kemal mengalih perhatiaan Syabil.

"aku tidak apa-apa. Yang seharusnya kamu tanyakan keadaanya adalah Syabil yang terluka." Terang Kania.

"Kemal, makasih kamu udah bersihkan pecahan hidroksida itu." Ujar Syabil, kembali dengan senyuman getir. Sudah terluka namun masih saja diabaikan.

"Aku lakukan itu bukan untuk kamu." Jawab Kemal dengan tatapan dingin. "Kania apa kamu yang benar-benar menjatuhkan itu atau, Syabil apa kamu cuman akting saat tadi di lap hanya karena untuk mendapatkan perhatian aku." Cerca Kemla dengan rentetan pertanyaan.

"Kemal, kamu ini bicara apa. Jelas-jelas kejadian di lap itu karena kesalan aku. Aku yang menjatuhkanya." Kania membenarkannya.

"Kemal, aku tidak sepicik yang kamu pikirkan hanya untuk mendapatkan perhatian kamu. Aku harus melakukan hal bodoh itu." Terang Syabil. "Iya, aku suka sama kamu. Aku kesal dengan sikap dinginmu itu. Akan aku lakukan banyak cara untuk mencairkan hati kamu yang dingin itu." Sambungnya.

"Kau hebat, teruskan usahmu untuk mendapatkan perhatian dari aku." Ucap Kemal, setelahnya berlalu meninggalakn kantin.

Di mata kuliah selanjutnya, Kania dan Syabil memasuki kelas bersama. Semua mata yang ada menatap ke arah Syabil dengan sorot mata yang mengkhawatirkan.

"Tenang saja, aku tidak apa-apa." Ujar Syabil dengan seulas senyumannya.

Tomi menarik tangan Syabil untuk duduk disebelahnya. "Syabil, ini ada coklat, minuman, juga vitamin. Supaya daya tahan tubuh kamu tidak menurun."

"Makasi Tomi, kamu baik sekali." Syabil menerimanya.

parfum (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin