Parfum 4

206 38 2
                                    

Kania yang tengah mengerjakan tugasnya di taman kampus dibawah pohon yang besar dan rindang. Laptopnya berada di pangkuannya. Sedangkan matanya menatap tajam pada layaar laptop dan jemarinya lincah berada di papan keyboard. Kania bukanlah tipe orang yang senang dalam belajar kelompok. Dia lebih senang mengerjakan segala sesuatunya dalam keadaan hening. Seperti spot yang tengah Kania duduki. Selain perpustakaan di bawah pohon besar dan rindang ini dengan terpaan angin sepoy-sepoy Kania dapat menunjukan siapa dirinya dalam ketenangan dan keheningannya. Disisi kanan dan kirinya terdapat beberapa buku yang berceceran.

"Kania, kamu disini taunya." Sapa Reva menghampiri Kania.

Kania menghentikan aktifitas didepannya, melemperkan senyuman tipis dengan adanya kehadiran Reva.

"kamu sedang apa?." Tanya Reva kembali.

"Ini, lagi cari bahan untuk proprosal kimia kontekstual." Terang Kania.

"oh, itu tugas untuk minggu depan kan?."

"iya, aku orang yang senang mengerjakan tugas di awal-awal. Karena saat waktu mepet untuk kerjakan tugas jadi terburu-buru, dan hasilnya paasti tidak maskimal."

"Aku harus banyak belajar dari kamu agar dapat nilai memuaskan di semester ini."

Ditengah perbincangan mereka, Reva mendapatkan notifikasi di group Line angkatan. Anjas memerintahkan agar anak-anak angkattan baru kimia untuk berkumpul di lapangan. "ada apa ini, kenapa tiba-tiba sekali. Tadinya aku mau pulang." Keluh Reva.

"Kenapa?."

"Ka Anjas meminta semua angkatan baru berkumpul,"

"sekarang?."

Reva menjawab dengan anggukan. Kania segera merapihkan laptop dan bukunya ke dalam tas. Berjalan bersama menuju lapangan. Sampai di lapangan tak hampir setengah dari angkatan baru yang berkumpul. Hanya 1/3 yang hadir. Dengan geram Anjas melempar tasnya ke lantai lapangan.

"apa-apaan ini, mana yang lain,"

"maaf, Ka Anjas mereka sudah ada yang pulang." Terang Reva selaku ketua angkatan baru.

"sebagai hukumanya, pust-up 100 kali." Perintahnya.

Sahabat Anjas yang berdiri disampingnya mengiatkannya. "Anjas, ini dililapangan. Jika ada yang melihat, kamu yang kenan saksinya nanti." Tegur Tirta.

"oke, kita pindah tempat. Ikut aku!."

Angkatan baru yang berbaris saling lempar pandang dalam diam. "Ayo, ikut aku!." Tegur Anjas sekali lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Dengan langkah cepat, angkatan barupun mengikuti langkah yang dipimpin oleh Anjas. Sesampai di WC laki-laki. Angkatan baru berbaris kembali. 'Ayo, pus-up sekarang."

Semua angkatan baru hanya terdiam saling lempar pandangan. "Ka Anjas, ini terlalu sempit." Reva angkat suara.

Dengan geram, Anjas menarik napasnya gusar. "baiklah, perempuan boleh keluar. Kecuali, Kania."

"Kenapa? Apa salah Kania? Kalau gitu, aku juga tidak mau keluar!." Ujar Syabil berusaha membela Kania.

"Syabil, kamu tidak perlu membela Kania. Semuanya keluar, biarkan aku bicara empat mata dengan Kania." Perintah Anjas kembali.

Mendengar sura Anjas yang meninggi semua angkatan baru yang semula berbaris. Berhamburan keluar dari WC laki-laki. Dari abang pintu mereka hanya bisa menonton apa yang akan Anjas perbuat pada Kania. Anjas mendekati Kania, sorot matanya tajam.

"Heh, anak baru sok cantik." Anjas meremas kerah baju Kania. "jangan bangga yah, karena kamu udah nolak aku dan buat aku malu. Aku ingatkan kamu agar haati-hati dengan gerak-geeikmu." Anjas mendorong badan Kania hingga badannya terjatuh, tersungkur ke lantai.

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now