parfum 25

119 12 0
                                    

Kania dan Sinta sudah dengan baju piyamanya. Berbaring diatas tempat tidur masing-masing. Tengah menunggu masa kantuk mereka dengan menatap ke atas langit-langit di balik selumut mereka.

"Kamu dan Kemal berpegangan tangan. Dasar anak nakal, selanjutnya mau apa lagi?" Kata Sinta, sembari bergidik geli.

"Kau ini berpikir apa sih." Ujar Kania dengan nada sebalnya dari rayuan Sinta.

"Aku masih ingat, kamu pernah berkata tidak akan pernah mencari Kemal. Apa lagi melihatnya. Kau tak pernah sanggup untuk itu. Karena kalian tak pernah akan bersatu karena level kalian yang berbeda."

"Jangan berita tahu saipapun di kampus, hubungan ku ini dengan kemal,"

"Kamu akan merahasiakan dari teman-teman jurusanmu?"

"Ya, tentu saja. orang-orang sudah sangat tertarik kepadanya, dan itu makin buruk. Semua orang bertanya-tanya siapa pacarnya setelah menolak Syabil. Jika mereka tahu aku oranngnya." Kania menyekat perkataanya. Dikepalanya sudah terpikir tnetang hal buruk berupa, cersaac, makian, cemoohan, dari banyak mulut orang lain. Kania bergidik ngeri dengan menarik lebih atas selimutnya.

"Tapi bagaimana jika mereka tahu? Apa tindakanmu?"

"Entahlah. Aku tidak memikirkan hal seperti itu."

"Jangan pikirkan hal lain. Mulai sekarang, fokus saja pada hubungan kalian."

"Besok, aku mau menamui Ka Danil. Aku harus ucapkan termimaksaih padanya secara langsung. Kamu temani aku yah, saat bertemu dengan dia. Jika aku menemuinya sendirian agak sedikit canggung."

"Canggung?"

"Dia adalah orang pertama mendukung hubunga aku dan Kemal."

"Jika dia orang yang mendukung hubunggan kalian. Dia pasti orangnya baik dan bijak. Tidak menilai orang hanya dari penampila luarnya saja."

"Iya, terlampau baik. Tapi aku malah melukai hatinya. Dengan menolak pernyataan cintanya."

"Apa, orang sebaik itu kamu tolak?."

"Karena dia terlalu baik. Dan hati aku maunya hanya Kemal." Tutup Kania dengan berbalik badan menghadap ke dinding. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam,. Dan masuk pada alam mimpinya.

□□□

Disebuah kafe, mereka bertiga duduk dalam satu meja. Kania yang tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Membuka mulutnya masih dengan tak mau melihat langsung lawanya yang duduuk di sebrang mejanya. "Bagaiman kabar kakak?" tanyanya.

Danil menyesap kopinya dari ujung cangkirnya. "Kakak baik, sekarang hanya lagi pusing memeriksa hasil ujian. Dari kelas yang aku ajar. Bagaimana dengan study tour di pandora?"

Kania menganguk kepalanya, tersenyum dengan kepala masuh enggan untuk tegak melihat lawannya. "Sangat menyenangkan bisa lagsung meracik parfum di lap Pandora." Ada beberapa jeda kata yang terpenggal sesaat. "Sebenarnya, aku mengajak kakak ketemuan. Hanya mau ucapkan terimaksih secara langsung."

"Terimaksih?"

"Iya, karena kakak orang satu-satunya yang mendukung hubungan aku dan Kemal."

"Lalu, apa semuanya lancar?"

"Iya, berjalan dengan lancar."

"Baguslah, aku ikut senang mendengarnya."

Danil melihat jam tanganya, beranjak dari tempat duduknya setelah mengehabiskan tegakan terakhir kopi dihadapannya. "Aku masuh harus mengajar. Kalau begitu smapai jumpa," tutupnya melangkah keluar dari kafe.

Sinta yang sedari tadi mematung. Hanya menatap wajah Danil hingga dia pergi. Matanya tak sedikitpun berkedip setiap jengkal yang ada pada Danil sekarang menjadi candu bagi Sinta. "Sumpah, dia cakep banget sih." Teriaknya gemas sendiri. Menarik lengan baju Kania. "Pokonya, sekarang dia jadi calon pacar aku. Bodoh banget sih kamu, udah nolak dia. Lebih milih Si hati dingin kaya di antariksa itu." Tutur Sinta dengan mata berbinar-binar.

parfum (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang