parfum 16

125 16 0
                                    

Kemal menangis tersendu-sendu dihalaman belakang taman. Dihadapan ayah dan ibunya. Dengan pipi memerah, kedua tebing pipinya sudah basah oleh air matanya.

"Kemal, berhenti menangis." Perintah Martin. Dengan nada penuh penekanan. "Laki-laki tak boleh menangis. Hanya karena hal seeprti itu."

Ratna mendekati Kemal. Memegangi kedua tanganya dengan hangat. "Martin. Wajar saja Kemal menangis! Karena kehilangan kucing kesayanganya. Cobalah hibur dia." Bela Ratna.

"Anak laki-laki harus dididik sejak kecil! Dia bukan perempuan." Tegas Martin kembali. "Aku tidak ingin membiarkan anak ku. Tumbuh mennjadi laki-laki yang lemah."

"Apa hubunganya. Perempuan dan laki-laki!" geram Ratna. "Seorang anak SD menangis. Karena dia sedih. Lalu memangnya menangis, berarti dia banci!"

Ratna membawa Kemal. Duduk di kursi kayu panjang ditaman. Untuk mencoba menengkannya. "Ini, barbary budy. Parfum yang paling ibu suka." Ratna memberikan sampel wangi parfum nya.

Kemal menrima sampel parfum itu. Dari tangan Ratna. Lalu mengendusnya untuk menciumi wanginya.

"Tidak suka yah? Kalau yang ini?." Ratna mengeluarkan kembali sampel parfumnya yang lain. Kemal kembali menciuminya aromanya. "Kamu tahu. Kaisar Napoleon kan? Ini adalah parfum kesukaanya. Kaisar Napoleon dia bisa menghabiskan 60 botol setiap bulan."

"Laki-laki juga pakai parfum?." Tanya Kemal heran.

"Iya dong. Zaman sekarang, banyak sekali laki-laki yang menggunakan parfum."

"Aneh,"

"Kenapa aneh, Kemal? Tidak ada hal yang tidak boleh kamu lakukan. Hanya karena kamu perempuan atau laki-laki. Mungkin kamu masih tidak mengerti. Tapi, pikiran seperti itu akan mempersulit orang lain dan dirimu sendiri. Ingat yah. Kemal kamu terlahir dalam keluarga yang kaya. Tubuhmu sehat, lalu kamu juga tampan. Artinya ada banyak hal, yang harus kamu perhatikan. Agar kamu tidak menyakiti orang-orang yang lebih lemah dari dirimu."

Kemal mengangguk kepalanya. Mencoba untuk mencerna apa-apa yang barusan, Ratna sampaikan.

"Nanti, kalau kamu sudah besar. Dan ada perempuan yang kamu sukai. Coba kamu pergi denganya memakai parfum. Karena harum adalah pesona naluri manusia."

"Aku tidak mengerti,"

"Hahah. Nanti, kalau kamu sudah besar. Kamu akan mengerti apa yang ibu sampaikan."

Kemal hanya terdiam. Memandangi ibunya dengan seulas senyuman. Setelahnya memeluknya dengan erat.

□□□

tepat jam 12 malam. Martin baru pulang. Memasuki rumahnya dengan muka lelahnya. Kemal yang menunggu di ruang tengah. Menyambut kedatangan ayahnya. Dengan membuatkan secakir kopi untuknya.

"Ayah akhir-akhir ini sering sekali pulang larut malam." Kata Kemal meletakan secangkir kopi di atas meja.

Martin menyesap secangkir kopi yang Kemal buat. Sembari melepas dasinya. "Iya, ayah sedang menyelesaikan projek yan cukup besar."

"Tadinya ada yang ingin aku bicarakan. Tapi, ayah pasti cape. Besok saja kita bicarakan." Kemal berdiri dari posisi duduknya. Bersiap akan meninggalkan ayahnya.

"Bicarakan saja sekarang." Kata Martin.

Kemal kembali duduk. Menatap ke arah ayahnya dalam-dalam."Apa ayah. Selama ini menyembunyikan kebenaran. Tentang ibu?." Tanya Kemal. "Apa semuanya benar?." Tanyanya kembali

Martin memasang muka berangnya. Bersiap untuk marah."Kau sudah aku besarkan selama 19 tahun. Tapi, dalam hitungan hari. Kau meragukan ayah. Hanya karena cerita ilusi dari wanita itu. Yang solah-olah dia adalah korbannya?"

parfum (TAMAT)Där berättelser lever. Upptäck nu