Parfum 5

269 62 318
                                    

Reva selaku angkatan baru memasuki ruangan Danil selaku asisten dosen. Dia ingin mendengar apa sebenarnya yang terjadi. Dengan beredarnya di sosial media, kampus. Yang menapilkan foto Anjas setelah dihajar Kemal di dalam bilik kloset dengan lap pel diatas kepalanya.

"Apa sebenarnya yang terjadi kemaren?."

"Aku ingin berkata sebenarnya. Tapi, takut dianggap telah mengadu."

"Tenang saja, aku sebagai asisten dosen disini. Mencoba meluruskan setiap permasalahn di kampus ini. Jika ada yang salah akan ada hukum dan jika ada yang menjadi korban yah harus ditegak keadilannya."

"Jujur, aku sangat lelah dan muak setelah menjalanin apa sebenarnya tugas dari ketua angkatan baru." Kaluh Reva dengan senyuman kecutnya. "Apa aku harus melakukan apa yang dikatakan oleh kakak angkatan. Walaupun itu bertentangan dengan suara hati aku sebagai angkatan baru. Yang aku harapkan antara angktan baru dan kakak senior bisa menjalin komunkasi yang baik tanpa pandang si bontot dan si senior."

"Aku tau, pasti tugas kamu sebagai ketua angkatan baru sulit. Akan aku bantu, apa yang bisa aku bantu."

"terimakasih, asisten dosen"

Kania yang tengah berjalan sendirian di koridor kampus dengan tatapan mata yang kosong kedepan. Reva dan Yura yang tengah berjalan berdua menghampiri Kania dengan menepuk pundaknya.

"Kania, kamu tidak apa-apa?." Sapa Reva.

Kania merasa namanya disebut terbangun dari lamunanya mencoba untuk menetralkan kembali kecambuk dihatinya. "aku tidak apa-apa."

"kamu udah makan?." Tanya Reva kembali.

"belum, aku belum lapar."

"kita mau ke kantin. Ayo, ikut kita." Yura menarik lengan Kania untuk berjalan bersamanya. Di dalam kantin, sembari menunggu pesananya datang. Yura dan Reva saling tertawa mengenai kelucuan mengenai berita viral Anjas dimedia sisoal kampus. Hampir semua orang mengetahu berita itu.

"kalian tahu, bahkan anak tekni berkomentar ingin memasuki Kemal ke fakultasnya. Untuk memberi aman." Cetus Yura dengan gelak tawanya.

"Kania, aku kira dengan kejadian itu. Kamu mau menenangkan hati kamu dulu dengan berdiam diri di rumah, tidak masuk kampus dulu." Ujar Reva.

"berita itu sangat memalukan. Tapi, aku tetap harus menghadapainya."

"Tadi pagi, sebelum aku masuk kelas. Aku dipanggil oleh asisten dosen, Ka Danil." Terang Reva.

"terus?." Mata Yura membulat penasaran.

"aku katakan saja semuanya yang terjadi kemaren. Dia berjanji mau membantu aku sebisa yang dia lakukan." Perkataan Reva terpenggal dengan kedatangan pramusaji ke mejanya. Setelah pramusaji menyajikan makanan yang meraka pesan, meninggalkan mejanya kembali. Reva menyedot minuman jus jambunya, setelahnya meneruskan perkataannya yang tersekat. "aku rasa dia bermasksud membela kamu. Karena tertarik dengan kamu."

Kania yang tengah menikmati mie ayamnya seketika tersendak mendengar perkataan Reva. Langsung meredakannya dengan menegak air putih di depannya. "yang benar saja, itu tidak mungkin." Sanggah Kania.

"tapi, yang aku lihat seperti itu."

"itu tidak masuk akal,"

Danil memanggil Anjas untuk ke ruangannya. Untuk meminta pertanggung jawabaan dari Anjas. Atas berita yang tersebar luas mengenai dirinya yang snagat memalukan jauh dari kata pujian.

"sudah aku bilang. Kania yang memukulku pertama. Kamu lebih mempercayai mahasiswa baru dari pada aku?." Anjas mencoba membela dirinya di hadapan Danil.

parfum (TAMAT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن