Parfum 3

274 44 0
                                    

Kania secara diam-diam memasuki rumahnya untuk memberi kejutan dengan kehadirannya. Dengan senyuman sumringah Kania menghampiri ibunya yang ada di dapur tengah mencuci piring. Kania memeluk dari belakang. Ibu kania kaget dengan kepulanngan anaknya semata wayang. Badanya langsung berbalik dengan kehadiran anaknya secara tiba-tiba.

"Kania, kamu ko pulang?." Tanya Rita heran.

"Oh, aku tidak boleh pulang yah. Ibu tidak kangen sama aku!." Kania sedikit kesal dengan pertanya ibunya yang kaget dengan kepulangannya.

"ibu, cuman sedikit heran saja kamu pulang dihari biasa." Ibu mencodongkan badannya melihat kedua iris milik Kania. "kamu habis nangis? Kamu pulang karena ada masalah di kampus yah?."

Dengan napas gusar Kania berjalan ke meja makan. Menarik kursinya membuka keresek putih yang dia bawa. "Ibu, aku bawa martabak coklat-kacang kesukaan ibu." Kania mencoba mengalihkan pertanyaan ibunya.

Rita menarik kursi disebelah Kania. "kamu jawab pertanyaan ibu?." Dengan raut wajah curiga mengambil potongan martabak coklat-kacang.

"Aku tidak apa-apa, Bu." Jawab Kania dengan nada santainya.

"Bohong!" Rita semakin penasaran.

Kania menghentikan suapan martabaknya. Kania menatap dalam-dalam ke dua bola mata ibunya. "Bu, percaya pada aku. Aku sudah besar jika ada masalah tidak semuanya bisa aku ceritakan. Karena ibu tidak mengerti permasalah anak Zaman sekarang. Jika aku tidak menceritan masalah itu ke ibu, artinya permasalahan yang aku hadapi itu masih dalam koridor batas kemampuan ku."

"Oke, ibu percaya padamu,"

Kania membawa ibunya ke dalam pelukannya. "Tugas ibu sekarang hanyalah, doakan anakmu ini dalam segala kebaikan."

"itu sudah pasti,"

Pagi ini Kania saat memasuki kampusnya. Kania dengan langkah lunglai dalam hatinya bertanya sebenarnya hatinya sudah lelah. Tidak mau terlalu memikirkan tentang pendapat orang terhadap dirinya namun rasanya itu sangat sulit. Semakin mencoba bersikap masa bodoh. Hatinya semkin membisik kalau semua apa yang kata orang katakan itu merasuki hati dan pikirannya tak sepenuhnya semua pendapat itu salah. Kania semakin ingin mencoba untuk memenuhi apa yang kata mereka itu lebih baik walaupun ada banyak hal yang harus dia korbanya yang sangat bertolak belakang dengan apa suara hatinya inginkan. Dengan ekspresi datar Kania menelusuri koridor kampus. Memasuki kelasnya yang masih sepi. Menduduki bangku yang dekat dengan jendela. Cahaya matahari hangat mematul dari kaca jendela membuat hatinya terasa lebih tenang.

"Semoga tidak ada hari yang buruk lagi." Kania menangkupkan kepalanya di atas meja.

Handpone-nya bergetar disebelahnya. Ada notofikasi Wattsap dari Sinta.

Sinta :

Kamu sudah dikampus?

Kania :

Iya.

Sinta :

Kenapa kamu tidak cerita kemaren ada kejadian di kantin fakultasmu. Kamu pulang pasti untuk menengakan dirimu kan?

Kania :

Oh, kejadain kemarin sudah menyebar luas yah.

Sinta :

Apa kamu sekarang baik-baik aja?

Kania :

Kenapa yah Sin. Unutk cari kebahagian itu susah.

Sinta :

Semangat untuk hari ini. Pokonya kamu harus menceritakan semuanya ke aku saat di kosan.

parfum (TAMAT)Where stories live. Discover now