Aku kembali meminum jusku, dari ekor mataku aku tahu dia menatapku, menunggu jawaban dengan sabar.

"Aku masih kuliah Jae, tahun lalu aku mengambil cuti." Dia membuka mulutnya lalu mengangguk.

"Kenapa cuti? Sesuatu terjadi?"

"Ya, banyak hal terjadi. Sekarang aku sedang mengejar ketertinggalan." Dia kembali menganggukkan kepalanya.

"Ceritakan lebih banyak." Jaehyun memangku dagu, memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk mendengarkan ceritaku.

"Hei, kenapa aku yang harus bercerita?" Aku protes sambil menyenderkan tubuh ke kursi. Dia tertawa pelan lalu mengikuti posisiku.

"Ceritaku tidak semenarik dirimu." Dia menyibakkan rambutnya yang tebal, merapikan beberapa bagian yang mengganggu matanya. "Ceritakan dulu, nanti gantian."

Aku menghela nafas, ya sepertinya tidak apa-apa bercerita kepada Jaehyun. Sesungguhnya lebih mudah bercerita kepada orang yang tidak terlalu kita kenal. Tidak ada beban moril yang ditanggung.

"Mau mulai dari mana ya?" Aku bertanya, lebih bergumam untuk diriku sendiri.

"Kenapa kau cuti?" Jaehyun bertanya lagi.

"Karena aku harus merawat ibuku." Aku melirik Jaehyun sebentar sebelum melanjutkan.

"Tahun lalu ibuku menjadi korban tabrak lari. Cukup parah, kami hanya berdua, hanya aku yang bisa merawatnya. Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil cuti selama satu semester." Aku bisa melihat ekspresi Jaehyun berubah.

"Untungnya pamanku yang ada di Jeju bersedia membantu untuk biaya operasinya tapi tentu saja itu masih belum cukup, jadi aku mengambil pinjaman untuk biaya pemulihan ibu. Aku mengambil cuti lagi di semester berikutnya untuk bekerja."

"Kalau sudah bekerja kenapa berhenti dan malah mengambil part time sekarang?"

"Bekerja di sana terlalu beresiko, selain itu aku tidak nyaman." Aku menghindari tatapan Jaehyun.

"Memangnya bekerja di mana?"

"Hng, di tempat karaoke, kau tahu, yang-"

"Ah, oke. Aku tahu." Air muka Jaehyun berubah tapi akhirnya mengangguk paham.

"Tapi jangan berpikir yang tidak-tidak dulu." Jaehyun menatapku, menunggu penjelasan selanjutnya.

"Di sana aku bekerja sebagai sebagai pahlawan kebersihan, membersihkan kekacauan yang dibuat di sana, bukan yang membuat kekacauan."

"Wow." Jaehyun berkomentar singkat sebelum melanjutkan, "Tapi berbeda sekali dengan dirimu yang tadi." Dia lalu tertawa, membuatku melayangkan satu pukulan dilengannya.

"Bagaimana bisa?"

"Aku punya kenalan. Ya daripada tidak ada yang dilakukan, aku butuh pekerjaan dengan cepat dulu." Pemuda itu mengangguk-angguk lagi lalu mengusap dagunya telihat berpikir.

"Jadi bagaimana keadaan ibumu sekarang?" Aku tersenyum, diam-diam merasa bangga dengan diriku. Ya dengan bangga aku bercerita kalau ibuku sudah lebih baik dan aku selalu berada disampingnya.

"Dia sudah lebih baik. Sangat baik, tapi masih harus kontrol sebulan sekali."

"Syukurlah, badai pasti berlalu, kan?" Aku mengangguk setuju.

"Ya badai memang sudah berlalu, tapi untuk membenahi kekacauannya masih perlu waktu untuk kembali seperti semula." Jaehyun mengernyit.

"Sekarang aku masih perlu membayar hutang, masih harus melunasi biaya untuk perawatan ibu." Aku tertawa sementara Jaehyun memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Entah kesimpulan apa yang ia dapatkan tapi akhirnya ia menganggukan kepalanya.

"Jadi sekarang ceritakan tentang dirimu." Jaehyun mengulum senyum lalu melipat tangan di dada.

"Sebenarnya Ahra, bukan ini niat awalku, tapi sepertinya aku bisa menawarkan solusi dari masalahmu." Dahiku mengernyit, apa maksudnya memberi solusi?

"Maksudmu?"

"Sepertinya aku bisa memberimu pekerjaan yang lebih baik." Pemuda itu masih dengan wajah seriusnya. Tidak mau membuang kesempatan aku buru-buru bertanya.

"Pekerjaan apa itu?"

Aku tidak mau berpikir dua kali untuk menerima tawaran dari Jaehyun. Sepanjang yang kuingat dia pemuda yang baik. Walaupun jadi pujaan di sekolah, dia bukan pemuda playboy dengan otak bodoh. Dia ini kalau boleh kubilang adalah orang yang diberi berkat oleh Tuhan dan memanfaatkan berkat itu dengan baik. Dia mungkin nyaris sempurna seperti Minhyuk. Jadi sepertinya ada satu hal yang harus kupastikan dulu, dia sudah punya pacar apa belum?

"Jadilah pacarku, hanya 6 bulan. Kau bisa mengatur kontraknya."

Eh? Aku tidak salah dengar kan?




🍑🍑🍑

🍑🍑🍑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Affected [COMPLETED]Where stories live. Discover now