Part 33 : Terselamatkan

9.3K 949 124
                                    

"Semua musuh sudah kami tangkap, Pak," ujar salah seorang pemuda kepada Ferdiansyah dan Gerindra Rusli.

"Bawa mereka ke sini!" titahnya membuat pemuda itu langsung bersegera menjalankan perintah.

Tak lama kemudian beberapa orang datang menggotong para polisi yang sudah pingsan tersengat listrik. Ada sekitar dua belas orang, empat di antara mereka adalah perempuan.

"Siram mereka dengan air biar bangun!" Gerindra meniliti wajah-wajah polisi yang sebenarnya adalah anak buahnya itu.

"Apakah kau ingin membunuh tikus-tikus ini tuan Ferdiansyah?"

Ferdiansyah tersenyum tipis. "Tentu saja. Sudah lama aku tidak membunuh orang."

Satu persatu anggota kepolisian itu terbangun setelah disiram air oleh anak buah Ferdiansyah.

"Sukarja, Sukarja. Sudah kubilang jangan menjalankan misi di luar dari perintah." Gerindra memegang bahu ketua yang memimpin penggrebekan tersebut. Keadaannya terlihat berantakan dengan wajah yang bangun dari pingsannya.

"Lihat akibatnya, kan, sekarang kau malah menemui ajalmu dengan cepat. Misimu ini ilegal. Jadi, kau tidak akan disebut sebagai pahlawan, kau tidak akan mendapat pujian, keluargamu tidak akan mendapat santunan walaupun kau sudah berkorban demi negara." Gerindra Rusli terkekeh.

"Kami bekerja untuk nurani, bukan dari perintah," jawab Sukarja dengan lantangnya.

Caramel yang terduduk di sebelahnya menghela napas, karena upayanya untuk memberantas kejahatan sepertiya menemui kegagalan. Rambutnya terlihat acak-acakan sama seperti pikirannya.

Gerindra tersenyum tipis. "Apakah nuranimu itu bisa membuatmu kaya? Untuk apa kau menyelamatkan negara yang sudah bobrok ini?"

"Apa artinya kaya, kalau pekerjaannya hanya meresahkan masyarakat?" sindir Sukarja sambil tersenyum miring.

"Meresahkan, ya? Tapi, kami hanya menawarkan barang. Kalau mereka mau kenapa tidak?" Gerindra menggindikan bahu lalu terkekeh.

Ferdiansyah melirik jam tangannya. Ia harus segera menyelesaikan ini semua. Rasa rindu kepada anak-anaknya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ferdiansyah ingin segera bertemu dengan Raffa, jagoan kecilnya, dan memperbaiki hubungannya sebagai ayah dan anak.

"Mari kita selesaikan. Aku buru-buru!" Dengan suara berat Ferdiansyah mulai beranjak dari duduknya.

Seluruh polisi yang tertangkap terlihat ketar-ketir karena tidak bisa berkutik. Langkah kaki Ferdiansyah yang mulai mendekat membuat mereka semua merinding.

"Ehmmm." Ferdiansyah berdehem singkat saat menodongkan pistolnya ke kepala Caramel.

Napas Caramel tersekat, saat Ferdiansyah hendak menembak kepalanya. Namun, tiba-tiba ada suara yang menyahuti dari jauh.

"Tunggu!" teriak Irul sambil membopong seorang pemuda yang kepalanya dibalut perban dengan wajah yang babak belur dipenuhi dengan darah.

Bruuuggg...

Irul menghempaskan tubuh Raffa ke lantai. Sambil membungkuk karena kelelahan. Cowok itu kemudian mendongak sambil menyeringai lebar ke arah Ferdiansyah.

"Dia si penghianat!" tunjuk Gerindra Rusli ke arah Irul. Pria paruh bayah itu hendak menghampiri Irul dengan tatapan geram. Namun, langkahnya dihentikan oleh Ferdiansyah.

Pandangan Ferdiansyah berubah kosong saat melihat pemuda yang dibawa Irul. Kakinya melemas, seluruh tubuhnya bergetar hebat sampai-sampai sulit untuk digerakkan. Pemuda yang dibalut perban dengan keadaan memprihatinkan itu anaknya. Raffatar Altha.

RAFFALIQA Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu