Part 31 : Jebakan Maut

9K 743 70
                                    

Rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian, ya.

***

"Ya, ampun Bi Suti?!" Amel langsung melemparkan barang belanjaannya ke sembarang arah kemudian menghampiri Bi Suti yang diikat di kursi dengan mulut yang tertutup dengan plaster.

Axel punya firasat yang tidak enak. Ia berlari menaiki tangga untuk menuju ke kamar Raffa. Cklek. Raffa tidak ada di kamar. Axel kembali berlari menuju ke bawah.

"Den Raffa diculik, Non," ucap Bi Suti setelah tubuhnya yang terikat dilepaskan oleh Amel.

"Sial!" Axel memijat-mijat pangkal hidungnya, pening. Dugaannya memang benar. Raffa pasti punya masalah yang disembunyikan.

"Ya ampun, cepet telepon polisi, Mas!" Kaki Amel terasa lemas, tubuhnya gemetar. Ia takut terjadi sesuatu dengan adiknya.

Axel buru-buru menelpon polisi.

***

"Kita grebek tempat ini, dan kita tangkap siapapun yang ada di dalam tanpa terkecuali!" Sukarja selaku pimpinan intelijen mulai menginterupsi.

"Siap, Pak!!!"

Semua anggota bersenjata langsung meluncur ke-TKP. Penggrebekan pun dimulai.

Baru saja memasuki lobby, Caramel sudah dikejutkan dengan pemandangan yang tidak mengenakan. Seorang anggota polisi membopong gadis memakai seragam sekolah yang punggungnya sudah berlumuran dengan darah. Di belakangnya ada Raffa dan juga Gavin. Mulut Caramel menganga lebar melihat mereka.

"Korban penculikan. Harus segera dibawa ke rumah sakit," ucap Polisi itu berlari tergesa-gesa membopong Aliqa.

Caramel terlihat bingung. Bagaimana bisa Aliqa, Raffa, dan Gavin ada di sini?

Raffa menghela napas. Ia mendadak berhenti ketika Aliqa sudah dimasukkan ke dalam mobil.

"Kalian tidak jadi ikut?" tanya sang sopir.

"Tolong selamatkan dia, Pak. Saya harus balas dendam!" Raffa mengepalkan tangannya geram kemudian berbalik badan untuk kembali masuk ke dalam gedung.

Gavin menatap kepergian Raffa. Kemudian menoleh ke arah polisi yang hendak membawa Aliqa ke rumah sakit. "Harus hidup, kalau nggak Bapak saya tuntut!" ancam Gavin kepada polisi itu lalu berlari menyusul Raffa.

Sementara itu di lantai dua, Caramel dan pasukannya bergerak cepat membekuk para pelaku yang sedang berkelahi dengan tiga remaja tampan berseragam sekolah.

Para polisi langsung menangkap mereka satu-persatu dan melumpuhkannya dengan memborgol kedua tangan mereka.

"Kenapa kalian bisa ada di sini?" tanya Caramel bingung.

Rijal menyeka darah di bibirnya kemudian tersenyum. "Polisi terlalu lelet!" sindirnya. Ia tidak tau kalau anggota kepolisian yang berbicara dengannya adalah Caramel. Teman satu sekolahnya yang berpenampilan cupu.

"Kalian tunggu disini saja biar kami yang akan menangani," perintah Caramel kemudian berlari menyusul pasukannya ke lantai berikutnya.

Bruakkk...

"Raffa berhenti!!!" Gavin terjatuh saat ingin menarik kaos Raffa. Ia berniat untuk menghentikan aksi nekat cowok tersebut. Tapi, Raffa terus berlari seolah tak peduli kalau di atas sana banyak penjahat yang siap membunuhnya kapan saja.

Rijal, Rifki, dan Def langsung menoleh secara serempak. Kemudian mencoba menghentikan Raffa.

"Raffa, lo nggak perlu ikut ke sana!" Def mencoba meredam amarah Raffa.

RAFFALIQA Where stories live. Discover now