Prolog

53.6K 2.4K 390
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"L-lo harus pergi dari sini, Al. Sebentar lagi gue akan mati." Cowok tampan berhidung mancung itu mengepalkan tangan. "Para penjahat itu bakalan kembali ke sini dan bunuh gue. Lo harus cepat pergi!"

Gadis yang ada dihadapannya terisak. Menggenggam tangan cowok bernama Raffa itu semakin erat.

"CEPAT PERGI!!!" teriak Raffa kesal dengan tubuh lemah tak berdaya.

Aliqa menggeleng-gelengkan kepalanya. Enggan meninggalkan cowok itu sendirian.

"Jangan peduliin gue. Lo harus cepat kabur dari sini!" Raffa menyeka darah yang merembes dari pelipisnya.

Lelehan air mata beberapa kali menetesi bibir mungil gadis itu yang bergetar.

"Untuk apa lo peduli sama gue? Gue itu cuma orang yang nggak berguna. Hidup gue selalu dipenuhi kesialan. Kebahagiaan aja jijik deket-deket sama gue." Raffa meneguk ludahnya dengan susah saat melanjutkan kata-katanya. "Bokap gue sekarang pulang. Harusnya gue menyambut kedatangannya, tapi kenyataannya gue malah berada di tempat sialan ini. Gue benar-benar orang paling sial di dunia. Gue selalu kehilangan orang-orang yang gue sayang. Gue selalu kehilangan kebahagiaan yang gue impi-impikan. Gue nggak sempet minta maaf ke bokap gue bahkan sampai nanti gue mati."

Keduanya saling tatap dengan napas yang tak beraturan. Kesal, emosi, marah, panik bercampur menjadi satu dengan ketakutan.

"Gue udah kehilangan lo. Kehilangan sahabat terbaik gue. Gue kehilangan semuanya. Gue nggak punya siapa-siapa. Disaat semua orang tertawa menikmati kebahagiaan gue masih bertarung dengan penderitaan. Disaat semua orang akur dengan keluarganya, gue masih sering bertengkar dengan Mama-Papa. Disaat lo sudah bahagia dengan pacar lo, gue masih nggak bisa move on dari lo. Disaat ...."

Cup!

Aliqa mencium bibir Raffa dengan cepat. Membuat tubuh cowok itu langsung menegang.

"Cintaku masih utuh buat kamu."

Raffa masih terperangah. Kecupan manis itu membuat seluruh sendi tubuhnya membeku.

Momen yang cukup emosional. Bertarung menghadapi kesedihan, disaat ajal sudah bersiap-siap menjemput mereka.

"Kamu tau?" Aliqa menelan ludahnya dengan susah payah, lalu menyeka air mata yang sudah menggenangi pipinya. "Aku setiap hari nangis karena udah nyakitin kamu."

Lidah Raffa mendadak kelu.

"Aku setiap hari nggak bisa tidur karena mikirin kamu."

"Sekarang aku disini Raf, untuk nemenin kamu. Aku nggak akan pergi lagi."

"Aku janji."

Raffa menatap Aliqa lekat-lekat kemudian merengkuh tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukan. Membiarkannya menangis terisak-isak di dekapannya.

Terasa getaran kecil di tubuh Aliqa. Cowok itu mengernyit setelah melepaskan pelukannya karena melihat luka di bahu kiri Aliqa. "Ini apa, Al?"

"Menurutmu?" Aliqa ikut melirik ke arah luka yang dimaksud Raffa.

Raffa termenung beberapa saat, kemudian menelan ludahnya dengan susah payah. "Ja-jadi, kamu orang misterius yang waktu itu bersihin rumah aku lalu ketahuan kabur dan aku lempari dengan batu?"

Perlahan Aliqa manggut-manggut.

"Jadi, kamu yang sering ngasih bekal makanan di kolong mejaku? Kamu juga yang ngasih kaos olahraga waktu aku lupa membawanya? Kamu juga, kan, yang sering ngasih bantuan mendadak waktu aku dalam kesusahan?"

Aliqa mengangguk. Membuat Raffa terenyuh, kemudian memeluk gadisnya itu lebih erat

"Kenapa kamu nglakuin ini semua, Al?"

Dorrr!

Raffa langsung terperangah melihat sebuah tembakan yang tiba-tiba saja melesat ke punggung Aliqa. Tubuh gadis itu langsung terbujur kaku dipelukannya

"Sorry, udah buat kalian berdua nunggu lama."

Seorang penjahat meniup ujung pistolnya.

Raffa masih terdiam dengan mulut yang menganga lebar. Dunianya seolah berhenti berputar beberapa detik. Seolah sedang berada di dimensi lain. Hingga kesadarannya kembali ditandai dengan otot-ototnya yang mulai tumbuh. Rahangnya mengeras, tatapannya berubah menjadi tajam. Tangannya terkepal kuat menahan amarahnya yang siap meledak.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAFFALIQA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang