Part 38 : Ulang Tahunku

13K 909 71
                                    

Tinggal Epilog dan Extra Part

                               ***

Aktifitas Raffa kembali seperti semula, menjalani hari-hari sebagai pelajar di sekolah. Dari kejauhan ia melihat seorang cowok yang dikejar-kejar oleh teman-teman sekelasnya. Setelah tertangkap cowok itu langsung disiram dengan air, cat, dan juga bedak. Kemudian sang pacar datang membawa kue ulangtahun bersama teman-temannya.

Raffa menyunggingkan seulas senyum melihat pemandangan itu. Ia berandai-andai. Andaikan sahabat-sahabatnya masih berada di sekolah ini, untuk merayakan ulang tahunnya. Andaikan Aliqa datang membawa kue ulangtahun dan menciumnya. Ah..., pasti indah sekali.

Senyuman Raffa berubah getir. Cowok itu melanjutkan langkahnya menuju ke kelas. Pandangan tidak suka, comoohan, dan cibiran dari siswa-siswi di koridor selalu terdengar ketika Raffa melintas di depan mereka. Raffa kini sudah tidak menjadi idola seperti dulu. Gadis-gadis yang dulu mengaguminya kini berbalik membencinya. Selain Rifki, tidak ada lagi orang yang mau berteman dengannya. Kursi kekuasaan geng Alister kini pun sudah dikuasai oleh adik kelas bernama Elang.

Raffa mencoba menerima ujian itu dengan lapang dada. Ia harus tetap bersyukur, karena masih banyak orang yang hidupnya lebih pedih daripada dirinya. Seperti Gavin dan Def, misal. Mereka harus putus sekolah karena keadaan. Satu alasan kenapa Raffa masih berdiri di tempat ini, yaitu impian. Raffa ingin menyelesaikan masa sekolahnya dengan nilai terbaik agar bisa masuk universitas yang ia inginkan. Raffa akan mengambil jurusan arsitektur dan mewujudkan mimpi-mimpi ayahnya yang belum terwujud.

Tatapan-tatapan sinis langsung menyambutnya saat Raffa memasuki kelas. Raffa hanya menanggapinya dengan senyum manis di bibir. Sungguh, sekolah ini terlihat begitu hampa. Banyak sahabatnya yang menghilang. Irul dan Caramel sudah tidak sekolah, juga ratusan murid lainnya yang harus putus sekolah karena menjalani proses rehabilitasi. Sepi dan sendiri. Dua kata yang selalu menemani Raffa di sekolah.

Owh, iya. Dia teringat dengan sesuatu. Hmm, sekarang adalah hari ulangtahunnya. Terlalu banyak beban dalam hidupnya sampai-sampai membuat Raffa tidak ingat hari spesial ini. Pantas saja ketika melihat anak kelas satu ulangtahun beberapa waktu yang lalu membuat hati Raffa sedikit tersentak. Ternyata ia juga berulang tahun hari ini.

Tidak ada yang mengucapkan selamat ulangtahun kepadanya. Tak satu orangpun yang Sudi mengucapkan itu kepadanya. Raffa lagi-lagi menyunggingkan seulas senyum. Dalam hati ia mengucapkan ulangtahun untuk dirinya sendiri. "Happy birthday Raffa."

Lihatlah Raffa yang sekarang menjadi pribadi yang dewasa. Ya, cowok itu sekarang sedikit lebih dewasa dalam menyikapi suatu masalah. Raffa belajar dari kesalahan-kesalahan ayahnya untuk menyongsong masa depan. Bersyukur dan tidak pandai mengeluh adalah kunci utama mendewasakan diri.

***

"Assalamu'alaikum, Ma." Raffa mencium tangan Lia setelah sampai di rumah.

"Wa'alaikumsalam. Mama mau arisan dulu, ya. Habis itu mampir ke butik, mungkin pulangnya malem." Lia menepuk-nepuk puncak kepala Raffa setelah berpamitan. Sekarang aktivitas Lia cukup padat. Menjadi single parent membuat Lia harus menggantikan peran sang suami untuk mencari nafkah. Sekarang Lia membuka bisnis butik untuk menghidupi keluarganya, apalagi kuliah Chelsea yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Raffa melangkah menaiki tangga menuju ke kamarnya. Cowok itu menghembuskan napas berat. Hari yang cukup melelahkan untuk bersandiwara menjadi orang yang tegar. Raffa benar-benar tersiksa hidup seperti ini, kehadirannya tidak pernah diakui keberadaannya.

Benar Raffa selalu tersenyum, tapi hati kecilnya selalu menangis meratapi nasibnya sendiri yang begitu tragis.

Cklek...

RAFFALIQA Where stories live. Discover now