BEATEN TRACK - 2 - Mata Itu

31.3K 3.7K 176
                                    

Repub tanpa edit 18/7/20
13/11/20
2/1/21

Pernah merasakan jatuh cinta? Masih ingat bagaimana rasanya ketika debaran itu menggila saat kita bisa melihat dan merasakan kehadirannya? Seakan matamu secara otomatis menemukannya di antara orang-orang yang berlalu lalang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pernah merasakan jatuh cinta? Masih ingat bagaimana rasanya ketika debaran itu menggila saat kita bisa melihat dan merasakan kehadirannya? Seakan matamu secara otomatis menemukannya di antara orang-orang yang berlalu lalang. Selalu. Matamu akan selalu menemukannya.

Masih ingat apa yang membuatmu jatuh cinta? Cinta tidak perlu alasan untuk jatuh, katanya. Tapi rasanya, kita punya alasan yang membuat kita menjatuhkan hati pada seseorang. Misalnya, senyum yang memikat disertai dengan lesung pipi, mata yang selalu ceria atau bahkan sendu, cara mereka memperlakukan kita juga orang lain, bagaimana cara dia memandang dunia, bagaimana dia taat menjalankan agamanya, atau sesederhana wajahnya yang tampan. Ada beribu bahkan jutaan alasan untuk jatuh hati, tapi terkadang kita lupa alasan pertama kita jatuh hati itu apa karena semakin kita mencari tahu, semakin kita melihat banyak hal yang membuat kita semakin dalam mencintainya.

Bagi Geeta, alasan pertama dia menjatuhkan hati pada pria itu adalah bagaimana dia memperlakukan orang-orang yang dia sayangi. Bagaimana pria itu sangat menjaga adik-adiknya dari setiap bocah tengil yang mendekati mereka, bagaimana pria itu akan meninggalkan teman-temannya ketika ibunya menghubungi untuk memintanya menemani belanja, bagaimana dia selalu siap memasang badan jika ada yang mengganggu kembarannya. Membayangkan memiliki seseorang yang akan melakukan hal itu padanya membuat dia merasa hangat. Selain itu..matanya. Mata pria itu selalu hidup dan menunjukkan perasaannya dengan jujur.

Kali ini pun Geeta dapat melihat mata itu yang nampak terkejut ketika melihatnya sementara Geeta mencoba menenangkan dirinya ketika kilasan masa lalunya hadir kembali saat tatapan mereka bersirobok untuk yang kedua kalinya. Dia menghela napas dengan pelan, mencoba mengatur sikapnya supaya bisa seprofesional mungkin. Tapi bisa apa dia ketika mata yang dulu membuat jantung berdebar hebat masih menatapnya? Dan dulu? Hell, debaran itu masih dapat dia rasakan sampai saat ini, bukan hanya dulu hingga dia sendiri bertanya-tanya: apa rasanya tidak pernah hilang atau ini hanya karena pertemuan kembali hingga otaknya memerintahkan pada sang hati untuk membuka rasa yang dulu sempat dia tutup rapat?

"Pak Agrata, maaf kami terlambat." Ucap Robert ketika melihat Agrata tengah duduk di meja dengan seseorang.

"Tidak, kami memang tiba lebih cepat. Silakan duduk, Pak Robert dan panggil saya Ata saja." balas Agrata sambil mengulurkan tangannya dengan sopan setelah berdiri.

"Kalau begitu bisa panggil saya Rob. Ini sekretaris saya, Geeta." Panggilan namanya membuat Geeta tersadar lalu mengulurkan tangannya sambil tersenyum pada Ata.

"Geeta, Pak Agrata." Ucapnya setenang mungkin saat menjabat tangan Ata lalu dengan cepat memalingkan tatapannya pada seseorang yang rada disamping pria itu. Asisten Ata rupanya, Beno. Dia memilih untuk tidak bersikap seolah mereka mengenal satu sama lain, toh Ata juga tidak menyapanya.

Tunggu, apa aku berharap disapa olehnya? Tidak, tidak.

Selama lunch meeting ini, Geeta berusaha sekuatnya untuk tidak melihat kearah Ata, dia sibuk mencatat dan memaku fokusnya pada setiap ucapan Robert. Ketika jam sudah menunjukkan pukul dua belas tepat, Geeta pamit beranjak dari duduknya dan mengambil beberapa makanan kesukaan Robert. Tadinya Geeta senang mereka mereka akan meeting di restoran all you can eat di salah satu hotel bintang lima, tapi setelah melihat pria itu semua nafsu makannya menguap seketika. Dia membawa satu nampan dan meletakkan satu piring dihadapan Robert.

"Makan dulu, Pak."

"Thank you, Ta." Pria itu pun melirik piring sekretarisnya yang hanya terisi semangkok gelato, "Gelato lagi, Geeta?" Pertanyaan yang membuat Geeta meringis sambil menatap bosnya.

"Gelato bisa masuk sebagai makan siang, Pak."

"Ambil makanan lagi, Geeta." Ucapnya dengan nada yang tidak bisa dibantah hingga membuat wanita itu bangkit dan mengambil makanan lagi setelah memutar bola matanya. Dia tahu itu tidak sopan, tetapi nada otoriter pria itu benar-benar membuatnya kesal, harus ya di depan orang lain seperti sekarang?

"Jadi, sampai di mana tadi kita, Ata?"

Pub pertama 10/19
Revisi 11/2/20

Cerita on going

Cerita on going

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Beaten Track [FIN] Where stories live. Discover now