Syahadat Cinta

431 13 1
                                    


"Percayalah, bahwa rahmat dan kenikmatan-rasa dari tuhan, akan turun dari juta'an perantara Yang tak pernah di temui kira"

"Assalamualaikum Syekh"

"Waalaikumussalam, ada apa Fatimah?"

"Selena Syekh, ia ingin sepenuhnya menjadi seorang muslimah. ia ingin bersyahadat" Fatimah berkata lembut. Selena masih menyuruk di belakang bahu Fatimah. Yang ia tau, bahwa orang yang di panggil Syekh itu sangat mulia, dan ia harus sangat menjaga sikap. Meski kelihatanya ia sangat berlebihan.

"Apakah benar Adinda?"

" iya Syekh" Selena menjawab tegas.

"Massyaallah," sebagian santri yang mendengar percakapan itu terkejut. Memuji Allah. sekaligus senang. Ada seorang muslim yang akan mengucap syahadat di masjid mereka.

Masjid al-Furqan itu berwarna putih ke kuningan. Di depan masjid ada sebuah makam. kata Fatimah itu adalah makam syekh Malik al-fatah. Pendiri pondok pesantren yang sangat tersohor itu. Masjid itu terdiri dari tiga pintu. Dan terdiri dari dua gedung masjid yang berbeda. Satu abad telah melampaui usiannya. Namun ia terlihat masih sangat kokoh. Di dalam masjid ada sebuah tiang besar yang menjadi pusat perhatian setiap pasang mata yang memasukinya. Di depan masjid itu, berdiri tegak tempat pembelajaran para santri. gedung 3 tingkat berwarna hijau itu tersusun rapi dan sangat anggun. Ia sangat indah jika di tatap dari lantai teratas. Karena setiap pasag mata akan di manjakan dengan persahabatan gunug merapi dan singgalang yang tak pernah berpisah.

"Kak, selamat ya kak" Rasya berkata sembari menyalaminya. Di ikuti oleh gerombolan santri yang periang itu. Ada khadijah, hanum, nara dan masih ada sebagian lagi yang tak Selena ketahui namanya, namun mereka terkenal sangat akrab.

Susunan duduk para santri sangat berbeda. mereka duduk mengelilingi ruangan.

Syekh Abdul Faris telah duduk di tengah sendirian. Santri putra duduk dengan sangat rapi, sebagian dari mereka banyak membaca al Qur'an. Sedangkan santri putri masih sedikit. Sebagian besar menjemput Selena. Yang pasti gerombolan riang itu tidak ada. Beberapa saat riuh terdengar. Hentakan dan suara perbincangan tak beraturan terdengar dari luar masjid. Selena memasuki masjid. Di temani oleh beberapa Ustadzah dan Fatimah. Sebagian santri putri mulai bergabung dengan barisan santriwati yang sudah terlebih dahulu duduk di dalam masjid. Acara pengucapan sayahadatpun di mulai. Syekh Abdul Faris mulai membimbing Selena.

"Ashadu alla ilaha illallah"

"Waashadu anna muhammadarrasulullah " Selena menangis, entah kenapa kalimat sayahadat itu sangat mudah keluar dari mulutnya. Ia menutup mulutnya. tangisan nya keras terdengar. Fatimah lansung mendekati Selena, memeluk indah tubuh Selena. Yang mulai saat itu telah di tetapkan sebagai saudara muslimnya. Sebagian santri putri menangis. Gerombolan periang itu mendekati Selena. Mereka berhamburan memeluk kakak tercintanya. Para santri putra menatap sedih sembari ber iringan menyenandungkan shalawat yang sangat merdu. Saat itu Fatma sedang di luar masjid. Bayang-bayang Selena melihatnya. Selena berdiri tegak. Berlari menghampiri Fatma. Fatma tak dapat menahan tangisnya. Memeluk tubuh yang di selimuti hijab biru pemberiannya itu. Selena tak dapat menghentikan tangisnya. Ia memeluk Fatma penuh kasih sayang.

"Fatma, kini aku menjadi saudaramu" rintih tangisan Selena mencoba berkata.

Fatma memeluk erat tubuh Selena. Tubuh saudaranya. Tubuh seorang wanita yang telah ia bantu ke jalan Allah. Tubuh yang kini ia lihat menyenandungkan syahadat dengan penuh keikhlasan dan ketulusan. seakan allyah begitu menyayanginya. Syekh Abdul Faris tersenyum. Memulai ceramah singkatnya tentang kesucian seorang muallaf. Meski menggunakan bahasa indonesia. Selena sudah sedikit mengerti. bahwa sejak syahadat itu di ucapkan, dirinya telah kembali suci. Selena kembali menangis. Fatma mengenggam tangannya. Cahaya yang dulu hanya sebuah titik yang tidak di mengertinya. Akhirnya ia tau akan arti cahaya itu. Sebuah cahaya dari kasih sayang tuhannya, Allah.

Tangis SyurgaWhere stories live. Discover now