Kota Cinta Verona

665 16 0
                                    

"Sa'at sese'orang jatuh cinta, mereka tak harus mengatakannya, karna kamu akan tau, Dari cara mereka memperlakukanmu"

Verona bersinar megah. Awal april memasuki kota cinta timur laut Italia. Barisan bukit bersalju di sinari mentari pagi yang terlihat seperti tumpukan Kristal. Ratarusan gedung klasik kunopun berdiri gagah menatap Merpati-merpati kuil yang berterbangan di jalaanan pagi itu.

Terkadang, ada wanita tua yang tersenyum mengayuh sepeda. Di sudut tepian jalan ada seorang misikalis yang sedang kecanduan memainkan biola dengan nada yang nyaman. Satu dua mobil melintasi jalan lintas yang masih sepi. Meski sebagian besar orang tidak memakai transportasi. Kadang sering juga terlihat sepasang kekasih bermain dengan kumpulan merpati. atau bergembira bergoncengan menaiki sepeda kota.

Di kota bersejarah ini. kisah cinta sejati terlahir, dari gores tangan yang begitu indah hingga mengurai juta'an air mata pada masanya. Kisah legenda Juliet dari keluarga Capullet dan Romeo dari keluarga Capello. Tempat di mana gedung Amphitheater berdiri gagah. peninggalan bangsa Romawi yang sungguh penuh keanggunan sejarah.

Se'orang gadis cantik di tepi kuil kuno. Ia terduduk manis. Menatap merpati menyantap kacang kacang kecil. Wajah suram menghiasinya. Rambutnya pirang. menyandang tas merah cantik. Seketika, dua orang paruh baya menghampiri. Membuka lengan mengisyaratkan pelukan kasih sayang. Gadis itu berdiri anggun. Menghampiri kedua orang tuanya. Mencoba tersenyum. Menyembunyikan suram wajahnya. menyampaikan salam perpisahan pada merpati yang mulai berterbangan. Di belakang langkah gadis itu dan dua orang tuanya. Berjalan pemuda tampan. Mengiringi langkahnya dan orang tuannya. Laki-laki itu tersenyum. Sekilas memandang mesra Selena.

"Selena.., sapa Stefan" Kedua orang tuanya tersenyum

"Ciao" sapa Selena pelan. Ia masih bingung. menggandeng tangan Morena. Berjalan seperti anak kecil di samping sang mama. Pria tampan itu hanya tersenyum. Ikut berjalan. Mengantarkan keluarga kecil itu pada sebuah rumah indah di sudut kota verona. Sekitar satu kilometer dari patung cinta Juliet. Keluarga kecil itu memasuki rumah, menawari Stefan untuk masuk. Stefan hanya tersenyum. Menolak dengan alasan bisnis. Lalu pergi setelah keluarga kecil itu memasuki rumah.

"Selena, kamu masih belum akrap sama Stefan. Stefan itu atasan bisnis Papa. Kita bisa ngak punya apa-apa kalaw kamu menolaknya" nada keras suara Mama mulai menaik.

Sejak satu bulan terakhir keadaan rumah tangga tidak harmonis. Selalu ada pertengkaran antara orang tua dan anak. Selena selalu di paksa untuk dekat dengan Stefan, atasan kerja bisnis papanya. Keluarganya tergantung dengan kerja Sergio. Sebab karna adanya pekerja'an itu, mereka bisa merasakan apa itu hidup mewah. Selena selalu murung. Bahkan kadang tak sungkan untuk menolak. Namun semua itu hanya membuahi amarah. Hanya karna harta. Kedua orang tua Selena lebih mementingkan hidup mewah dari pada kebahagiaanya sebagai anak. Tentang apa yang benar benar di butuhkan oleh dirinya. Hanya kasih sayang orang tua, bukan harta. Atau apapun.

Selena menghapus air matanya. Berhenti melawan mulut Morena yang dari tadi tak henti memarahi. Ia bangkit dari dudukan dan tangisnya. Berlalu memasuki kamarnya. kadang di hatinya ia bertanya-tanya. Perjodohan dengan Stefan. Itukah cinta sesungguhnya?

Mentari begitu saja memberika lampu tak berbayar pada bumi, suatu anugrah yang mungkin tak pernah du syukuri manusia yang hanya pandai menikmati. Kegiatan di kota verona mulai menuai sibuk. Ada sebagian turis berbagai negara lalu lalang. Selena berjalan sendiri. Menikmati panas matahari. menenangkan hatinya. Meninggalkan rumah yang penuh dengan makian dan omelan mama. Kadang juga ada sebagian pria italia menyapanya.

Selena membalas senyuman. juga tak ingin terlalu lama jika di ajak bicara. Ia berjalan santai. Memakai headshet putih peninggalan kakek. Lalu mendegarkan beberapa lagu Jaz. Sembari membagi senyum pada setiap orang yang menatapnya, tujuan utamanya adalah patung Juliet. Memasang gembok cintanya pada jejeran gembok di belakang patung kekasih Romeo itu. Selena memasuki bis. Duduk pada bagian kursi ke dua sebelum kursi paling belakang. Awalnya ia sendiri. Hingga pada stasiun pertama duduklah seorang pria disampingnya. Wajahnya bukan wajah orang Italia. Ada sedikit kemiripan dengan Stefan. seperti dari bangsa yang sama .

"Pasti orang indonesia.." Selena mengira pasti.

"Mana Kekasihmu?" sosok di samping itu membuka bicara . bahasa Italianya sudah cukup bisa. Meski kadang bercampur dengan bahasa Inggris.

"Maksud anda? " Selena menatap bingung. Pemuda indonesia itu menunjuk gembok yang dibawa Selena. Ia sadar. Semua orang di dalam bus hampir kebanyakan adalah pasangan yang di balut virus cinta kota Verona.

"Ooh. tidak, Saya memasang ini untuk siapapun yang menjadi pasangan saya nantinya" Selena tersenyum, Menjawab setelah sebelumnya sempat termenung melihat seisi bus.

"Maksudnya ?"

"Saya memasang ini untuk cinta dalam hati saya. jika suatu saat saya menemukan cinta yang sesungguhnya. Saya ingin dia membuka gembok itu sebagai bukti. Bahwa ia telah membuka hati saya. bahwa cinta itu telah tulus diberikan padanya, dan biarla ia membawa sang cinta itu selalu. Selamanya" selena berkata lembut, seakan merenung. Berkata seperti halnya menya'irkan untaian kata-kata.

"Hmmm.. memang ya, orang Italia bisa berkata indah dalam masalah cinta. Saya imam, dari Indonesia. kebetulan saya juga mau melihat lihat kota sejuta sejarah ini. Keindahan verona, dan merenungi kisah cinta terkenal. Romeo and Juliet bersama istri saya"

"Saya Selena. Bagaimana jika saya yang memandu anda mengelilingi indahnya kota Verona." Selena berkata antusias. Ia begitu ingin mengenalkan indahnya kota kelahiranya pada bangsa lain.

"Mmm, boleh, kalo itu tidak merepotkan" Imam tidak bisa menolak tawaran Selena. Selena sudah sangat antusias untuk menemani pasangan muda itu, dan juga Selena tidak memiliki teman selama ini. selalu di rumah. di kurung oleh mama papanya.

Pendidikannya hanya sampai tingkat SMA. Hingga ayahnya harus menjodohkannya dengan Stefan. Dan waktunya pun harus penuh di berikan untuk Stefan. Beruntung kali ini dia bisa kabur lewat jendela kamarnya dan meloncat dari pagar gudang belakang. mungkin kali ini mamanya telah resah mencari anak satu-satunya itu.

Bus telah berhenti. Selena turun. Di ikuti oleh imam, lalu beberapa penumpang lainnya, Selena mulai mengambil langkah. Mengikuti Imam di depanya. Dari arah tujuannya. Selena sudah bisa menebak, Bahwa imam sudah jelas ingin ke patung Juliet. Mereka berjalan santai. Sambil sesekali imam bertanya tentang sejarah Verona, dan sesekali bertanya kosa-kata bahasa italia yang ingin di ketahuinnya.

Melihat dirinya. Imam adalah orang yang sopan. dari tingkah lakunya ia terlihat penuh kewibawa'an. Jalannya sangat tegap, ia tidak terlalu pendek seperti orang indonesia kebanyakan. Rambutnya rapi tersisir ke kanan. Bahkan ia lebih tampan dari stefan.

Tangis SyurgaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant