Pesan hijrah

470 15 1
                                    


"Cinta itu adalah perumpama'an dari sang angin

Yang mana kau takkan bisa melihatnya,

Tapi dengan begitu saja merasakanya"

Kamar indah itu di hiasi dengan cat ungu, di bagian sudut sebelah kiri ada lemari hitam besar. Bunga-bunga Mawar plastik banyak menghiasi. Karpet Turki indah terbentang di lantai kamar. Di atas kasur banyak berserakan boneka lucu, sebagian besar adalah boneka beruang. Di sebelahnya ada meja belajar dan satu komputer putih. Malam kala itu telah larut. sudah tiga bulan Selena di kamar, kadang ia berhasil kabur, ketika mamanya pergi berbelanja, dan sering lupa mengunci pintu dari luar, namun itu tidak berlansung lama. Kala itu juga Stefan datang mencarinya.Mungkin hanya sampai perempatan jalan rumahnya. Stefan datang, menyeretnya dengan paksa masuk kedalaam mobil. Ia hanya bisa menginjakkan kaki sebentar lalu kembali pada rumah yang kini menjadi musuhnya. sebagian besar waktunya ia habiskan memandang melalui jendela kamarnya yang di lantai dua, membuatnya mudah melihat suasana sekitar, anak muda yang bersepeda, atau segerombolan geng motor di tengah malam. Di pagi hari ada burung-burung Merpati yang hinggab di jendela. menikmati mentari pagi, kadang ia terduduk pada meja belajarnya, berseluncuran pada dunia internet, membuka satu hingga seribu hal tentang islam, ia mulai mengetahui islam, mulai mengetahui nabi Muhammad dan mulai mengetahui Al Qur'an, kadang ia sering membuka youtube lalu memutar murattal Al Qur'an. saat pertama kali ia memutar Al-Qur'an hatinya terasa tentram, Qori Misary Rasyid mengaji dengan merdunya, sempat sesekali ia tertidur, namun tersentak kembali ketika videonya habis, hatinya terasa tentram seperti ada keabadian yang di rasanya, ada impian yang terang benderang yang tampak dari mata hatinya.

Kadang Morena sering bingung. Kenapa Selena akhir akhir ini jarang keluar, tidak seperti biasanya, Selena selalu keluar setiap saat, mengambil setiap makanan yang ada di dalam kulkas lalu kembali ke kamarnya. Biasanya Morena saat itu sedang menonton TV, atau mungkin sedang mengobrol candu dengan teman temanya. Kadang dari percakapan itu, Selena sering mendengar namanya.

"Anak mu pasti bahagia dengan keluarga pengusaha sesukses kamu Mer" satu kalimat yang sama sekali tak benar, ia mendengarnya ketika salah satu teman dan sahabat lama mamanya datang, lantas mamanya menceritakan perihal dirinya dengan Stefan, dan akan secepatnya menikah.

Selena masih meredam matanya, ia merasa di buai dengan murattal Al-Qur'an yang di

putarnya, kini ia mulai mengetahui bnyak qori, mulai dari Fatih-Seferagic, Misary Rasyid, bahkan sampai kepada Muzzammil hasballah dari Indonesia. Hatinya tentram kala itu, namun ketika usai ia sering terpikir pikir, bahkan menagis, beberapa hari lagi ia akan di nikah kan dengan Stefan, ia panik dengan itu, bukan karna Stefan suka berfoya-foya, karna memang kebanyakan warga Verona pun memang suka hiburan, dan ia telah biasa melihat itu. Namun karna alasan cinta. Ia tak pernah sedikitpun merasa kan cinta dengan Stefan. tidak setitik pun rasa suka ada di hati Selena. Undangan pernikahanyaa telah siap. bertumpukan di meja makan, tinggal di bagikan esoknya. Pernikahan akan di adakan setelah tiga hari pembagian surat.

Kadang Selena sering berfikir bagaimana carannya ia bisa kabur dari rumah itu. Pergi sejauh-jauhnya dari negri cinta yang baginya kini adalah negri yang penuh kesakitan, karna disanalah ia merasakan rasanya kepahitan cinta, ketika keterpaksa'an ia harus bersama dengan Stefan, yang tak pernah ia suka, bahkan kini ia sudah benci dengan lelaki itu.

Rembulan malam mengantar indahnya senyuman lesung pipi Selena. Hatinya mulai di sinari cahya yang dahulu pernah di rasanya ketika pertama kali memakai hijab, entah kenapa ia mengingat Fatma, ia yakin Fatma akan membantunya. Selena, membuka internet, mencari cari tentang islam. tentang perjodohan beda agama, tentang anak perjodohan, dan tentang persaudaraan.

**********

Sore menyinsing. Suara ketokan itu mengagetkan Firhan yang baru saja ingin istirahat. Fatma baru saja pergi ke salah satu rumah saudara semuslimnya. Firhan menuruni anak tangga. Melangkah gontai seperti biasanya. membuka pintu. Seorang pengirim surat berdiri. Membagi senyuman lebar, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna putih berhias lukisan bunga berwarna hitam. Di atas kertas itu tertulis nama Stefan dan Selena. Firhan telah mengetahui tentang pernikahan Firhan dan Selena. di kantor seluruh kariwan sibuk membicarakan itu, Firhan tak bisa banyak berkata waktu itu, kelakuan Stefan sudah sangat berlebihan. mengingatkan Stefan bahwa setelah menikah ia harus change tugas dengan perusahaan di indonesia.

awalnya Firhan menghiraukan surat undangan itu, sebab ia tidak akan bisa menghadiri pernikahan itu, besok malam ia harus pegi kembali ke Indonesia. semua tugasnya di Verona sudah selesai. Lalu di desak oleh perusahaan pusat di jakarta yang sangat membutuhkanya. Firhan melempar undangan ke atas meja ruang tamu, menghamburkan badanya pada sofa. Kertas putih keluar dari undangan itu. Firhan mengambil kertas itu. Ia membukanya perlahan

~Assalamualaikum sahabatku.~

Aku Selena, seperti yang engkau lihat pada undangan pernikahan ini. Masih ingatkah engkau dengan saudaramu ini, bagaimana kabar Imam dan Putri?, Apakah hijab biru itu masih ada? Fatma,... ada ribuan tangisan yang telah ku tumpahkan, undangan yang engkau terima itu bukanlah undangan kebahagiaan ku, namun itu adalah surat kematianku. Fatma, aku mencintamu karna aku ingin menjadi saudaramu. Sejak mengenalmu, Imam, Putri dan Firhan hati ku merasakan ada sebuah cahaya yang begitu indah, aku bahagia, meski hidupku harus menderita di kurung pada rumah indah yang bagiku sangat suram ini, beruntung saat itu aku bisa kabur lalu bertemu denganmu. Fatma, bolehkah aku mencium sucinya Hajar Aswad agar terhapuslah segala dosaku, bolehkan aku ke makam nabimu, lalu berkata cinta pada dia. kenapa hidayah itu tidak datang menjemputku sejak aku kecil?, dan bolehkah aku bersujud pada ka'bah kiblatmu lalu bersyukur kepada Allah jika kamu mau membantuku. Fatma,, bawa aku pergi. Tiga hari lagi hari pernikahan ku. Aku tak ingin menikah dengan Stefan, Fatma, aku ingin pergi dari rumah ini, jika bisa izinkanlah aku bersamamu, mendalami agama mu lalu meneteskan airmataku kepada tuhanmu. Fatma selama tiga bulan terakhir ini, kita tidak pernah bertemu lagi, namun aku selalu kabur untuk menemuimu. Tapi sayang aku tidak bisa, aku ibaratkan berada dalam penjara dan neraka dalam agama mu. Fatma aku ingin memeluk agamamu, maka selamatkan lah aku, jangan jadikan aku mati dalam kekhilafanku saat ini dan keterpurukan hidupku jika semua ini terjadi. Fatma, jangan buat aku menjadi makanan api neraka. Fatma tolong lah saudaramu ini Fatma, selamatkan lah aku hingga suatu saat aku bisa mengucapkan syahadatmu, tahukah engkau Fatma, saat ini aku sudah bisa mengaji, sekurang-kuranngnya aku bisa membaca Al Fatihah, aku menyukai agama mu Fatma. Bawa aku kejalan tuhanmu. Bawa aku pada agamamu. Ajari aku mencintai allayh. maka selamatkan lah aku Fatma. Aku masih ingin memakai hijab biru nan indah itu, Fatma. Allahma'ahu. wassalam.~ *Dari sahabatmu Selena*

Dadanya berdetak kencang. Tatapanya buram ke depan, seakan letih yang tadi hilang. Firhan terharu membacanya, matanya menatap hampa ke depan. Pikiranya masih kalang kabut, sekilas dalam hatinya timbul rasa ingin menyelamatkan. namun ia bimbang. Firhan mengambil hpnya. Menghubungi Fatma yang dari tadi tak kunjung datang.


Tangis SyurgaWhere stories live. Discover now