t r u e v i l l a i n

3.6K 622 23
                                    

Sabrina

Perlu aku akui bahwa ide acara staff dinner pada malam akhir tahun ini cukup menarik. Selain tidak terlalu banyak menguras waktu di malam penghujung tahun baru, acara ini juga efektif untuk mempererat keakraban antar staff. Terlebih, dengan diperbolehkannya para staff untuk membawa masing-masing anggota keluarganya, bagiku dapat meningkatkan rasa percaya dari pihak keluarga pada pihak perusahaan.

Ya, meskipun pada acara ini, aku pun tidak membawa salah satu anggota keluargaku.

Hidangan serta susunan acara pada makan malam hari ini pun berjalan dengan baik. Suasana acara dirancang dan diciptakan seformal dan sehangat mungkin. Kedatangan salah satu petinggi perusahaan juga menambah kesan penting pada acara ini.

Tepat setelah acara makan malam selesai, aku permisi sebentar untuk pergi ke toilet. Selesai dari toilet pun, aku tidak langsung kembali dan justru menyusuri area taman belakang outdoor hotel yang cukup menenangkan ini. Meskipun suasana staff dinner tadi cukup menyenangkan dan hangat, aku tetap butuh pereda setalah hingar bingar suasana makan malam di dalam.

Aku duduk pada sebuah bangku panjang di ujung taman. Tepat menghadap jalan raya kota Solo. Taman ini berada di lantai yang tidak terlalu tinggi. Sebenarnya, venue acara pun berada di area roof top hotel. Hanya saja, untuk pereda, bagiku disana kurang tenang. Banyak juga yang merokok. Aku butuh udara segar karena mulutku pun masih sedikit pengar setelah minum beberapa teguk dari segelas wine yang disajikan.

Belum lama aku menghirup udara di taman ini puas-puas, aku mendengar seseorang berdecak dari belakang.

Aku menoleh.

Benar.

Siapa lagi, orang yang selalu memergokiku duduk sendirian?

"Aku udah duga kalau kamu bakal ke taman ini."

Aku giliran berdecak. "Jangan percaya diri dulu. Aku hanya mampir sebentar."

Parameswara tampak tidak peduli, dia justru menyusul dan duduk menyebelahiku.

"Kamu 'kan sudah hampir setahun di Solo. Menurutmu, langit kota ini paling bagus di waktu apa?" Tanya setelah kami berdua saling berdampingan.

Sungguh pertanyaan yang tiba-tiba.

Pandanganku berkeliling.

Entah kenapa, aku baru tersadar bahwa aku selalu mengagumi langit kota Solo saat bersama dengan Parameswara. Karena pada hari aku dan Parameswara bersama, langit tampak jauh lebih indah.

Sementara, saat aku duduk dan memandang sendirian, semuanya terlihat sama dan tidak ada yang spesial.

"Setiap waktu.."

Parameswara menggeleng. "Kamu cuma boleh pilih satu, Sab.."

Aku kembali berpikir. Ya, tidak ada. Karena yang mengenalkanku dengan langit indah kota ini adalah hanya Parameswara.

Tapi, kalau aku boleh memilih salah satunya...

"Saat kita minum es kelapa muda di pinggir jalan,"

Parameswara tersenyum. "Di hari yang sama saat kita cabut pulang kantor lebih cepat untuk jalan-jalan keliling kota?"

Aku mengangguk.

"Iya, dan setelah itu kita berhenti untuk minum di pinggir jalan."

Parameswara tersenyum lebar. "Kayaknya higlight-mu justru ke saat dimana kita berdua minum es kelapa muda,"

Aku mengangguk. "Saat aku bilang, aku minta maaf sudah mengacaukan hari itu.."

Parameswara seketika mendengus. "Jangan diingat-ingat deh,"

PUKAU (Complete)Where stories live. Discover now